Kisah dan Makna Turunnya Surat An-Nas

Simbol Perlindungan dan Keimanan

Ilustrasi Konsep Perlindungan Ilahiah

Surat An-Nas, surat penutup dalam Al-Qur'an yang terdiri dari enam ayat, memiliki kisah turun yang sangat relevan dengan kehidupan seorang Muslim. Surat ini bersama dengan Surat Al-Falaq, dikenal sebagai Al-Mu'awwidzatain, yakni dua surat yang menjadi benteng perlindungan (ruqyah) dari berbagai kejahatan lahir maupun batin.

Kisah turunnya An-Nas berakar pada periode ketika Nabi Muhammad SAW menghadapi ujian berat dari gangguan sihir. Meskipun Nabi adalah manusia pilihan Allah, beliau tetap mengalami cobaan fisik dan spiritual sebagai ujian dan teladan bagi umatnya. Dalam riwayat yang dinukil dari beberapa ulama tafsir, disebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah dikenai sihir yang membuatnya seolah-olah melakukan sesuatu padahal tidak beliau lakukan. Kondisi ini berlangsung cukup lama, menyebabkan kesedihan yang mendalam pada diri beliau.

Penyebab Turunnya Mu'awwidzatain

Melihat kondisi Rasulullah SAW, Allah SWT menurunkan wahyu untuk memberikan solusi definitif. Dua surat perlindungan ini, An-Nas dan Al-Falaq, diturunkan serempak sebagai penawar dan perlindungan pamungkas. Malaikat Jibril turun membawa kedua surat ini, memerintahkan Rasulullah untuk membacanya sebagai penangkal sihir tersebut.

Setelah membacakan ayat-ayat ini, ikatan sihir tersebut perlahan terlepas, dan Nabi Muhammad SAW kembali pulih sepenuhnya. Peristiwa ini menegaskan bahwa Al-Qur'an bukan hanya berisi syariat dan kisah masa lalu, tetapi juga mengandung penyembuhan (syifa) bagi penyakit fisik dan spiritual, termasuk gangguan sihir atau waswas jahat.

"Katakanlah, 'Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia, Raja manusia, sembahan manusia, dari kejahatan (bisikan) setan yang tersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.'" (QS. An-Nas: 1-6)

Makna Mendalam dalam Setiap Ayat

Setiap ayat dalam Surat An-Nas adalah pengakuan tauhid yang mendalam dan permohonan perlindungan yang spesifik.

Ayat Pertama (Qul a'udzu bi Rabbin-Naas): Permohonan perlindungan kepada Rabbun Nas (Tuhan sekalian manusia). Ini menegaskan bahwa hanya Allah yang menjadi Tuhan dan pemelihara semua manusia, menunjukkan kekuasaan-Nya yang universal.

Ayat Kedua (Malikin-Naas): Pengakuan bahwa Allah adalah Malikun Nas (Raja sekalian manusia). Dalam konteks perlindungan, tidak ada raja yang lebih berkuasa untuk melindungi dari segala ancaman selain Raja yang sesungguhnya.

Ayat Ketiga (Ilahin-Naas): Pengakuan bahwa Allah adalah Ilahun Nas (Sesembahan sekalian manusia). Hanya kepada-Nya ibadah dilakukan, dan hanya dari-Nya pertolongan dan keselamatan diharapkan.

Ke tiga ayat pertama ini adalah pondasi tauhid yang kokoh sebelum memohon perlindungan. Setelah memantapkan keyakinan akan kebesaran Allah, barulah kita merujuk pada sumber kejahatan yang perlu dihindari.

Identifikasi Sumber Kejahatan: Bisikan Setan

Ayat selanjutnya mengidentifikasi musuh yang harus dihindari:

Ayat Keempat (Min Syarril Waswaasil Khannaas): Ini adalah inti permohonan perlindungan dari kejahatan setan yang suka bersembunyi atau menarik diri (khannaas). Setan tidak selalu tampak; ia sering beroperasi melalui bisikan halus (waswas) ke dalam hati dan pikiran manusia. Bisikan ini bisa berupa keraguan dalam ibadah, keraguan terhadap takdir, atau dorongan melakukan maksiat.

Ayat Kelima (Alladzii Yuwaswisu fii Shudurinnas): Menjelaskan metode kerja setan, yaitu membisikkan keraguan langsung ke dalam dada (shudur) manusia. Dada adalah pusat perasaan dan niat. Setan berusaha merusak niat baik sebelum ia sempat menjadi amal.

Ayat Keenam (Minal Jinnati Wan-Naas): Ayat penutup ini mengungkapkan bahwa pembisik itu bisa berasal dari dua sumber: Jin (setan halus) atau manusia (setan yang tampak). Banyak orang yang terjerumus bukan karena sihir dari jin, melainkan karena hasutan teman, fitnah, atau pengaruh buruk dari sesama manusia.

Pentingnya Membaca An-Nas Setiap Hari

Kisah turunnya An-Nas mengajarkan kita bahwa perlindungan sejati datang dari dzikir dan permohonan kepada Allah. Surat ini adalah senjata spiritual yang paling efektif melawan segala bentuk kejahatan yang tidak terlihat oleh mata, termasuk penyakit hati, hasad, dengki, dan godaan materi duniawi.

Oleh karena itu, umat Islam dianjurkan untuk senantiasa membaca Surat An-Nas (bersama Al-Falaq) secara rutin, terutama sebelum tidur dan setelah salat wajib, untuk memastikan bahwa hati kita selalu berada di bawah naungan perlindungan Rabbul 'Alamin dari segala kejahatan yang tampak maupun yang tersembunyi. Keagungan surat ini terletak pada kesederhanaan kalimatnya namun mencakup cakupan perlindungan yang sangat luas.

🏠 Homepage