Ilustrasi Refleksi dan Pemahaman.
Al-Qur'an, sebagai kitab suci umat Islam, senantiasa memberikan petunjuk dan pelajaran berharga bagi setiap Muslim dalam menjalani kehidupan. Salah satu surah yang kaya akan makna mendalam adalah Surah An Nisa, yang berarti "Wanita". Di dalamnya, terdapat ayat-ayat yang relevan dengan kehidupan sosial, spiritual, dan etika, termasuk ayat 86 hingga 90. Ayat-ayat ini secara spesifik membahas tentang pentingnya salam, balasan yang lebih baik, pentingnya berpegang teguh pada kebenaran, dan larangan terhadap perpecahan serta permusuhan.
Surat An Nisa ayat 86 diawali dengan perintah untuk memberikan salam kepada sesama. Allah SWT berfirman:
Ayat ini menekankan adab mulia dalam interaksi sosial. Memberi salam adalah bentuk penghormatan, doa, dan pengakuan atas keberadaan orang lain. Balasan yang lebih baik atau serupa menunjukkan sikap lapang dada, kerendahan hati, dan menjaga tali silaturahmi. Hal ini bukan sekadar formalitas, melainkan sebuah ajaran agama yang sarat makna dalam membangun harmoni sosial dan mengingatkan kita bahwa setiap perbuatan akan diperhitungkan oleh Allah SWT.
Lebih lanjut, ayat 87 dari surah yang sama menegaskan bahwa tidak ada yang lebih berhak disembah selain Allah SWT. Ayat ini mengingatkan kembali pada pokok keimanan, yaitu tauhid. Allah SWT adalah Tuhan Yang Esa, tempat bergantung segala sesuatu, dan tidak ada satu pun yang dapat menandingi kekuasaan-Nya. Pertanyaan yang diajukan Allah SWT dalam ayat ini, "Mengapa kamu menjadi dua golongan mengenai orang munafik, padahal Allah telah mengembalikan mereka (kepada yang benar) disebabkan apa yang telah mereka usahakan?" menunjukkan bahwa Allah mengetahui segala niat dan perbuatan manusia. Ini adalah pengingat bahwa kejujuran hati dan keteguhan iman sangatlah penting.
Memasuki ayat 88, Allah SWT memberikan peringatan keras terkait dengan orang-orang yang berkhianat terhadap diri mereka sendiri, yang sering kali diasosiasikan dengan orang munafik atau mereka yang memiliki niat buruk. Allah SWT berfirman:
Ayat ini menyoroti bahaya sikap kemunafikan dan alasan-alasan dibuat-buat untuk menghindari kewajiban, terutama dalam konteks berjihad atau membela kebenaran. Allah mengetahui apa yang tersembunyi dalam hati, dan bagi mereka yang memilih kesesatan karena dosa-dosanya, akan sulit menemukan jalan kebenaran.
Kemudian, ayat 89 semakin memperjelas tentang bahaya perpecahan dan permusuhan. Allah SWT berfirman:
Ayat ini memerintahkan kaum Muslimin untuk tidak mengikuti jejak orang-orang kafir yang ingin menjerumuskan umat Islam ke dalam kekafiran. Sikap tegas harus diambil terhadap mereka yang berupaya merusak persatuan dan akidah umat. Namun, penting untuk dicatat bahwa ayat ini memiliki konteks historis dan sering kali diinterpretasikan dalam kerangka peperangan atau pembelaan diri melawan permusuhan yang nyata, bukan sebagai pembenaran untuk permusuhan tanpa sebab.
Terakhir, ayat 90 memberikan keringanan dan pengecualian dalam kondisi tertentu. Allah SWT berfirman:
Ayat ini mengajarkan pentingnya menjaga perjanjian dan menghormati perdamaian. Jika ada kelompok yang secara tulus ingin berdamai atau berada di bawah perlindungan perjanjian, maka umat Islam diperintahkan untuk tidak memerangi mereka. Ini menunjukkan bahwa Islam sangat menjunjung tinggi prinsip keadilan, perdamaian, dan penghormatan terhadap perjanjian, bahkan dalam situasi konflik. Prioritas utama adalah menjaga ukhuwah dan meminimalkan permusuhan sebisa mungkin, kecuali jika ada ancaman nyata.
Secara keseluruhan, Surat An Nisa ayat 86-90 memberikan pelajaran yang komprehensif tentang bagaimana seorang Muslim harus berinteraksi dengan sesama, baik dalam hal adab sosial, keteguhan iman, menjauhi perpecahan, maupun dalam menjunjung tinggi perdamaian dan keadilan. Ayat-ayat ini adalah panduan abadi bagi umat Islam untuk membangun masyarakat yang harmonis, berlandaskan nilai-nilai luhur ajaran Islam.