Dalam Al-Qur'an, surah Al Imran ayat ke-78 menjadi sebuah peringatan keras dan jelas bagi umat manusia, khususnya bagi mereka yang berinteraksi dengan wahyu Allah. Ayat ini menyoroti perilaku segolongan orang yang dengan sengaja memutarbalikkan atau mengubah isi dari Kitab Allah. Tindakan ini bukanlah perbuatan sepele, melainkan sebuah pengkhianatan terhadap kebenaran dan integritas wahyu ilahi. Penting untuk memahami konteks dan makna mendalam dari ayat ini agar kita dapat menjauhkan diri dari praktik-praktik serupa dan senantiasa menjaga kemurnian ajaran agama.
Ayat Al Imran 78 turun sebagai respons terhadap tindakan sebagian ahli kitab (Yahudi dan Nasrani) pada masa Rasulullah SAW yang berusaha memutarbalikkan ayat-ayat dalam Taurat dan Injil mereka. Mereka mengubah makna ayat-ayat tersebut, bahkan ada yang terang-terangan menambah atau mengurangi isi kitab suci mereka agar sesuai dengan keinginan hawa nafsu atau kepentingan pribadi mereka. Tujuannya adalah untuk menyesatkan orang lain dan membuat mereka mengira bahwa perubahan tersebut adalah bagian dari ajaran Allah yang asli.
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebutkan bahwa ayat ini juga mencakup orang-orang yang menggunakan lidah mereka untuk memutarbalikkan ucapan Allah. Ini bisa berarti menafsirkan ayat Al-Qur'an dengan penafsiran yang menyimpang, menyembunyikan makna yang sebenarnya, atau bahkan meragukan kebenarannya demi keuntungan duniawi atau untuk memperkuat argumentasi yang bathil. Tindakan ini sangat berbahaya karena dapat menjauhkan manusia dari petunjuk Allah yang lurus dan mengarahkan mereka pada kesesatan.
Ayat ini secara tegas menyatakan bahwa orang-orang yang melakukan tindakan tersebut tidak hanya berdusta, tetapi juga mengetahui bahwa mereka sedang berdusta. Ini menunjukkan tingkat kesadaran mereka akan kesalahan yang mereka lakukan, namun tetap melakukannya demi tujuan tertentu. Konsekuensi dari tindakan ini sangat berat, karena mereka telah menciptakan kebohongan atas nama Allah, yang merupakan dosa besar.
Dalam ajaran Islam, Kitab Suci Al-Qur'an dijaga kemurniannya oleh Allah SWT. Namun, pemahaman dan penafsiran atas ayat-ayatnya bisa saja diselewengkan oleh manusia. Oleh karena itu, sangat penting bagi seorang Muslim untuk senantiasa berpegang teguh pada Al-Qur'an dan As-Sunnah, serta memahami ajaran agama dari sumber yang terpercaya dan memiliki kompetensi dalam ilmu agama. Hindari penafsiran yang liar, yang tidak berdasarkan kaidah-kaidah ilmu tafsir yang telah disusun oleh para ulama.
Pesan dari Al Imran 78 ini berlaku tidak hanya bagi kitab-kitab terdahulu, tetapi juga relevan untuk Al-Qur'an. Siapapun yang mencoba mengubah, menyembunyikan, atau menafsirkan Al-Qur'an dengan cara yang menyimpang dari makna aslinya demi kepentingan pribadi, kelompok, atau ideologi tertentu, maka ia terancam oleh peringatan dalam ayat ini. Kehati-hatian dalam menerima informasi agama, terutama yang berasal dari sumber yang tidak jelas atau yang menyajikan ajaran yang aneh, menjadi sebuah keharusan.
Di era digital saat ini, penyebaran informasi sangatlah cepat dan luas. Hal ini juga berlaku pada penyebaran informasi keagamaan. Munculnya berbagai macam tafsir, pandangan, dan klaim keagamaan di media sosial maupun platform lainnya menuntut kita untuk lebih kritis dan selektif. Al Imran 78 mengingatkan kita untuk tidak mudah tergiur dengan klaim-klaim yang bertentangan dengan ajaran Al-Qur'an dan Sunnah yang shahih.
Kita harus berupaya untuk terus belajar dan memperdalam pemahaman agama kita dari sumber-sumber yang valid. Mengikuti kajian dari ulama yang terpercaya, membaca kitab-kitab tafsir yang muktabar, dan berdiskusi dengan orang-orang yang berilmu adalah beberapa cara untuk membentengi diri dari penyelewengan ajaran. Jangan sampai kita termasuk orang yang dengan mudah terpengaruh oleh "lidah yang memutarbalikkan Kitab Allah" dan akhirnya tersesat dari jalan kebenaran.
Selain itu, ayat ini juga mengandung pelajaran tentang pentingnya kejujuran dalam menyampaikan ajaran agama. Para pendakwah, guru, dan siapapun yang memiliki peran dalam menyebarkan ilmu agama memiliki tanggung jawab besar untuk menyampaikan ajaran Allah dengan jujur, apa adanya, dan sesuai dengan tuntunan para salafus shalih. Mengubah ajaran demi popularitas, materi, atau kepentingan lain adalah sebuah bentuk pengkhianatan terhadap amanah ilahi.
Dengan memahami dan merenungkan QS. Al Imran ayat 78, semoga kita senantiasa dijaga oleh Allah dari segala bentuk penyelewengan, baik dari diri sendiri maupun dari orang lain, dan senantiasa berada di atas petunjuk-Nya yang lurus. Kemurnian ajaran Allah adalah harta yang paling berharga, mari kita jaga bersama.