Ujian & Harapan

Ilustrasi visual: Jembatan Ujian menuju Harapan.

Menyelami Makna Al Imran Ayat 111-120: Ujian, Kesabaran, dan Pertolongan Allah

Surah Al Imran merupakan salah satu surah Madaniyyah yang kaya akan ajaran dan hikmah. Di antara ayat-ayatnya yang mendalam, ayat 111 hingga 120 menawarkan perspektif penting mengenai bagaimana seorang mukmin menghadapi ujian, berinteraksi dengan musuh, serta keyakinan teguh terhadap pertolongan Allah SWT.

Kondisi Kaum Mukmin dan Tuduhan Musuh

Ayat 111 dari Surah Al Imran menggambarkan bagaimana kaum Yahudi dan Nasrani, dalam pandangan sebagian tafsir, tidak akan pernah merasa puas dengan kaum mukmin sampai kaum mukmin mengikuti millah (cara hidup/agama) mereka. Pernyataan ini menekankan bahwa adanya perbedaan keyakinan seringkali memicu permusuhan dan upaya untuk mengkonversi pihak lain. Allah SWT berfirman:

لَنْ يَضُرُّوكُمْ إِلَّا أَذًى وَإِنْ يُقَاتِلُوكُمْ يُوَلُّوكُمُ الْأَدْبَارَ ثُمَّ لَا يُنْصَرُونَ

"Mereka sekali-kali tidak akan dapat memberi madharat kepadamu (dengan perang), selain daripada gangguan-gangguan kecil saja, dan jika mereka memerangimu, tentulah mereka akan berbalik mundur, kemudian mereka tidak akan mendapat pertolongan." (QS. Al Imran: 111)

Ayat ini memberikan penegasan bahwa meskipun musuh tampak kuat atau terus mengganggu, ancaman mereka pada dasarnya terbatas. Kekuatan utama kaum mukmin terletak pada keimanan dan pertolongan Allah. Jika mereka benar-benar berjuang dengan keyakinan, musuh akan mundur dan tidak akan mendapatkan kemenangan.

Penegasan atas Keteguhan dan Identitas Mukmin

Selanjutnya, Allah SWT menyebutkan bahwa kaum mukmin diliputi kehinaan di mana pun mereka berada, kecuali jika mereka berpegang teguh pada tali Allah (yaitu Al-Qur'an dan sunnah) dan tali manusia (yaitu perjanjian dengan sesama Muslim). Hal ini menunjukkan pentingnya persatuan dan memegang teguh prinsip agama sebagai benteng pertahanan. Allah berfirman:

ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُوا إِلَّا بِحَبْلٍ مِنَ اللَّهِ وَحَبْلٍ مِنَ النَّاسِ وَبَاءُوا بِغَضَبٍ مِنَ اللَّهِ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الْمَسْكَنَةُ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ الْأَنْبِيَاءَ بِغَيْرِ حَقٍّ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ

"Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (perjanjian) dari Allah dan tali (perjanjian) dari manusia, dan mereka menimbulkan kemurkaan Allah dan mereka ditimpa kemiskinan. Yang demikian itu karena mereka mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas." (QS. Al Imran: 112)

Ayat ini juga menjelaskan mengapa kaum tertentu mengalami kehinaan dan kemiskinan; yaitu karena kekafiran mereka terhadap ayat-ayat Allah, pembunuhan nabi, kedurhakaan, dan pelanggaran batas. Ini adalah konsekuensi logis dari perbuatan mereka yang jauh dari ajaran ilahi.

Pujian bagi Ahli Kitab yang Beriman

Meskipun ada di antara Ahli Kitab yang memusuhi, Allah SWT juga memuji sebagian dari mereka yang memiliki sifat terpuji. Ayat 113-115 Surah Al Imran menyebutkan:

لَيْسُوا سَوَاءً مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ أُمَّةٌ قَائِمَةٌ يَتْلُونَ آيَاتِ اللَّهِ آنَاءَ اللَّيْلِ وَهُمْ يَسْجُدُونَ

"Tidaklah sama (keadaan) ahli kitab itu; di antara mereka ada segolongan yang membaca ayat-ayat Allah pada malam hari dan mereka (bersujud) [QS. Al Imran: 113]

يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَأُولَئِكَ مِنَ الصَّالِحِينَ

"mereka beriman kepada Allah dan hari kemudian, mereka menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar dan bersegera kepada (mengerjakan) berbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang saleh." (QS. Al Imran: 114)

وَمَا يَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ فَلَنْ يُكْفَرُوهُ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِالْمُتَّقِينَ

"Dan apa saja kebaikan yang mereka kerjakan, maka sekali-kali mereka tidak akan diingkari (disia-siakan) dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang bertakwa." (QS. Al Imran: 115)

Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa Allah adil dan tidak menilai secara kolektif. Ada individu-individu di kalangan Ahli Kitab yang tetap teguh pada kebenaran, rajin beribadah, beriman kepada Allah dan hari akhir, serta gemar berbuat kebaikan. Mereka adalah orang-orang saleh yang amalnya tidak akan sia-sia di sisi Allah.

Bentuk-Bentuk Ujian dan Respons Mukmin

Ayat-ayat selanjutnya (116-120) membahas lebih dalam mengenai ujian yang dihadapi kaum mukmin dan bagaimana mereka seharusnya meresponsnya. Allah berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَنْ تُغْنِيَ عَنْهُمْ أَمْوَالُهُمْ وَلَا أَوْلَادُهُم مِّنَ اللَّهِ شَيْئًا وَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

"Sesungguhnya orang-orang yang kafir, harta benda dan anak-anak mereka, sekali-kali tidak dapat menolong mereka dari azab Allah sedikitpun. Dan mereka itu adalah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya." (QS. Al Imran: 116)

Ini adalah peringatan keras bahwa kekayaan dan keturunan tidak akan berguna sama sekali di hadapan siksa Allah bagi orang-orang yang kafir. Mereka akan kekal di dalam neraka. Sebaliknya, kehidupan duniawi orang-orang kafir yang penuh dengan pengeluaran untuk menghalangi jalan Allah akan menjadi penyesalan besar di akhirat.

مَثَلُ مَا يُنْفِقُونَ فِي هَذِهِ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَثَلِ رِيحٍ فِيهَا صِرٌّ أَصَابَتْ حَرْثَ قَوْمٍ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ فَأَهْلَكَتْهُ وَمَا ظَلَمَهُمُ اللَّهُ وَلَكِنْ أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ

"Perumpamaan nafkah yang mereka nafkahkan di kehidupan dunia ini, adalah seperti angin dingin yang menimpa tanaman kaum yang telah menganiaya diri mereka sendiri, lalu angin itu membinasakannya. Dan bukanlah Allah menganiaya mereka, tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri." (QS. Al Imran: 117)

Ayat ini mengingatkan kaum mukmin untuk tidak meniru cara hidup orang-orang yang menentang kebenaran. Ketika musibah datang menimpa mereka, kaum mukmin tidak merasa senang atau gembira, melainkan bersikap tawadhu' (rendah hati) dan memohon ampunan kepada Allah.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا بِطَانَةً مِنْ دُونِكُمْ لَا يَالُونَكُمْ خَبَالًا وَدُّوا مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْآيَاتِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُونَ

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (orang kafir), karena mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkanmu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang tersembunyi di hati mereka lebih besar lagi. Sesungguhnya telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya." (QS. Al Imran: 118)

Pesan penting dalam ayat ini adalah larangan menjalin kedekatan yang mendalam atau menjadikan orang-orang di luar kalangan mukmin (terutama yang memusuhi) sebagai teman kepercayaan. Mereka tidak hanya menyukai kesulitan yang menimpa kaum mukmin, tetapi juga menyimpan kebencian yang lebih besar dari yang terlihat di permukaan. Kejujuran dan keterbukaan dalam berinteraksi dengan semua pihak memang penting, namun menjaga rahasia dan urusan strategis agar tidak jatuh ke tangan musuh adalah keharusan.

Terakhir, ayat 119-120 menyerukan agar kaum mukmin tidak bersedih ketika tertimpa musibah, melainkan bersenang hati ketika mendapatkan kebaikan. Ini adalah sifat orang beriman yang teguh.

هَا أَنْتُمْ أُولَاءِ تُحِبُّونَهُمْ وَلَا يُحِبُّونَكُمْ وَتُؤْمِنُونَ بِالْكِتَابِ كُلِّهِ وَإِذَا لَقُوكُمْ قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا عَضُّوا عَلَيْكُمُ الْأَنَامِلَ مِنَ الْغَيْظِ قُلْ مُوتُوا بِغَيْظِكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ

"Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukaimu, padahal kamu beriman kepada Al Kitab (Taurat) semuanya. Dan apabila mereka menjumpaimu, mereka mengatakan: 'Kami beriman', sedang mereka sekaliannya dalam keadaan rahasia (mereka tidak percaya), dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit jari belakangnya (karena kerasnya kebencian mereka terhadapmu), katakanlah (kepada mereka): 'Matilah kamu karena kesombonganmu itu.' Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala isi hati." (QS. Al Imran: 119)

إِنْ تَمْسَسْكُمْ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْ وَإِنْ تُصِبْكُمْ سَيِّئَةٌ يَفْرَحُوا بِهَا وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لَا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ

"Jika kamu mendapat kebaikan, mereka merasa susah, jika kamu ditimpa musibah, mereka bergembira karenanya. Tetapi jika kamu bersabar dan bertakwa, tipu daya mereka tidak akan memberi kemudharatan sedikitpun kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Meliputi segala apa yang mereka kerjakan." (QS. Al Imran: 120)

Ayat-ayat ini memberikan panduan bagi kaum mukmin untuk senantiasa bersabar dalam menghadapi ujian dan bertakwa kepada Allah. Dengan kesabaran dan ketakwaan, tipu daya musuh tidak akan mampu mencelakakan mereka. Keyakinan ini menjadi penguat spiritual dan landasan moral dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan, baik dari internal maupun eksternal.

Secara keseluruhan, Al Imran ayat 111-120 mengajarkan pentingnya menjaga identitas keislaman, berhati-hati dalam menjalin hubungan dengan pihak luar, dan selalu berserah diri serta bersabar dalam menghadapi ujian dari Allah SWT. Pertolongan-Nya akan selalu menyertai hamba-Nya yang teguh pada pendirian dan bertakwa.

🏠 Homepage