Ilustrasi: Potensi korelasi antara masalah kulit (ketiak) dan kesehatan neurologis.
Munculnya jerawat di area tubuh tertentu seringkali dianggap sebagai masalah kulit biasa yang disebabkan oleh produksi sebum berlebih, bakteri, atau iritasi akibat pakaian. Namun, dalam beberapa kasus, kemunculan jerawat di lokasi yang tidak terduga, seperti di ketiak, dapat memicu kekhawatiran lebih jauh. Salah satu isu kesehatan yang belakangan ini mulai dikaitkan secara spekulatif adalah potensi hubungan antara kondisi kulit tertentu dengan penyakit neurodegeneratif, khususnya Penyakit Alzheimer.
Ketiak adalah area yang lembap, hangat, dan sering kali tertutup, menjadikannya tempat berkembang biaknya bakteri dan jamur. Jerawat atau benjolan di ketiak umumnya berupa folikulitis (peradangan folikel rambut), hidradenitis suppurativa (peradangan kelenjar keringat), atau kista. Kondisi ini biasanya ditangani dengan kebersihan yang lebih baik, penggunaan deodoran bebas iritan, atau resep antibiotik topikal jika terinfeksi.
Namun, ketika masalah kulit ini bersifat kronis, sangat meradang, atau tidak responsif terhadap pengobatan standar, para profesional kesehatan mulai mencari pemicu sistemik. Di sinilah kompleksitas hubungan antara inflamasi tubuh dan penyakit sistemik lainnya muncul.
Penyakit Alzheimer ditandai dengan akumulasi plak amiloid dan kusut tau di otak, yang menyebabkan kerusakan sel saraf. Penelitian modern menunjukkan bahwa inflamasi kronis (peradangan jangka panjang) di seluruh tubuh memainkan peran signifikan dalam memicu atau mempercepat proses neurodegenerasi ini. Tubuh yang terus-menerus berperang melawan infeksi atau peradangan kronis menciptakan lingkungan pro-inflamasi.
Jika jerawat di ketiak merupakan manifestasi dari kondisi inflamasi sistemik yang lebih besar (seperti hidradenitis suppurativa parah), maka secara teoritis, kondisi tersebut mungkin mencerminkan tingkat inflamasi umum yang tinggi dalam tubuh. Meskipun ini bukan bukti langsung, ini membuka pintu bagi hipotesis bahwa:
Penting untuk menekankan bahwa tidak ada bukti ilmiah kuat dan langsung yang menyatakan bahwa jerawat di ketiak adalah gejala awal atau prediktor Alzheimer. Klaim semacam ini sering kali muncul dalam diskusi kesehatan populer berdasarkan pengamatan korelasi, bukan kausalitas.
Korelasi yang sering dibahas adalah: Peningkatan inflamasi sistemik (yang bisa ditandai oleh penyakit kulit parah) mungkin berhubungan dengan risiko Alzheimer yang lebih tinggi. Namun, mengisolasi "jerawat ketiak" sebagai penanda adalah penyederhanaan yang berlebihan.
Jika benjolan di ketiak Anda adalah HS—sebuah penyakit peradangan kronis yang ditandai dengan nodul menyakitkan—studi telah mengaitkan HS dengan peningkatan risiko penyakit komorbiditas inflamasi lainnya. Meskipun Alzheimer belum menjadi fokus utama, kaitan antara HS dan penyakit autoimun lainnya menjadi perhatian. Ini memperkuat gagasan bahwa penyakit kulit yang parah adalah sinyal peringatan umum tentang kesehatan inflamasi internal.
Jika Anda mengalami jerawat atau benjolan kronis yang menyakitkan di ketiak, langkah terbaik adalah mencari evaluasi medis profesional. Jangan mendiagnosis diri sendiri berdasarkan rumor internet.
Hubungan antara waspadai jerawat di ketiak dan potensi Alzheimer lebih bersifat spekulatif dan didasarkan pada teori inflamasi sistemik. Jerawat ketiak sendiri jarang menjadi penyebab langsung Alzheimer. Namun, sebagai respons tubuh terhadap peradangan kronis, jerawat yang parah atau tidak terkelola harus selalu ditangani secara serius oleh profesional kesehatan. Jangan panik, tetapi bersikap proaktif terhadap kesehatan kulit Anda adalah langkah bijak untuk kesehatan tubuh secara keseluruhan.