Surat An Nisa Ayat 95-100: Keutamaan dan Kewajiban dalam Perjuangan

Surat An Nisa, yang berarti "Wanita", adalah salah satu surat terpanjang dalam Al-Qur'an, yang membahas berbagai aspek kehidupan sosial, hukum, dan spiritual umat Islam. Di antara ayat-ayatnya yang penting, ayat 95 hingga 100 dari surat ini memiliki makna mendalam terkait dengan konsep jihad, keutamaan orang-orang yang berjuang di jalan Allah, serta instruksi mengenai persiapan bagi mereka yang tinggal di rumah.

Ayat 95: Keutamaan Orang Beriman yang Duduk

Ayat 95 dari Surat An Nisa berbunyi:

لَا يَسْتَوِي الْقَاعِدُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ غَيْرُ أُولِي الضَّرَرِ وَالْمُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ ۚ فَضَّلَ اللَّهُ الْمُجَاهِدِينَ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ عَلَى الْقَاعِدِينَ دَرَجَةً ۚ وَكُلًّا وَعَدَ اللَّهُ الْحُسْنَىٰ ۚ وَفَضَّلَ اللَّهُ الْمُجَاهِدِينَ عَلَى الْقَاعِدِينَ أَجْرًا عَظِيمًا

"Tidaklah sama antara orang mukmin yang duduk (tidak ikut berperang) yang tidak mempunyai uzur (disabilitas) dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan jiwa mereka. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta benda dan jiwa mereka atas orang-orang yang duduk dengan satu derajat. Kepada masing-masing (dari keduanya) Allah menjanjikan pahala yang terbaik (surga). Dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang-orang yang duduk dengan pahala yang besar."

Ayat ini menegaskan perbedaan derajat antara mereka yang berjuang di jalan Allah dengan harta dan jiwa mereka, dengan mereka yang duduk (tidak ikut berjihad) tanpa adanya uzur. Meskipun keduanya dijanjikan kebaikan oleh Allah, para mujahid mendapatkan keutamaan dan derajat yang lebih tinggi. Penting untuk dicatat bahwa pengecualian diberikan bagi mereka yang memiliki uzur syar'i, seperti sakit atau cacat fisik, yang menghalangi mereka untuk ikut berjihad. Ini menunjukkan bahwa Islam menghargai setiap usaha dan niat baik, namun juga menekankan pentingnya pengorbanan demi agama.

Ayat 96-97: Derajat Mujahidin dan Balasan bagi Syuhada

Ayat 96 dan 97 melanjutkan penjelasan mengenai keutamaan para mujahidin:

دَرَجَاتٍ مِّنْهُ وَمَغْفِرَةً وَرَحْمَةً ۚ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا

"(Yaitu) beberapa derajat dari-Nya, ampunan dan rahmat. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

إِنَّ الَّذِينَ تَوَفَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ ظَالِمِي أَنفُسِهِمْ قَالُواْ فِيمَ كُنتُمْ ۖ قَالُواْ كُنَّا مُسْتَضْعَفِينَ فِي الْأَرْضِ ۖ قَالُواْ أَلَمْ تَكُنْ أَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةً فَتُهَاجِرُواْ فِيهَا ۚ فَأُولَٰئِكَ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ ۖ وَسَاءَتْ مَصِيرًا

"Sesungguhnya orang-orang yang dicabut nyawanya oleh malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat berkata: 'Dalam keadaan bagaimanakah kamu ini?'. Mereka menjawab: 'Kami dalam keadaan tertindas di negeri (Mekah) kami.' Malaikat berkata: 'Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?' Mereka itu tempat kembalinya adalah Jahanam dan Jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali."

Ayat 96 menjelaskan bahwa derajat yang tinggi bagi para mujahidin datang dari Allah, disertai ampunan dan rahmat-Nya. Ini adalah balasan yang luar biasa atas pengorbanan mereka. Sementara itu, ayat 97 memberikan peringatan keras bagi mereka yang tidak mau berhijrah dari negeri yang penuh kekufuran dan penindasan, padahal bumi Allah luas. Pengunduran diri dari kewajiban hijrah, jika tidak ada uzur, dianggap sebagai penganiayaan diri sendiri dan berujung pada tempat kembali yang buruk.

Ayat 98-100: Pengecualian Bagi yang Lemah dan Instruksi untuk Berhijrah

Ayat 98 hingga 100 memberikan kelonggaran dan detail lebih lanjut:

إِلَّا الْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ وَالْوِلْدَانِ لَا يَسْتَطِيعُونَ حِيلَةً وَلَا يَهْتَدُونَ سَبِيلًا

"Kecuali mereka yang tertindas dari orang-orang laki-laki dan perempuan dan anak-anak yang tidak mampu berdaya upaya dan tidak mengetahui jalan (untuk berhijrah)."

فَأُولَٰئِكَ عَسَى اللَّهُ أَن يَعْفُوَ عَنْهُمْ ۚ وَكَانَ اللَّهُ عَفُوًّا غَفُورًا

"Mereka itu mudah-mudahan Allah akan memaafkannya. Dan adalah Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun."

وَمَن يُهَاجِرْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يَجِدْ فِي الْأَرْضِ مُرَاغَمًا كَثِيرًا وَسَعَةً ۚ وَمَن يَخْرُجْ مِن بَيْتِهِ مُهَاجِرًا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ يُدْرِكْهُ الْمَوْتُ فَقَدْ وَقَعَ أَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا

"Dan barang siapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka akan mendapatkan di bumi ini tempat pengungsian yang banyak dan kelapangan. Dan barang siapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat tujuan), maka sungguh pahalanya telah ditetapkan di sisi Allah. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Ayat 98 dan 99 secara spesifik mengecualikan mereka yang benar-benar tidak mampu berhijrah, baik karena lemah secara fisik, usia muda, maupun tidak mengetahui jalan untuk berhijrah. Kepada mereka Allah menjanjikan ampunan. Ayat 100 memberikan motivasi kuat untuk berhijrah di jalan Allah. Siapa pun yang berhijrah akan menemukan kelapangan dan tempat berlindung. Lebih penting lagi, jika seseorang meninggal dalam perjalanan hijrahnya dengan niat yang ikhlas karena Allah dan Rasul-Nya, maka pahalanya dijamin oleh Allah. Ini menekankan bahwa niat dan usaha tulus adalah kunci utama dalam meraih keridhaan dan pahala Allah, bahkan jika tujuan akhir belum tercapai.

Melalui ayat-ayat ini, Al-Qur'an mengajarkan pentingnya keberanian, pengorbanan, dan persiapan dalam menghadapi tantangan demi menegakkan agama Allah. Namun, ia juga menunjukkan kebijaksanaan-Nya dengan memberikan keringanan bagi mereka yang memiliki keterbatasan, serta pahala yang berlimpah bagi niat yang ikhlas.

🏠 Homepage