Dalam samudera ajaran Islam yang luas, terdapat permata-permata hikmah yang tertuang dalam ayat-ayat Al-Qur'an. Salah satu ayat yang sering menjadi renungan dan memberikan ketenangan hati adalah Surat Ali Imran ayat 183. Ayat ini secara tegas menyatakan penolakan terhadap anggapan bahwa Allah SWT berbuat zalim terhadap hamba-Nya. Memahami makna di balik ayat ini sangatlah krusial bagi setiap Muslim, tidak hanya sebagai bacaan tetapi sebagai panduan hidup yang menentramkan jiwa.
Surat Ali Imran ayat 183 berbunyi:
"Segolongan dari Ahli Kitab berkata, 'Sesungguhnya Allah Maha Miskin dan Kami Maha Kaya!' Niscaya Kami akan mencatat perkataan mereka dan pembunuhan mereka terhadap para nabi tanpa alasan yang benar, dan Kami akan mengatakan, 'Rasakanlah azab bakar yang menghancurkan.'"
Ayat ini turun sebagai respons terhadap ucapan beberapa orang dari kalangan Yahudi dan Nasrani yang menisbatkan sifat miskin kepada Allah SWT. Mereka mengatakan, "Sesungguhnya Allah pelit (bakhil), tidak memberi rezeki kepada kami, padahal Kami adalah hamba-hamba-Nya yang kaya." Ucapan ini merupakan puncak dari kedangkalan pemahaman dan penolakan mereka terhadap kekuasaan serta kemurahan Allah. Sebaliknya, mereka menganggap diri mereka kaya dan mandiri, seolah-olah tidak membutuhkan karunia dari Sang Pencipta.
Allah SWT melalui ayat ini membantah keras prasangka buruk tersebut. Allah tidak pernah miskin. Justru sebaliknya, Dialah Al-Ghani (Maha Kaya), sumber segala kekayaan dan kemakmuran di seluruh alam semesta. Semua yang ada di langit dan di bumi adalah milik-Nya. Rezeki yang mengalir kepada setiap makhluk adalah murni karunia dan rahmat dari-Nya. Menganggap Allah pelit atau miskin adalah bentuk kekufuran yang sangat tercela dan menunjukkan kesombongan diri.
Lebih lanjut, ayat ini tidak hanya sekadar membantah ucapan mereka yang kufur, tetapi juga menegaskan bahwa Allah akan mencatat segala perkataan dan perbuatan buruk mereka. "Kami akan mencatat perkataan mereka..." menunjukkan bahwa setiap ucapan yang dilontarkan, terutama yang mengandung kedustaan dan kesombongan terhadap Allah, akan dimintai pertanggungjawaban. Ini mengingatkan kita bahwa setiap kata memiliki bobot dan konsekuensi di hadapan Allah.
Bagian yang lebih mengerikan adalah penegasan tentang pembunuhan para nabi: "...dan pembunuhan mereka terhadap para nabi tanpa alasan yang benar." Ini merujuk pada sejarah kelam segolongan Ahli Kitab yang telah membunuh banyak nabi dan rasul yang diutus oleh Allah untuk membimbing mereka. Pembunuhan ini dilakukan tanpa dasar yang syar'i, melainkan didorong oleh keangkuhan, kebencian, dan penolakan terhadap kebenaran. Tindakan keji ini tidak akan luput dari catatan Allah, dan pelakunya akan menuai balasan setimpal.
Puncak dari ayat ini adalah ancaman balasan yang sangat pedih bagi mereka yang terus menerus melakukan kedurhakaan: "...dan Kami akan mengatakan, 'Rasakanlah azab bakar yang menghancurkan.'" Kata "bakar yang menghancurkan" memberikan gambaran mengerikan tentang siksa neraka yang pedih. Azab ini adalah konsekuensi logis dari penolakan mereka terhadap kebenaran, kesombongan mereka yang menganggap diri lebih baik dari Allah, serta kezaliman mereka terhadap para utusan-Nya.
Ayat ini mengajarkan bahwa keadilan Allah bersifat mutlak. Siapa pun yang berbuat zalim, baik terhadap sesama apalagi terhadap Allah dan para nabi-Nya, pasti akan menerima balasan. Namun, perlu dipahami bahwa ayat ini tidak menyatakan bahwa Allah tidak adil. Justru sebaliknya, keadilan Allah menuntut agar kezaliman dibalas dengan hukuman yang setimpal, agar tidak ada kezaliman yang terlepas dari perhitungan.
Bagi umat Islam, Surat Ali Imran ayat 183 memberikan beberapa pelajaran penting:
Dengan merenungi Surat Ali Imran ayat 183, hati kita akan semakin mantap dalam keimanan, semakin terhindar dari kesombongan dan prasangka buruk, serta senantiasa merasa diawasi oleh Allah yang Maha Adil. Semoga kita termasuk hamba-hamba-Nya yang senantiasa bersyukur dan taat.
"Allah Maha Kaya, dan tidak pernah menzalimi hamba-Nya sedikitpun. Segala ketetapan-Nya adalah kebaikan dan keadilan."