Strategi Global untuk Kesehatan Ibu dan Anak
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), bersama dengan UNICEF, telah secara konsisten menggarisbawahi pentingnya pemberian makan yang optimal untuk bayi dan anak kecil melalui strategi global yang dikenal sebagai *Global Strategy for Infant and Young Child Feeding (IYCF)*. Inti dari strategi ini adalah rekomendasi tegas mengenai praktik pemberian ASI eksklusif.
ASI Eksklusif didefinisikan sebagai pemberian Air Susu Ibu (ASI) saja—tanpa makanan atau minuman lain, bahkan air putih—selama enam bulan pertama kehidupan bayi. Pengecualian diizinkan hanya untuk obat-obatan, vitamin, atau mineral yang diresepkan secara medis (misalnya, suplemen Vitamin D atau zat besi, jika diindikasikan).
Periode enam bulan (180 hari) ini adalah jendela waktu krusial di mana ASI menyediakan seluruh nutrisi, cairan, dan perlindungan imunologis yang dibutuhkan bayi. WHO menegaskan bahwa kebutuhan nutrisi bayi di bawah usia enam bulan sepenuhnya terpenuhi oleh ASI, dan pengenalan makanan atau cairan tambahan sebelum waktunya hanya akan meningkatkan risiko penyakit dan mengurangi penyerapan nutrisi vital dari ASI.
Rekomendasi WHO didasarkan pada bukti ilmiah yang luas dan terdiri dari tiga pilar utama terkait pemberian makanan bayi:
Penekanan pada keenam bulan pertama adalah karena sistem pencernaan bayi belum sepenuhnya matang, dan ASI bertindak sebagai pelindung sekaligus nutrisi. Cairan lain, termasuk air, dapat mengganggu keseimbangan elektrolit dan mengurangi asupan kalori yang seharusnya diperoleh dari ASI.
Manfaat ASI eksklusif bersifat multifaset, mencakup aspek kesehatan fisik dan psikologis baik bagi bayi, ibu, maupun lingkungan sosial dan ekonomi secara luas. WHO memandang ASI bukan hanya sebagai pilihan gaya hidup, tetapi sebagai intervensi kesehatan masyarakat yang paling efektif dan hemat biaya.
ASI adalah cairan biologis dinamis yang komposisinya berubah sesuai kebutuhan bayi yang sedang tumbuh dan lingkungan sekitarnya. Tidak ada susu formula yang dapat meniru kompleksitas ini.
ASI, terutama kolostrum (ASI pertama), kaya akan faktor-faktor imunologi aktif:
ASI selalu memiliki suhu yang tepat, tidak pernah terkontaminasi, dan selalu tersedia. Komposisinya disesuaikan secara otomatis:
Studi global yang diulas oleh WHO menunjukkan bahwa ASI eksklusif secara dramatis mengurangi morbiditas (kesakitan) dan mortalitas (kematian) pada bayi:
ASI eksklusif tidak hanya bermanfaat bagi bayi; ibu juga mendapatkan perlindungan kesehatan yang substansial, baik secara fisik maupun emosional.
Durasi kumulatif menyusui dikaitkan dengan penurunan risiko penyakit kronis di masa depan:
Metode Amenore Laktasi (LAM) adalah metode kontrasepsi alami yang efektif jika tiga kondisi terpenuhi secara ketat: (1) Ibu belum menstruasi kembali, (2) Bayi berusia di bawah enam bulan, dan (3) Menyusui dilakukan secara eksklusif (tidak ada interval panjang antara menyusui). WHO mendukung LAM sebagai metode keluarga berencana yang layak selama enam bulan pertama.
Pelepasan Oksitosin, sering disebut "hormon cinta," selama menyusui memperkuat ikatan emosional antara ibu dan bayi, meningkatkan rasa nyaman, dan mengurangi risiko depresi pasca persalinan pada beberapa ibu.
Meskipun manfaatnya jelas, mencapai tingkat ASI eksklusif yang tinggi secara global membutuhkan dukungan praktis yang kuat di tingkat komunitas, fasilitas kesehatan, dan tempat kerja. WHO memberikan panduan detail tentang cara implementasi yang benar.
IMD adalah langkah pertama yang paling penting. WHO merekomendasikan kontak kulit ke kulit segera setelah lahir, idealnya dalam satu jam pertama. Kontak kulit ke kulit menstabilkan detak jantung, pernapasan, dan suhu bayi, serta merangsang naluri merangkak bayi untuk menemukan payudara (Breast Crawl).
ASI eksklusif berhasil ketika menyusui dilakukan berdasarkan permintaan (*on demand*) bayi, bukan berdasarkan jadwal yang kaku.
Bayi yang baru lahir harus menyusu setidaknya 8 hingga 12 kali dalam 24 jam. Menyusui harus responsif—ketika bayi menunjukkan tanda-tanda lapar (bukan menunggu bayi menangis). Frekuensi menyusui yang tinggi pada minggu-minggu awal sangat penting untuk membangun suplai ASI yang memadai melalui prinsip *supply and demand*.
WHO menekankan bahwa masalah utama dalam menyusui sering kali bukan karena "ASI kurang," melainkan karena pelekatan yang tidak efektif. Pelekatan yang buruk menyebabkan: (1) transfer ASI tidak maksimal, (2) puting lecet dan nyeri pada ibu, dan (3) bayi tidak puas.
Pelekatan yang efektif adalah ketika bayi mengambil sebagian besar areola, bukan hanya puting. Dagu bayi menempel pada payudara, bibir terbuka lebar, dan terlihat gerakan mengunyah yang dalam. Ini memastikan stimulasi optimal pada kelenjar susu.
Banyak ibu gagal dalam ASI eksklusif karena mitos dan kurangnya dukungan. WHO berupaya membantah mitos-mitos ini:
WHO dan UNICEF memimpin inisiatif global untuk memastikan lingkungan yang mendukung menyusui, terutama di fasilitas kesehatan dan tempat kerja.
Inisiatif Rumah Sakit Sayang Bayi (*Baby-Friendly Hospital Initiative* - BFHI) diluncurkan untuk memastikan fasilitas bersalin menerapkan praktik yang mendukung IMD dan ASI eksklusif. Program ini didasarkan pada Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui. Implementasi penuh dari kesepuluh langkah ini adalah prasyarat untuk sertifikasi BFHI.
Salah satu hambatan terbesar untuk ASI eksklusif adalah pemasaran agresif susu formula dan produk pengganti ASI. Untuk melindungi ibu dari informasi yang salah, Majelis Kesehatan Dunia (WHA) mengadopsi Kode Internasional Pemasaran Pengganti ASI (*The Code*) pada 1981.
Kode ini bertujuan untuk memastikan bahwa pengganti ASI hanya digunakan bila benar-benar diperlukan dan dilakukan berdasarkan informasi yang memadai. Inti dari Kode ini adalah melarang promosi pengganti ASI secara langsung kepada masyarakat umum, melarang sampel gratis, dan memastikan label produk pengganti ASI mencantumkan peringatan tentang keunggulan ASI.
Banyak ibu harus kembali bekerja sebelum bayi mereka berusia enam bulan. WHO sangat merekomendasikan pemerintah dan perusahaan untuk menyediakan:
Dukungan kerja sangat penting untuk menjaga laktasi dan memungkinkan ibu mempertahankan ASI eksklusif sambil tetap produktif.
Penelitian ilmiah modern terus mengungkap betapa kompleksnya komposisi ASI. Pengetahuan ini semakin memperkuat mengapa rekomendasi ASI eksklusif selama enam bulan adalah standar emas yang tak terbantahkan oleh WHO.
HMOs adalah karbohidrat ketiga paling melimpah dalam ASI setelah laktosa dan lemak. Mereka adalah biologi cerdas. Bayi tidak mencernanya; sebaliknya, mereka mencapai usus besar dalam keadaan utuh, di mana mereka menjalankan beberapa fungsi kritis:
Fungsi-fungsi ini menjelaskan mengapa bayi yang disusui secara eksklusif memiliki insiden infeksi yang jauh lebih rendah, khususnya infeksi saluran pernapasan dan diare. Susu formula tidak mengandung HMOs, atau hanya mengandung beberapa jenis yang ditambahkan, yang tidak sebanding dengan kompleksitas ribuan jenis HMOs alami dalam ASI.
Proses laktasi adalah interaksi kompleks yang diatur oleh dua hormon utama, Prolaktin dan Oksitosin. Keberhasilan ASI eksklusif bergantung pada optimalisasi kedua hormon ini:
ASI eksklusif yang dilakukan secara responsif tidak hanya memaksimalkan asupan nutrisi tetapi juga memastikan regulasi hormon yang optimal bagi kesehatan jangka panjang ibu.
Pola pertumbuhan bayi yang disusui secara eksklusif berbeda dari bayi yang diberi susu formula. Bayi ASI cenderung tumbuh lebih cepat di bulan-bulan awal, tetapi pertumbuhan mereka melambat setelah 3-4 bulan, menghasilkan pola pertumbuhan yang lebih ramping dan sehat yang dikaitkan dengan risiko obesitas yang lebih rendah.
WHO merekomendasikan penggunaan Kurva Pertumbuhan WHO (yang didasarkan pada populasi bayi yang disusui) sebagai standar global untuk menilai apakah bayi tumbuh dengan baik, bukan kurva pertumbuhan lama yang didasarkan pada bayi yang diberi susu formula.
Selain fisik, ASI mendukung perkembangan kognitif superior. Kehadiran DHA dan ARA, serta faktor pertumbuhan lainnya dalam ASI, telah terbukti berkorelasi positif dengan skor IQ yang lebih tinggi dan perkembangan visual yang lebih baik di masa kanak-kanak. Ikatan emosional intens yang tercipta selama menyusui juga memberikan stimulasi psikososial yang penting untuk perkembangan otak.
Di mata WHO, ASI eksklusif adalah investasi pembangunan yang krusial. Dampaknya melampaui kesehatan individu; ia memengaruhi produktivitas, sistem kesehatan nasional, dan lingkungan.
Tingkat ASI eksklusif yang tinggi secara langsung mengurangi beban pada sistem kesehatan. Dengan mengurangi insiden penyakit umum seperti diare, ISPA, dan otitis media, angka kunjungan dokter, resep antibiotik, dan rawat inap menurun drastis.
Studi ekonomi menunjukkan bahwa setiap dolar yang diinvestasikan dalam promosi menyusui menghasilkan pengembalian yang jauh lebih besar melalui penurunan biaya perawatan kesehatan dan peningkatan produktivitas di masa dewasa. ASI adalah vaksin pertama yang sempurna dan gratis.
ASI adalah sumber makanan yang paling ramah lingkungan. Prosesnya tidak menghasilkan polusi, tidak membutuhkan pengemasan, transportasi, atau sumber daya energi untuk sterilisasi dan pemanasan. ASI adalah 100% berkelanjutan dan menghasilkan nol limbah plastik atau emisi karbon. Dalam konteks Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), promosi ASI mendukung target kesehatan dan aksi iklim.
ASI adalah faktor pemerataan yang kuat. ASI memberikan nutrisi optimal kepada semua bayi, terlepas dari status sosial ekonomi keluarga. Di negara-negara berpenghasilan rendah, susu formula sangat mahal dan sering kali disiapkan dengan air yang tidak steril, menjadikan ASI sebagai satu-satunya pilihan yang aman dan menyehatkan.
WHO dan mitranya bekerja untuk mencapai target gizi global, termasuk peningkatan prevalensi ASI eksklusif hingga setidaknya 50% pada tahun 2025. Mencapai target ini membutuhkan kerja sama multisektor, melibatkan pemerintah (melalui regulasi cuti dan The Code), fasilitas kesehatan (melalui BFHI), dan masyarakat (melalui edukasi dan dukungan komunitas).
Kesimpulannya, rekomendasi WHO untuk ASI eksklusif selama enam bulan adalah kebijakan yang didukung oleh bukti ilmiah tak terbatas. Ini adalah fondasi gizi yang memberikan perlindungan imunologis yang kuat dan membangun dasar kesehatan fisik dan kognitif yang kokoh, bukan hanya untuk enam bulan pertama, tetapi memengaruhi kesehatan individu sepanjang hidupnya. Keberhasilan ASI eksklusif adalah tanggung jawab kolektif yang membutuhkan investasi berkelanjutan dalam pendidikan, dukungan, dan perlindungan dari pengaruh komersial yang merugikan.
Kolostrum, yang diproduksi dalam beberapa hari pertama setelah melahirkan, sering disebut sebagai "vaksin cair." Komposisinya jauh lebih pekat daripada ASI matang:
ASI unggul bukan hanya karena apa yang dikandungnya, tetapi bagaimana tubuh bayi menggunakannya. Misalnya:
ASI mengandung hormon dan faktor pertumbuhan yang membantu mengatur metabolisme bayi. Bayi yang disusui secara eksklusif cenderung menunjukkan regulasi nafsu makan yang lebih baik (mereka berhenti makan saat kenyang, tidak seperti bayi botol yang didorong untuk menghabiskan volume yang ditentukan). Paparan leptin dan adiponektin yang ditemukan dalam ASI memengaruhi cara sel lemak bayi berkembang, berkontribusi pada penurunan risiko obesitas di masa depan. Regulasi ini adalah salah satu alasan utama mengapa WHO mendorong durasi ASI eksklusif selama enam bulan penuh untuk memprogram metabolisme bayi secara optimal.
Mengapa WHO begitu ketat dengan batas waktu enam bulan dan menentang pengenalan MPASI sebelum waktunya? Selain risiko infeksi, pengenalan dini dapat memiliki konsekuensi serius:
Hanya setelah enam bulan, ketika sistem enzim pencernaan telah berkembang, cadangan zat besi bayi mulai menipis (khususnya jika tali pusat tidak ditunda penjepitannya), dan kemampuan motorik oral bayi (misalnya, duduk tegak dan refleks mendorong lidah menghilang) telah matang, barulah MPASI harus diperkenalkan, tetapi sebagai pelengkap, bukan pengganti ASI.
Dalam situasi darurat kemanusiaan, seperti bencana alam atau konflik, WHO dan UNICEF menekankan bahwa promosi menyusui menjadi lebih penting daripada sebelumnya. Dalam kondisi sanitasi yang buruk, susu formula menjadi sangat berbahaya karena risiko kontaminasi air. ASI adalah makanan yang steril, aman, dan siap saji, menjadikannya garis pertahanan utama melawan penyakit dan kekurangan gizi di masa krisis. WHO secara aktif bekerja untuk melindungi praktik menyusui di kamp-kamp pengungsi dan zona bencana, sering kali menghadapi tantangan promosi pengganti ASI yang tidak etis di masa-masa rentan ini.
WHO menyadari bahwa tanggung jawab ASI eksklusif tidak boleh dibebankan hanya pada ibu. Keberhasilan laktasi sangat bergantung pada lingkungan dukungan. Dukungan dari suami/pasangan, kakek-nenek, dan anggota keluarga lainnya sangat vital.
Edukasi tentang manfaat ASI eksklusif harus ditargetkan pada seluruh unit keluarga, bukan hanya pada ibu.
Suplai ASI diatur dalam dua tahap utama:
ASI eksklusif yang sering dan efektif (minimal 8 kali sehari) selama enam minggu pertama sangat penting karena fase kontrol autokrin ini membangun "kapasitas" jangka panjang laktasi. Kegagalan mengosongkan payudara secara teratur dalam periode kritis ini adalah penyebab paling umum dari kegagalan ASI eksklusif. Oleh karena itu, prinsip utama yang ditekankan WHO adalah: *semakin sering dikosongkan, semakin banyak yang diproduksi*.
Selain antibodi dan HMOs, ASI adalah gudang zat bioaktif. Misalnya, ASI mengandung:
Fakta bahwa ASI adalah sistem biologi yang hidup dan sangat responsif ini adalah alasan fundamental mengapa WHO menempatkan ASI eksklusif pada prioritas tertinggi dalam kebijakan kesehatan global. Tidak ada produk buatan manusia yang dapat mereplikasi efek sinergis dari ribuan komponen ini.
WHO menekankan bahwa pengetahuan saja tidak cukup. Ibu memerlukan keterampilan dan dukungan emosional. Oleh karena itu, konseling menyusui yang terampil (yang sering kali dipromosikan oleh inisiatif BFHI dan layanan primer) adalah kunci keberhasilan. Konselor dapat membantu ibu mengatasi kesulitan teknis seperti posisi dan pelekatan yang buruk, dan memberikan dukungan psikologis saat ibu merasa ragu atau cemas tentang suplai ASI mereka. Kualitas konseling, bukan hanya ketersediaan produk, yang menentukan hasil ASI eksklusif.
Dengan mengadopsi dan mendukung sepenuhnya rekomendasi WHO mengenai ASI eksklusif selama enam bulan, masyarakat global dapat memastikan bahwa generasi mendatang memiliki fondasi kesehatan dan perkembangan yang paling optimal.