Dalam Al-Qur'an, surat An Nisa merupakan salah satu surat Madaniyah yang paling komprehensif, membahas berbagai aspek kehidupan seorang Muslim, mulai dari hukum keluarga, sosial, hingga hubungan dengan Allah SWT. Salah satu ayat yang sarat akan makna dan peringatan adalah ayat ke-141. Surat An Nisa ayat 141 ini secara spesifik menyoroti karakteristik dan nasib orang-orang munafik yang seringkali bersikap ambigu dalam keimanan mereka. Ayat ini menjadi cermin bagi kita untuk senantiasa introspeksi diri dan memastikan keteguhan iman kita.
Ayat 141 dari surat An Nisa ini berbunyi:
(Yaitu) orang-orang yang menjadikan orang-orang kafir sebagai pelindung dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka akan mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Ketahuilah sesungguhnya semua kekuatan itu adalah milik Allah.
Ayat ini secara gamblang mendefinisikan siapa saja yang tergolong sebagai orang munafik atau setidaknya memiliki sifat kemunafikan. Ciri utama yang disebutkan adalah mereka yang menjadikan orang-orang kafir sebagai pelindung atau teman setia, sementara meninggalkan kaum mukmin. Ini bukan sekadar masalah pergaulan sosial, melainkan sebuah bentuk loyalitas dan keterikatan hati yang salah arah. Dalam konteks hubungan dengan sesama, ayat ini mengingatkan bahwa prioritas seharusnya adalah persaudaraan seagama, bukan justru mencari sokongan atau keuntungan dari pihak yang memusuhi agama.
Pertanyaan retoris yang diajukan dalam ayat ini, "Apakah mereka akan mencari kekuatan di sisi orang kafir itu?" adalah sebuah pukulan telak bagi nalar. Orang mukmin seharusnya menyadari bahwa sumber kekuatan sejati dan keagungan yang hakiki adalah hanya milik Allah SWT semata. Mencari perlindungan atau kekuatan dari selain Allah, apalagi dari pihak yang jelas-jelas menentang kebenaran-Nya, adalah sebuah kekeliruan fatal. Ini menunjukkan adanya keraguan dalam hati mereka terhadap janji dan pertolongan Allah.
Ilustrasi visual makna Surat An Nisa Ayat 141.
Surat An Nisa ayat 141 memiliki implikasi spiritual yang sangat mendalam. Ia mengajarkan tentang pentingnya tauhid dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam menentukan siapa teman dan pelindung kita. Ketika seseorang lebih mengutamakan pertemanan atau kerjasama dengan orang-orang yang menolak ajaran Islam, atau bahkan aktif memeranginya, tanpa disadari ia telah mengkhianati akidahnya. Ini adalah bentuk syirik kecil, yaitu menyekutukan Allah dalam hal loyalitas dan sumber sandaran.
Allah SWT menegaskan bahwa kekuatan dan kemuliaan mutlak hanya milik-Nya. Ini berarti bahwa siapa pun yang mencari kekuatan dari selain Allah, pada hakikatnya ia sedang menggali lubang kehancuran bagi dirinya sendiri. Kekuatan yang didapat dari orang kafir, yang didasarkan pada duniawi semata, sifatnya sementara dan penuh dengan tipu daya. Sebaliknya, pertolongan dan kekuatan dari Allah bersifat abadi dan terjamin, selama seorang hamba senantiasa taat dan bertawakkal kepada-Nya.
Ayat ini juga menggarisbawahi bahaya dari kehidupan yang penuh keraguan. Orang munafik dicirikan oleh ketidakmampuan mereka untuk mengambil keputusan yang tegas dalam beriman. Mereka berupaya menyenangkan semua pihak, baik mukmin maupun kafir, demi mendapatkan keuntungan duniawi. Namun, usaha mereka ini adalah sia-sia dan justru akan menjerumuskan mereka pada kerugian yang lebih besar di akhirat.
Di era globalisasi dan kemajuan teknologi seperti sekarang, pemahaman terhadap surat An Nisa ayat 141 menjadi semakin relevan. Tantangan untuk bersikap moderat dan menjaga prinsip Islam di tengah berbagai pengaruh luar semakin besar. Kita perlu senantiasa waspada terhadap godaan untuk mencari popularitas, kekuasaan, atau kekayaan dengan mengorbankan nilai-nilai keislaman.
Pesan utama dari ayat ini adalah untuk senantiasa memperkuat ikatan persaudaraan sesama Muslim dan menjadikan Allah sebagai sumber segala kekuatan. Jauhi sikap hipokrit dan ambivalen dalam beragama. Keteguhan hati, kejujuran dalam niat, dan keyakinan penuh pada pertolongan Allah adalah kunci untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Surat An Nisa ayat 141 mengingatkan kita bahwa pilihan kita dalam menentukan siapa yang kita percayai dan sandarkan, akan menentukan arah hidup dan nasib kita kelak. Marilah kita selalu menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman hidup yang menuntun kita pada jalan yang lurus.