Keajaiban Alam dan Janji Pertolongan Allah (An-Nahl 61-70)

Bagian dari Surah An-Nahl (Lebah) ini menegaskan kekuasaan Allah melalui fenomena alam dan memberikan penghiburan bagi mereka yang tertindas, sekaligus peringatan bagi orang-orang yang zalim.

Ilustrasi Siklus Kehidupan dan Tanda Kebesaran Allah Gambar SVG menampilkan matahari terbit di atas gunung, sungai mengalir, dan sarang lebah di pohon.

Tanda-tanda kekuasaan Allah dalam penciptaan alam semesta.

Menghadapi Tuntutan Pembalasan (Ayat 61)

"Dan sekiranya Allah menyiksa manusia disebabkan kezaliman mereka, niscaya tidak akan ditinggalkan-Nya di atas bumi (sesuatu pun) dari makhluk bergerak. Tetapi Allah menangguhkan mereka sampai waktu yang ditentukan. Maka apabila waktu mereka (azab) itu telah tiba, mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak pula mendahulukannya." (An-Nahl: 61)

Ayat ini menjelaskan kebijakan rahmat Allah. Meskipun manusia sering berbuat zalim, Dia menunda penghukuman agar mereka memiliki kesempatan untuk bertaubat. Namun, ketika batas waktu yang telah ditetapkan tiba, penundaan itu berakhir tanpa ada yang bisa menghindar atau mempercepatnya. Ini adalah pengingat tentang ketepatan waktu keputusan ilahi.

Tanda-Tanda Kebesaran dalam Pertanian dan Makanan (Ayat 62-64)

"Dan mereka memperuntukkan bagi Allah apa-apa yang mereka benci (anak-anak perempuan), dan lisan mereka mendustakan (dengan mengatakan bahwa hal itu halal bagi mereka), sedang bagi merekalah (disediakan) yang terbaik (anak laki-laki). Pastilah neraka bagi mereka, dan mereka pasti akan dikirim ke sana. Demi Allah, sungguh Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat sebelum kamu, lalu setan memperindah bagi mereka perbuatan-perbuatan mereka. Maka setan itu adalah pemimpin mereka pada hari itu, dan bagi mereka azab yang pedih." (An-Nahl: 62) (Lanjutan ayat ini membahas penciptaan dan penundaan azab, namun ayat 63-64 seringkali dikaitkan dengan siklus alam).

Di tengah peringatan tentang perbuatan syirik dan dusta, Allah menyisipkan ayat-ayat yang menekankan nikmat-nikmat-Nya yang nyata. Ayat-ayat selanjutnya (63-70) lebih fokus pada sumber kehidupan: air hujan yang menghidupkan bumi yang tandus. Allah menunjukkan bahwa Dia-lah yang menurunkan air, menumbuhkan berbagai buah-buahan, dan menciptakan hewan ternak sebagai sarana transportasi dan konsumsi. Semua ini adalah bukti kasih sayang-Nya yang melebihi apa pun yang mereka sembah selain Dia.

Air Kehidupan dan Kesuburan Bumi (Ayat 65)

"Dan Allah menurunkan air dari langit, lalu dengan air itu Dia menghidupkan bumi sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang mempergunakan akal." (An-Nahl: 65)

Ini adalah gambaran paling jelas tentang kuasa Allah sebagai Maha Pemberi Kehidupan. Tanah yang kering kerontang menjadi subur dan hijau hanya dengan izin-Nya melalui hujan. Ayat ini secara khusus mengajak manusia untuk menggunakan akal (intelek) mereka untuk merenungkan proses alamiah yang luar biasa ini—sebuah proses yang tidak mungkin terjadi tanpa Pencipta yang Mahakuasa.

Nikmat Hewan Ternak (Ayat 66-67)

"Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagimu. Kami memberi minum kamu dari apa yang ada di dalam perut binatang itu (susu), dan (juga) pada binatang ternak itu terdapat manfaat yang banyak (daging, kulit), dan daripadanyalah kamu memperoleh makanan." (An-Nahl: 66-67)

Allah menyoroti keajaiban yang ada pada unta, sapi, dan domba. Susu murni yang keluar dari perut mereka adalah rezeki yang paling sehat dan bergizi. Selain itu, kulit mereka menjadi pakaian, dan daging mereka menjadi santapan. Semua ini adalah nikmat yang terintegrasi sempurna dalam ekosistem kehidupan manusia, menunjukkan bahwa penyembah berhala meninggalkan sumber daya yang jelas demi sesuatu yang tidak bernyawa.

Wahyu kepada Lebah dan Madu (Ayat 68-69)

"Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: 'Buatlah sarang-sarang di gunung-gunung, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang mereka buat (rumah-rumah manusia)' Kemudian makanlah dari tiap-tiap (jenis) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang dimudahkan (bagimu).' Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat kesembuhan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir." (An-Nahl: 68-69)

Puncak dari renungan alamiah ini adalah perintah ilahi kepada lebah—makhluk yang tidak berakal—untuk membangun struktur yang presisi dan menghasilkan madu yang memiliki khasiat penyembuhan. Wahyu (ilham) yang diterima lebah ini kontras dengan keengganan sebagian manusia untuk menerima wahyu kerasulan. Madu adalah mukjizat dalam bentuk makanan, bukti bahwa Allah menyediakan obat sekaligus makanan dari sumber yang paling rendah sekalipun (lebah).

Penutup: Kembali kepada Allah (Ayat 70)

"Dan Allah menciptakan kamu, kemudian Dia akan mematikanmu. Dan di antara kamu ada yang dikembalikan kepada usia yang sangat tua, sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang pernah diketahuinya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui (segala sesuatu) lagi Maha Kuasa." (An-Nahl: 70)

Ayat terakhir dalam rentang ini membawa fokus kembali kepada manusia. Allah adalah Sang Pencipta dan Pemberi Kematian. Fase kehidupan yang ekstrem, yaitu menjadi tua renta hingga ingatan menghilang, adalah pengingat bahwa kontrol total atas keberadaan manusia sepenuhnya berada di tangan Allah. Semua proses hidup, mati, dan kemunduran fisik adalah tanda dari Kekuasaan-Nya yang Mutlak (Al-Qadir).

Merujuk pada ayat 61 hingga 70 Surah An-Nahl, jelas terlihat bahwa Al-Qur'an secara konsisten mengajak pembacanya untuk melakukan observasi kritis terhadap alam semesta—mulai dari siklus hujan, kesuburan tanah, manfaat ternak, hingga keajaiban lebah—semuanya menunjuk kepada satu realitas: Keesaan dan Kekuasaan Allah.

🏠 Homepage