Dalam lautan ajaran Islam, terdapat ayat-ayat suci yang memiliki kedudukan dan kekuatan spiritual luar biasa. Di antara yang paling sering dibaca, direnungkan, dan dijadikan benteng pertahanan diri adalah dua surat pendek namun padat makna: Surat Al-Ikhlas dan Surat An-Nas. Keduanya merupakan inti dari ajaran tauhid (mengesakan Allah) dan permohonan perlindungan dari segala kejahatan yang tampak maupun tersembunyi.
Surat Al-Ikhlas: Pilar Tauhid
Surat Al-Ikhlas (Keikhlasan) sering disebut sebagai sepertiga Al-Qur'an karena kemampuannya merangkum esensi keyakinan seorang Muslim. Ketika kita membaca 'Qul Huwa Allahu Ahad', kita menegaskan keesaan mutlak Allah SWT. Surat ini menolak segala bentuk kemusyrikan, penyekutuan, dan anggapan bahwa Allah memiliki sifat yang setara dengan makhluk-Nya. Ayat kedua, "Allahush-Shamad," menjelaskan bahwa Allah adalah Zat yang menjadi tujuan dan sandaran segala kebutuhan. Segala sesuatu membutuhkan-Nya, namun Dia tidak membutuhkan apapun. Ini adalah pembebasan spiritual dari ketergantungan pada ciptaan.
Pernyataan tegas dalam ayat ketiga dan keempat—bahwa Allah tidak beranak dan tidak diperanakkan, serta tidak ada yang setara dengan-Nya—membebaskan pikiran dari konsep limitasi dan perbandingan. Membaca Al-Ikhlas adalah latihan untuk memurnikan akidah, menjadikan hati hanya tertuju pada satu sumber kekuatan yang sempurna dan abadi.
Surat An-Nas: Memohon Perlindungan Total
Jika Al-Ikhlas adalah pernyataan iman, maka An-Nas adalah praktik nyata perlindungan iman tersebut. Surat An-Nas memerintahkan kita untuk secara aktif mencari perlindungan kepada Allah dari segala sumber keburukan yang berusaha merusak ketenangan batin kita. Tiga sifat Allah disebutkan: Rabbun Nas (Tuhan yang memelihara), Malikun Nas (Raja yang menguasai), dan Ilaahun Nas (Sesembahan manusia). Ketiga sifat ini menegaskan bahwa hanya Dia yang memiliki otoritas penuh atas seluruh umat manusia.
Fokus utama perlindungan dalam An-Nas adalah dari "al-waswas al-khannas"—bisikan jahat yang bersembunyi. Bisikan ini adalah godaan setan yang bekerja secara halus, masuk ke dalam celah-celah pikiran dan hati. Setan bisa berasal dari golongan jin (yang tidak kasat mata) maupun dari golongan manusia itu sendiri (yang menyesatkan melalui ucapan atau perbuatan).
Kombinasi Kekuatan
Membaca kedua surat ini secara berurutan, seperti yang diamalkan Nabi Muhammad SAW setelah salat atau sebelum tidur, menciptakan perisai spiritual yang berlapis. Al-Ikhlas memperkuat fondasi keimanan kita—mengokohkan tauhid—sehingga kita tahu kepada siapa kita berlindung. Sementara itu, An-Nas adalah doa operasional yang aktif memohon penjagaan dari semua ancaman eksternal dan internal yang mengganggu keikhlasan tersebut. Kekuatan An-Nas terletak pada pengakuan kita bahwa musuh itu nyata, sementara kekuatan Al-Ikhlas terletak pada keyakinan bahwa Pelindung kita Maha Mutlak dan Maha Kuasa. Kedua surat ini adalah kombinasi sempurna antara pengakuan keesaan dan permohonan perlindungan aktif, menjadikannya benteng tak ternilai bagi jiwa yang beriman.