Ikon abstrak yang mewakili koneksi dan peringatan.
Dalam Al-Qur'an, terdapat banyak ayat yang memberikan panduan moral dan etika bagi umat Muslim dalam menjalani kehidupan bermasyarakat, berinteraksi dengan sesama, bahkan dalam menghadapi situasi yang kompleks seperti peperangan dan permusuhan. Salah satu ayat yang secara tegas memberikan peringatan adalah Surat An Nisa ayat 89. Ayat ini mengandung pesan kuat mengenai larangan bersekutu dan menjadikan musuh sebagai pelindung, serta konsekuensi yang menyertainya.
“Mereka (orang-orang munafik) suka sekali jika kamu menjadi kafir sebagaimana mereka juga menjadi kafir, lalu kamu sama saja. Maka janganlah kamu jadikan di antara mereka sebagai pelindung (kekasih) sampai mereka berhijrah di jalan Allah. Jika mereka berpaling, maka bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan janganlah kamu ambil seorang pun di antara mereka sebagai pelindung (kekasih) dan penolong.”
Ayat ini turun pada konteks di mana terdapat sekelompok orang munafik yang berusaha memecah belah kaum Muslimin. Mereka menampilkan diri sebagai bagian dari umat Islam, namun secara diam-diam berpihak kepada musuh-musuh Islam. Tujuan mereka adalah melemahkan kekuatan kaum Muslimin dari dalam dan membantu pihak musuh untuk menghancurkan Islam.
Larangan untuk menjadikan mereka sebagai pelindung atau kekasih sangatlah jelas. Hal ini menekankan pentingnya menjaga keutuhan ukhuwah Islamiyah dan kehati-hatian dalam memilih teman atau sekutu. Di saat kaum Muslimin diuji oleh permusuhan dari luar, menjaga barisan internal agar tetap solid dan terhindar dari pengkhianatan adalah suatu keharusan. Ayat ini juga mengandung peringatan keras bagi orang-orang yang ragu-ragu atau terombang-ambing antara kebaikan dan keburukan, antara kesetiaan kepada Allah dan Rasul-Nya dengan godaan duniawi atau pengaruh dari pihak luar.
Golongan yang dimaksud dalam ayat ini adalah orang-orang munafik yang berpura-pura beriman namun hatinya dipenuhi kekafiran, atau orang-orang yang secara terang-terangan memusuhi Islam namun terkadang mencoba mendekat dengan tujuan terselubung. Perilaku mereka adalah menginginkan agar kaum Muslimin kembali kepada kekafiran, sehingga kedudukan mereka menjadi sama dan tidak ada lagi perbedaan antara mukmin dan kafir.
Allah SWT memerintahkan umat Islam untuk tidak menjadikan mereka sebagai pelindung atau sekutu, setidaknya sampai mereka benar-benar menunjukkan perubahan sikap dan berhijrah di jalan Allah. Hijrah di sini bisa diartikan sebagai meninggalkan kebiasaan buruk, meninggalkan lingkungan yang menyesatkan, atau bahkan hijrah fisik dari negeri yang penuh permusuhan menuju negeri yang aman bagi pengembangan Islam.
Jika mereka tetap berpegang pada kekufuran dan permusuhan, maka ayat ini memberikan ketegasan berupa perintah untuk memerangi mereka di mana pun mereka ditemukan. Hal ini bukanlah perintah untuk melakukan kekerasan tanpa pandang bulu, melainkan sebagai respons terhadap ancaman nyata yang mereka timbulkan terhadap eksistensi dan keamanan umat Islam. Ini adalah bagian dari prinsip pertahanan diri dalam Islam, di mana pihak yang mengancam harus dilawan agar tidak menimbulkan kerusakan lebih lanjut.
Meskipun ayat ini turun pada konteks sejarah tertentu, prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya tetap relevan hingga kini. Di era modern, ancaman terhadap umat Islam bisa datang dalam berbagai bentuk. Ada pihak-pihak yang berusaha menyebarkan paham-paham yang merusak akidah, memecah belah persatuan umat, atau bahkan secara terang-terangan memusuhi Islam melalui narasi negatif dan propaganda.
Oleh karena itu, memahami Surat An Nisa ayat 89 mengajarkan kita untuk memiliki kesadaran yang tinggi terhadap lingkungan sosial dan politik. Kita perlu berhati-hati dalam memilih teman, kolega, atau bahkan organisasi yang kita ikuti. Kesetiaan kepada prinsip-prinsip ajaran Islam harus menjadi prioritas utama. Kita tidak boleh mudah terpengaruh oleh pihak-pihak yang memiliki agenda terselubung untuk melemahkan atau merusak Islam, baik melalui cara halus maupun terang-terangan.
Selain itu, ayat ini juga mengingatkan pentingnya persatuan di kalangan umat Islam. Ketika ada musuh yang mencoba memecah belah, maka justru kita harus semakin merapatkan barisan. Menjadikan Al-Qur'an dan Sunnah sebagai pedoman utama dalam setiap aspek kehidupan adalah cara terbaik untuk menjaga keutuhan dan kekuatan umat.
Surat An Nisa ayat 89 adalah pengingat penting bagi umat Islam untuk senantiasa waspada terhadap ancaman dari pihak-pihak yang memusuhi Islam. Ayat ini mengajarkan kita untuk tidak menjadikan mereka sebagai pelindung atau sekutu, serta memberikan ketegasan dalam menghadapi permusuhan. Prinsip kehati-hatian, menjaga persatuan, dan kesetiaan pada ajaran Islam adalah kunci untuk menghadapi berbagai tantangan di dunia yang terus berubah.