Dalam lautan hikmah yang terkandung dalam Al-Qur'an, terdapat ayat-ayat yang menjadi titik renungan mendalam bagi setiap Muslim. Salah satunya adalah surah Ali Imran ayat 72. Ayat ini tidak hanya sekadar bacaan, melainkan sebuah panggilan untuk introspeksi dan pemahaman akan hakikat keimanan serta tanggung jawab yang menyertainya. Memahami Al Imran 72 berarti membuka pintu pemahaman tentang bagaimana seorang mukmin seharusnya bersikap di hadapan ujian dan bagaimana menjaga integritas akidah di tengah keraguan.
Ayat ini turun sebagai respons terhadap perkataan segolongan ahli kitab yang mengklaim bahwa mereka adalah orang-orang yang beriman dan tidak akan diazab. Mereka berdalih bahwa keimanan mereka kepada Allah sudah cukup untuk menyelamatkan mereka dari siksaan. Namun, Allah melalui ayat ini menegaskan bahwa keimanan yang sesungguhnya bukan hanya sekadar ucapan di lisan, melainkan harus disertai dengan istiqamah.
Kata "istiqamah" dalam ayat ini memiliki makna yang sangat dalam. Ia mencakup konsistensi dalam keyakinan, perkataan, dan perbuatan sesuai dengan tuntunan ajaran Allah. Ini berarti bahwa orang yang benar-benar beriman tidak hanya mengakui Allah sebagai Tuhan semata, tetapi juga teguh menjalankan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, dan tidak mudah goyah oleh godaan duniawi maupun keraguan. Istiqamah adalah bukti kebenaran iman, yang akan membawa ketenangan jiwa dan kebahagiaan hakiki di dunia dan akhirat.
Ujian adalah keniscayaan bagi setiap individu, terutama bagi mereka yang mengaku beriman. Ujian dapat datang dalam berbagai bentuk: kesulitan ekonomi, penyakit, kehilangan orang yang dicintai, tekanan sosial, godaan untuk berbuat maksiat, atau bahkan keraguan terhadap ajaran agama itu sendiri. Al Imran 72 mengajarkan bahwa respons terbaik terhadap ujian adalah dengan memperkokoh keimanan dan menjaga istiqamah.
Ketika dihadapkan pada kesulitan, orang yang beriman akan meyakini bahwa di balik setiap ujian terdapat hikmah dan pahala yang besar dari Allah. Mereka tidak akan berputus asa atau menyalahkan takdir semata, melainkan akan mencari solusi sambil terus bertawakal. Sebaliknya, orang yang imannya rapuh mungkin akan mudah tergoda untuk mencari jalan pintas yang tidak diridhai, atau bahkan mengingkari nikmat Allah saat tertimpa musibah.
Lebih dari sekadar menjaga diri sendiri, keimanan yang teguh juga membawa tanggung jawab. Orang yang istiqamah tidak hanya diam diri, tetapi juga berperan aktif dalam menyebarkan kebaikan dan menegakkan amar ma'ruf nahi munkar. Mereka menjadi agen perubahan positif di tengah masyarakat, menunjukkan akhlak mulia dan perilaku yang mencerminkan ajaran agamanya.
Berdasarkan ayat-ayat lain dalam surah Ali Imran, terutama ayat 104 dan 110, dapat dipahami bahwa umat Islam memiliki kewajiban untuk menyeru kepada kebaikan, mencegah kemungkaran, dan berpegang teguh pada tali Allah. Keistiqamahan yang diajarkan dalam Al Imran 72 menjadi fondasi penting untuk menjalankan tanggung jawab-tanggung jawab ini dengan efektif dan tulus.
Ketika seseorang berhasil menjaga keimanannya dan tetap istiqamah di jalan Allah, ia akan merasakan kedamaian batin yang luar biasa. Ia tidak akan merasa khawatir akan masa depan yang tidak pasti, karena ia yakin bahwa Allah Maha Mengetahui dan Maha Pengatur segala urusan. Ia juga tidak akan bersedih hati atas kehilangan duniawi, karena ia tahu bahwa kebahagiaan hakiki berada di sisi-Nya. Ketenangan inilah buah dari keimanan yang murni dan istiqamah yang konsisten.
Surah Ali Imran ayat 72 adalah pengingat abadi bagi seluruh umat manusia. Ia mengajarkan bahwa klaim keimanan harus dibuktikan dengan tindakan nyata berupa istiqamah. Istiqamah bukan sekadar kata, melainkan sebuah perjuangan berkelanjutan untuk menjaga kesucian hati, keteguhan iman, dan konsistensi dalam menjalankan ajaran agama. Dengan berpegang teguh pada prinsip ini, setiap Muslim dapat menghadapi ujian hidup dengan lapang dada, menjalankan tanggung jawabnya sebagai hamba Allah, dan meraih ketenangan serta kebahagiaan yang dijanjikan.
Renungkanlah ayat ini, bagaimana kita dapat mengaplikasikan makna istiqamah dalam kehidupan sehari-hari. Jadikanlah ia sebagai kompas moral yang menuntun langkah kita di dunia ini, agar kita senantiasa berada di jalan yang diridhai Allah dan meraih keberuntungan yang hakiki di akhirat kelak. Mari kita berjuang untuk menjadi hamba-hamba-Nya yang istiqamah.