Surat An-Nas (114): 6
Ayat keenam dari Surat An-Nas adalah puncak dari permohonan perlindungan yang kita panjatkan kepada Allah SWT dalam surat terpendek kedua dalam Al-Qur'an ini. Setelah memohon perlindungan dari Tuhan (Rabb), Raja (Malik), dan Ilah manusia, serta dari kejahatan waswas (bisikan halus) yang datang dari jin dan manusia, ayat ini mengkhususkan sifat dari pembisik jahat tersebut.
Untuk memahami kedalaman ayat ini, kita perlu menguraikan dua kata kunci utama yang mendeskripsikan sifat jahat tersebut:
Permohonan "Min Syarril Waswasil Khannas" adalah pengakuan total bahwa kejahatan terbesar seringkali datang bukan dari paksaan eksternal, melainkan dari sabotase internal melalui tipu daya pikiran. Setan bekerja secara sistematis: ia mengintai saat kita lemah, menanamkan keraguan tentang keimanan kita, meremehkan amal kebaikan kita, atau membesar-besarkan kesalahan kita.
Dengan memohon perlindungan kepada Allah dari sifat Khannas ini, kita menyadari bahwa satu-satunya kekuatan untuk mengusir kejahatan yang bersembunyi adalah dengan mendekatkan diri kepada Al-Khaliq. Keimanan yang kuat dan kesadaran spiritual adalah perisai yang membuat pembisik itu mundur.
Ayat 6 ini melengkapi seluruh rangkaian permohonan perlindungan dalam Surat An-Nas. Kita tidak hanya berlindung dari kejahatan makhluk gaib (jin) yang memang jelas wujudnya, tetapi juga dari kejahatan yang bersifat operasional, yaitu mekanisme godaan itu sendiri. Surat ini mengajarkan bahwa perjuangan spiritual adalah perjuangan melawan bisikan yang bersembunyi di balik kesadaran kita.
Setiap akhir dari ayat surat ini mengikatkan diri pada otoritas tertinggi: Allah. Perlindungan dari waswas dan khannas hanya dapat datang dari Dzat yang menguasai semua aspek eksistensi manusia—Rabb, Malik, dan Ilah. Ayat ini menjadi penutup yang tegas, menegaskan bahwa dalam menghadapi musuh yang tersembunyi ini, sandaran utama dan satu-satunya adalah kekuatan Ilahi.
Oleh karena itu, membaca Surat An-Nas, terutama ayat terakhir ini, setelah shalat atau sebelum tidur, adalah praktik penting untuk membersihkan hati dan pikiran dari jejak-jejak bisikan yang merusak keyakinan dan amal perbuatan sehari-hari.
Artikel ini bertujuan menjelaskan makna mendalam dari terjemahan Surat An-Nas ayat 6 sebagai bagian dari perlindungan diri spiritual.