Kehidupan di dunia ini tak lepas dari berbagai macam ujian dan cobaan. Terkadang, ujian tersebut datang dalam bentuk kesulitan finansial, masalah kesehatan, kehilangan orang terkasih, kegagalan dalam usaha, atau bahkan ujian dalam mempertahankan keyakinan. Dalam menghadapi gelombang pasang kehidupan yang terkadang terasa berat, seorang Muslim dituntut untuk memiliki kekuatan mental dan spiritual yang kokoh. Salah satu sumber kekuatan terbesar yang dapat dirujuk adalah Al-Qur'an, kitab suci yang berisi petunjuk dan pelajaran bagi seluruh umat manusia.
Di dalam Al-Qur'an, terdapat ayat-ayat yang secara spesifik mengingatkan dan memberikan panduan tentang bagaimana menyikapi ujian. Salah satu ayat yang sangat relevan dan sarat makna adalah Surah Ali 'Imran ayat 156. Ayat ini tidak hanya sekadar berita, melainkan sebuah instruksi ilahi yang mengajarkan pentingnya kesabaran dan keteguhan hati.
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadi seperti orang-orang kafir dan seperti saudara-saudara mereka yang berjalan di muka bumi (berperang), yang mengatakan tentang saudara-saudara mereka apabila mereka bepergian (di negeri-negeri) atau pergi berperang: 'Kalau mereka tetap bersama kita, tentulah mereka tidak mati dan tidak pula dibunuh.' (Yang demikian) agar Allah menjadikan hal itu kesedihan dalam hati mereka. Allah menghidupkan dan mematikan. Dan Allah melihat apa yang kamu kerjakan."
Ayat Al Imran 156 ini berbicara tentang dua kelompok manusia yang perilakunya dicela oleh Allah SWT: orang-orang kafir dan orang-orang yang meniru mereka. Perilaku yang dimaksud adalah sikap berkeluh kesah, menyalahkan takdir, dan meratapi nasib secara berlebihan ketika menghadapi musibah atau kehilangan. Ketika saudara-saudara mereka pergi bepergian atau berperang, lalu kemudian meninggal atau terbunuh, mereka berkata, "Seandainya mereka tetap bersama kita, niscaya mereka tidak akan mati atau terbunuh."
Ucapan seperti ini menunjukkan adanya keraguan terhadap ketetapan Allah (qada' dan qadar) dan kepasrahan yang kurang kepada-Nya. Sikap ini seolah menolak kenyataan bahwa hidup dan mati adalah sepenuhnya di tangan Allah SWT. Perkataan semacam ini tidak hanya menimbulkan penyesalan yang tidak perlu, tetapi juga dapat menyebabkan kesedihan yang mendalam dan berkepanjangan dalam hati mereka, bahkan dapat mengarah pada keputusasaan.
Tujuan Allah mengingatkan hal ini adalah agar umat Islam tidak meniru perilaku tersebut. Allah ingin umat-Nya memiliki pemahaman yang benar tentang kehidupan, kematian, dan takdir. Kematian adalah suatu keniscayaan yang pasti akan dihadapi setiap makhluk bernyawa, dan waktu serta sebabnya adalah sepenuhnya dalam pengetahuan dan kekuasaan Allah. Menyalahkan keadaan atau orang lain atas kematian tidak akan mengubah takdir, malah justru akan menambah beban psikologis dan menjauhkan diri dari ketenangan batin.
Pelajaran dari Al Imran 156 ini sangat relevan di era modern yang serba cepat dan penuh tekanan. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering dihadapkan pada situasi yang tidak sesuai harapan. Kegagalan dalam karier, musibah pribadi, atau bahkan berita buruk tentang orang lain bisa saja membuat kita terpukul.
Ayat ini mengajarkan kita untuk:
Sikap yang diajarkan dalam ayat ini adalah sikap orang-orang mukmin yang sejati: teguh pendirian, sabar dalam menghadapi cobaan, dan senantiasa berharap ridha Allah. Mereka tidak mudah goyah oleh kesulitan, melainkan menjadikannya sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Mereka tahu bahwa segala sesuatu yang terjadi memiliki tujuan dan hikmah dari Allah, dan mereka percaya bahwa Allah Maha Adil dan Maha Bijaksana.
Surah Ali 'Imran ayat 156 adalah pengingat abadi bagi kita untuk selalu memelihara kesabaran, keteguhan hati, dan keyakinan kepada Allah SWT, terutama saat menghadapi ujian kehidupan. Dengan memahami dan mengamalkan ajaran ayat ini, kita dapat menemukan kedamaian sejati, bangkit dari keterpurukan, dan menjalani hidup dengan penuh makna, sadar bahwa setiap langkah kita senantiasa dalam pengawasan Allah Yang Maha Melihat.