Dalam Al-Qur'an, terdapat ayat-ayat yang secara lugas dan tegas memberikan peringatan kepada umat manusia, terutama bagi mereka yang memiliki sifat kemunafikan. Salah satu ayat yang paling menonjol dalam hal ini adalah Surat An-Nisa ayat 138. Ayat ini tidak hanya sekadar pemberitahuan, melainkan sebuah ancaman yang serius bagi siapa saja yang menunjukkan sikap munafik dalam kehidupannya, baik dalam perkataan maupun perbuatan.
"Alloh menjanjikan (kepada orang-orang munafik) neraka Jahanam, mereka kekal di dalamnya. Cukuplah Jahanam itu menjadi kerugian." (QS. An-Nisa: 138)
Ayat ini secara gamblang mengungkapkan ancaman balasan yang akan diterima oleh orang-orang munafik dari Allah SWT. Janji neraka Jahanam yang kekal merupakan hukuman paling berat dan menunjukkan betapa berbahayanya sifat kemunafikan dalam pandangan Islam. Kata "munafik" sendiri berasal dari bahasa Arab yang berarti menyembunyikan sesuatu di dalam hati, yang berlawanan dengan apa yang tampak di luar. Orang munafik adalah mereka yang di luarnya tampak beriman dan taat, namun di dalam hati mereka menyimpan kebencian, keraguan, atau bahkan permusuhan terhadap ajaran Islam dan kaum mukmin.
Sifat kemunafikan ini sangat dibenci oleh Allah SWT karena dapat merusak tatanan sosial, menciptakan perpecahan di dalam umat, dan menghalangi tersebarnya kebaikan. Mereka yang munafik seringkali berkhianat, menebar fitnah, dan berusaha melemahkan kekuatan kaum muslimin dari dalam. Oleh karena itu, Allah memberikan peringatan yang sangat keras agar umat Islam senantiasa menjaga keikhlasan dalam beriman dan beramal.
Ayat 138 dari Surat An-Nisa ini menekankan beberapa poin krusial terkait bahaya kemunafikan:
Para ulama tafsir menjelaskan bahwa ancaman kekal di neraka Jahanam ini diperuntukkan bagi orang munafik yang kekal dalam kemunafikannya hingga akhir hayatnya dan menolak kebenaran. Namun, bagi mereka yang munafik namun kemudian bertaubat dan memperbaiki diri, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Poin pentingnya adalah ayat ini merupakan pukulan telak bagi mereka yang bergaya munafik dan mengingatkan umat Islam untuk tidak meniru perilaku tersebut.
Kata "kerugian" yang disebutkan di akhir ayat juga memiliki makna yang sangat dalam. Kerugian yang dimaksud bukanlah sekadar kerugian materi, melainkan kerugian yang paling hakiki, yaitu kerugian berupa kehilangan rahmat Allah, surga-Nya, dan masuk ke dalam siksa neraka yang abadi. Ini adalah kerugian terbesar yang tidak bisa ditukar dengan apapun.
Oleh karena itu, Surat An-Nisa ayat 138 menjadi pengingat penting bagi setiap muslim untuk senantiasa mengintrospeksi diri, memastikan keikhlasan dalam setiap ibadah dan amalan. Menjauhi sifat-sifat tercela seperti dusta, khianat, kemalasan dalam beribadah, dan sikap pura-pura adalah langkah penting untuk menjauhkan diri dari ancaman yang mengerikan ini. Kesungguhan dalam beriman dan ketulusan dalam beramal adalah kunci keselamatan dunia dan akhirat.