Al Imran 37: Kisah Siti Maryam dan Keajaiban Ilahi

Ilustrasi simbolis: Keajaiban rezeki bagi Siti Maryam.

Dalam lautan hikmah yang terkandung dalam Al-Qur'an, terdapat ayat-ayat yang senantiasa memancarkan cahaya pengetahuan dan inspirasi bagi umat manusia. Salah satu ayat yang sarat makna dan mengisahkan kebesaran Tuhan serta ketabahan seorang hamba-Nya adalah Surat Ali Imran ayat 37. Ayat ini tidak hanya sekadar narasi sejarah, tetapi juga menjadi sumber pelajaran spiritual yang mendalam, terutama mengenai kepercayaan, kesabaran, dan anugerah ilahi yang tak terduga.

Surat Ali Imran ayat 37 berbunyi:

"Maka Tuhannya (Maryam) menerimanya (sebagai nazarnya) dengan penerimaan yang baik dan membesarkannya dengan pertumbuhan yang baik serta memeliharanya dalam pemeliharaan yang baik. Maka Zakariya memeliharanya. Setiap kali Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Dia berkata: 'Hai Maryam, dari mana (datangnya) makananmu?' Maryam menjawab: 'Itu dari Allah. Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa perhitungan.'"

Ayat ini membuka tirai kisah tentang Siti Maryam 'alaihassalam, ibu dari Nabi Isa 'alaihissalam. Sejak awal kelahirannya, Maryam telah dikhususkan untuk melayani di Baitul Maqdis, sebuah tempat ibadah yang suci. Ibunya, Hannah, telah bernazar untuk menyerahkan anaknya yang akan lahir untuk mengabdi di sana. Janji ini kemudian ditepati oleh keluarga Maryam.

Kisah Maryam di mihrabnya adalah salah satu ilustrasi paling kuat dari ketergantungan total kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dalam kesendirian dan pengabdiannya yang tulus, Allah SWT menjamin rezekinya. Hal ini ditunjukkan melalui hadirnya makanan di sisinya, bahkan pada waktu-waktu yang tidak terduga. Ketika Nabi Zakariya 'alaihissalam, yang dipercaya untuk mengasuhnya, bertanya tentang sumber makanan tersebut, jawaban Maryam sungguh menggugah: "Itu dari Allah. Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa perhitungan."

Jawaban ini mengandung beberapa pelajaran penting. Pertama, ia menegaskan aqidah tauhid yang murni. Maryam tidak menyandarkan rezekinya pada usaha manusia atau sebab-sebab duniawi semata, melainkan langsung kepada Sang Pemberi Rezeki Yang Sejati, yaitu Allah SWT. Kedua, ia menunjukkan keyakinan yang teguh pada kekuasaan Allah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Rezeki yang datang tanpa terduga, bahkan di tempat yang terpencil seperti mihrab, adalah bukti nyata bahwa Allah mampu melakukan apa saja, tanpa terikat oleh hukum sebab-akibat yang biasa berlaku di alam ini.

Perintah "tanpa perhitungan" juga mengindikasikan bahwa rezeki dari Allah seringkali melebihi apa yang bisa kita bayangkan atau hitung. Ini adalah anugerah yang tak terhingga, yang diberikan atas dasar kehendak-Nya semata. Bagi Maryam, rezeki ini bukan hanya berupa makanan fisik, tetapi juga nutrisi spiritual yang membesarkan ruhani dan kesiapannya untuk mengemban tugas kenabian yang agung.

Kisah Siti Maryam dalam Ali Imran ayat 37 memberikan teladan luar biasa bagi setiap Muslim. Di tengah tantangan hidup dan ketidakpastian masa depan, ayat ini mengingatkan kita untuk senantiasa bertawakal kepada Allah. Tawakal bukan berarti pasif, melainkan aktif berusaha sambil memohon pertolongan dan menyerahkan hasilnya kepada Allah. Kepercayaan kepada Allah sebagai Maha Pemberi Rezeki akan menumbuhkan ketenangan jiwa, menghilangkan kekhawatiran yang berlebihan, dan membuka pintu-pintu kebaikan yang tidak terduga.

Selain itu, ayat ini juga mengajarkan pentingnya doa dan ibadah yang tulus. Maryam hidup dalam ketaatan dan pengabdian kepada Allah. Rezekinya yang luar biasa adalah salah satu bentuk kemuliaan yang diberikan Allah kepada hamba-Nya yang taat. Oleh karena itu, semakin kita mendekatkan diri kepada Allah melalui ibadah dan amal saleh, semakin besar pula harapan kita untuk mendapatkan curahan rahmat dan rezeki-Nya.

Pada akhirnya, Ali Imran ayat 37 adalah pengingat abadi bahwa kekuasaan Allah tidak terbatas. Ia dapat memberikan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka, kepada siapa pun yang Ia kehendaki. Kisah Maryam adalah bukti nyata kebesaran-Nya, dan menjadi sumber inspirasi bagi kita untuk senantiasa meyakini dan mengharapkan karunia-Nya, dengan hati yang penuh sabar, tawakal, dan keikhlasan.

🏠 Homepage