Surat An Nisa Ayat 126-130: Janji Allah dan Tanggung Jawab

Keadilan & Kasih Sayang Ilahi

Ilustrasi: Keadilan dan Kasih Sayang Ilahi

Surat An Nisa, yang berarti "Wanita", merupakan salah satu surat Madaniyah yang kaya akan ajaran tentang tatanan sosial, hukum keluarga, dan prinsip-prinsip keadilan dalam Islam. Di antara ayat-ayatnya yang penuh makna, rentang ayat 126 hingga 130 memegang peranan penting dalam memahami luasnya rahmat, keadilan, dan pertanggungjawaban yang diberikan Allah kepada hamba-Nya. Ayat-ayat ini menawarkan perspektif yang mendalam mengenai bagaimana Allah mengelola urusan dunia dan akhirat, serta bagaimana manusia seharusnya meresponsnya.

Tanggung Jawab dan Janji Allah

Ayat-ayat ini mengingatkan kita bahwa segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi adalah milik Allah. Hal ini menegaskan kekuasaan mutlak-Nya dan sekaligus menegaskan bahwa setiap hamba akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang telah mereka lakukan. Allah Maha Mengetahui atas segala sesuatu, tidak ada yang tersembunyi dari pandangan-Nya.

Mari kita selami makna dari masing-masing ayat tersebut:

لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۗ وَإِنْ تُبْدُوا مَا فِي أَنْفُسِكُمْ أَوْ تُخْفُوهُ يُحَاسِبْكُمْ بِهِ اللَّهُ ۖ فَيَغْفِرُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

"Milik Allahlah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan(nya), niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentangnya. Allah mengampuni siapa yang Dia kehendaki dan menyiksa siapa yang Dia kehendaki; dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu." (QS. An-Nisa: 126)

Analisis Ayat 126

Ayat 126 menegaskan kepemilikan mutlak Allah atas seluruh alam semesta. Ini adalah fondasi penting untuk memahami hubungan antara Tuhan dan ciptaan-Nya. Kesadaran ini seharusnya menumbuhkan rasa rendah hati dan kepatuhan. Lebih lanjut, ayat ini menyentuh aspek kesadaran diri dan tanggung jawab. Segala sesuatu yang terlintas dalam pikiran, baik yang diungkapkan maupun yang disembunyikan, akan menjadi bahan perhitungan di hadapan Allah. Ini bukanlah ancaman semata, melainkan sebuah peringatan agar kita senantiasa menjaga hati dan pikiran kita dari niat buruk atau pikiran yang dapat menjauhkan kita dari-Nya. Namun, di akhir ayat, Allah juga membuka pintu harapan dengan menyatakan bahwa Dia mengampuni siapa yang Dia kehendaki dan menyiksa siapa yang Dia kehendaki. Ini menunjukkan bahwa perhitungan tersebut didasarkan pada kebijaksanaan dan keadilan-Nya yang sempurna.

آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ ۚ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ ۚ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۖ غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ

"Rasul telah beriman kepada Al-Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, dan juga orang-orang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata), 'Kami tidak membeda-bedakan antara seorang pun dari rasul-rasul-Nya.' Dan mereka berkata, 'Kami dengar dan kami taat.' (Mereka berdoa), 'Ampunilah kami, wahai Tuhan kami, dan kepada Engkaulah tempat kembali.'" (QS. An-Nisa: 126)

Analisis Ayat 126 (Lanjutan)

Bagian kedua dari ayat 126 ini fokus pada respons orang-orang beriman terhadap wahyu ilahi. Ayat ini memuji keimanan Rasulullah SAW dan seluruh kaum mukmin. Keyakinan mereka mencakup seluruh pilar iman: Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. Penegasan bahwa mereka tidak membeda-bedakan rasul-rasul-Nya sangat penting, menunjukkan pengakuan atas seluruh nabi dan rasul yang diutus Allah, tanpa kecuali. Pernyataan "Kami dengar dan kami taat" adalah manifestasi ketaatan yang tulus terhadap perintah Allah dan Rasul-Nya. Doa mereka, "Ampunilah kami, wahai Tuhan kami, dan kepada Engkaulah tempat kembali," menunjukkan kerendahan hati, kesadaran akan kekurangan, dan harapan akan ampunan serta kepastian kembali kepada Allah.

لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ ۖ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا ۚ أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ

"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan mendapat (siksa) dari (keburukan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa), 'Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau membebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka menangkanlah kami atas kaum yang kafir.'" (QS. An-Nisa: 128-130)

Analisis Ayat 128-130

Ayat 128 hingga 130 merupakan rangkuman doa dan pengakuan kaum mukmin tentang sifat Maha Adil dan Maha Pengasih Allah. Ayat 128 secara eksplisit menyatakan prinsip dasar bahwa Allah tidak akan membebani seseorang di luar kemampuannya. Ini adalah bentuk kasih sayang dan kemudahan dari Allah. Setiap amal perbuatan, baik yang baik maupun yang buruk, akan berimplikasi pada diri pelakunya sendiri. Ini adalah prinsip keadilan karma.

Selanjutnya, ayat 129 dan 130 menguraikan doa-doa permohonan yang sangat indah dan relevan bagi setiap insan:

Secara keseluruhan, ayat-ayat ini mengajarkan kita tentang tiga pilar utama: keadilan Allah yang sempurna, keluasan rahmat-Nya, dan kewajiban kita sebagai hamba untuk beriman, patuh, serta senantiasa memohon ampunan dan pertolongan-Nya. Kesadaran akan kekuasaan Allah yang mutlak, dikombinasikan dengan pengakuan atas keterbatasan diri, mendorong kita untuk hidup dengan penuh kesadaran, integritas, dan doa.

Memahami dan merenungkan makna surat An Nisa ayat 126-130 memberikan kita panduan yang jelas tentang bagaimana menjalani kehidupan di dunia ini. Ini adalah pengingat bahwa setiap tindakan kita memiliki konsekuensi, namun Allah senantiasa membuka pintu maaf dan memberikan kemudahan bagi hamba-Nya yang tulus.

🏠 Homepage