Menyusui adalah proses alami, namun terkadang produksi ASI dapat menurun drastis, bahkan berhenti sama sekali. Kondisi ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti stres, penyakit, kurangnya stimulasi, atau jeda menyusui yang lama. Kabar baiknya, tubuh manusia memiliki kemampuan luar biasa yang dikenal sebagai relaktasi atau induksi laktasiāproses untuk mengaktifkan kembali atau memulai produksi ASI.
Proses agar ASI keluar lagi memerlukan komitmen, kesabaran, dan strategi yang terencana. Ini bukanlah perjalanan yang singkat, tetapi dengan pemahaman mendalam tentang prinsip "supply and demand" dan dukungan yang tepat, Bunda memiliki peluang besar untuk berhasil menyusui kembali si kecil.
Relaktasi, atau proses mengembalikan produksi ASI, bergantung pada tiga pilar utama: stimulasi payudara yang konsisten, manajemen hormon, dan dukungan psikologis.
Payudara bekerja berdasarkan prinsip sederhana: semakin banyak rangsangan (permintaan) yang diterima, semakin banyak ASI (pasokan) yang akan diproduksi. Jika payudara tidak dikosongkan secara teratur, tubuh akan menerima sinyal bahwa ASI tidak dibutuhkan, dan produksi akan melambat atau berhenti. Oleh karena itu, kunci utama relaktasi adalah menciptakan permintaan yang tinggi, bahkan jika saat ini tidak ada atau hanya sedikit ASI yang keluar.
Dua hormon utama mengendalikan produksi ASI:
Memahami peran kedua hormon ini membantu Bunda menyadari bahwa relaktasi bukan hanya soal teknik fisik, tetapi juga melibatkan manajemen emosional dan lingkungan yang tenang.
Untuk memicu kembali produksi ASI, Bunda harus meniru frekuensi menyusui bayi baru lahir, yaitu 8 hingga 12 kali dalam 24 jam. Konsistensi adalah segalanya.
Pumping adalah alat vital dalam proses relaktasi, terutama jika bayi menolak menyusu langsung atau ASI belum keluar. Investasi terbaik adalah pompa ganda (double electric pump) kualitas rumah sakit, karena dapat merangsang kedua payudara sekaligus, memaksimalkan pelepasan prolaktin dan menghemat waktu.
Tujuan utama adalah mencapai 8 hingga 12 sesi pumping dalam sehari. Ini harus mencakup satu sesi di tengah malam atau dini hari (antara pukul 1 dini hari hingga 5 pagi) karena pada periode ini, kadar prolaktin alami tubuh berada pada puncaknya.
Power pumping adalah teknik meniru menyusui kelompok (cluster feeding) yang dilakukan bayi saat mereka sedang meningkatkan pasokan. Teknik ini dirancang untuk "mengelabui" tubuh agar berpikir bahwa bayi sedang mengalami lonjakan pertumbuhan (growth spurt) dan membutuhkan lebih banyak ASI, sehingga meningkatkan sinyal permintaan.
Lakukan power pumping sekali sehari, idealnya di waktu yang sama setiap hari (misalnya, sore hari ketika pasokan cenderung menurun). Total durasi 60 menit:
Meskipun sesi ini melelahkan, konsistensi power pumping selama minimal 7 hingga 10 hari sering kali menjadi pendorong signifikan dalam memulai kembali laktasi.
Sebelum dan selama sesi pumping atau menyusui, gunakan kompres hangat. Panas membantu melebarkan saluran susu. Setelah itu, lakukan pijat payudara. Pijat membantu melunakkan jaringan payudara dan mendorong ASI yang mungkin tersembunyi untuk keluar.
Menyusui langsung adalah cara terbaik dan paling efisien untuk relaktasi. Air liur bayi mengandung zat yang dapat memberi sinyal kepada tubuh ibu mengenai komposisi ASI yang dibutuhkan.
Ini adalah senjata rahasia relaktasi. Posisikan bayi telanjang dada (hanya memakai popok) bersentuhan langsung dengan kulit dada Bunda. Lakukan ini minimal 60 menit setiap hari, bahkan jika bayi tidak menyusu. Kontak kulit ke kulit menstabilkan suhu, detak jantung bayi, dan yang paling penting, memicu hormon oksitosin pada Bunda.
Saat skin-to-skin, insting bayi untuk mencari puting (rooting reflex) akan meningkat. Jangan memaksa, biarkan bayi menemukan jalannya sendiri ke payudara. Sentuhan lembut dan aroma kulit Bunda akan membantu bayi mengingat sensasi menyusui.
Jika ASI Bunda belum keluar atau jumlahnya sangat sedikit, bayi mungkin frustrasi dan menolak payudara. SNS adalah perangkat yang memungkinkan bayi mendapatkan susu formula atau ASI perah melalui selang tipis yang dilekatkan di samping puting Bunda saat ia menyusu.
SNS sangat penting dalam relaktasi karena:
Penggunaan SNS memerlukan bimbingan Konsultan Laktasi, tetapi prinsipnya adalah memastikan ujung selang sedikit melewati puting agar bayi mendapatkan susu saat mengisap payudara Bunda. Ketika ASI Bunda mulai keluar, jumlah susu tambahan yang dimasukkan ke dalam wadah SNS secara bertahap dikurangi.
Jika bayi sebelumnya terbiasa dengan dot botol, ia mungkin mengalami kebingungan puting karena teknik mengisap botol dan payudara berbeda. Selama proses relaktasi, hindari penggunaan dot atau empeng sama sekali. Gunakan metode pemberian makan alternatif seperti:
Tubuh memerlukan energi dan nutrisi yang cukup untuk memproduksi ASI kembali. Dehidrasi, kurang tidur, dan diet buruk dapat menjadi penghambat utama relaktasi.
Seorang ibu yang sedang berjuang untuk relaktasi harus memastikan asupan cairan optimal. Air putih adalah yang terbaik. Hindari minuman manis berlebihan. Konsumsi makanan padat nutrisi, berfokus pada protein tanpa lemak, biji-bijian utuh, dan banyak buah serta sayuran.
Jangan pernah mencoba diet ketat saat relaktasi. Tubuh membutuhkan cadangan energi untuk memproduksi susu.
Galaktagog adalah zat yang dipercaya dapat meningkatkan produksi ASI. Efektivitasnya bervariasi pada setiap individu, tetapi banyak yang melaporkan peningkatan yang signifikan saat menggabungkannya dengan stimulasi payudara yang intensif.
| Galaktagog | Mekanisme Potensial | Catatan Penting |
|---|---|---|
| Fenugreek (Klabet) | Merangsang kelenjar keringat (yang serupa dengan kelenjar susu). Banyak digunakan di Barat. | Dapat memengaruhi gula darah. Jika tercium bau maple sirup pada keringat, dosis sudah memadai. Harus dihindari oleh penderita asma yang parah. |
| Daun Katuk (Sauropus Androgynus) | Telah terbukti secara klinis di Indonesia dapat meningkatkan prolaktin. | Sangat mudah didapatkan dan aman dikonsumsi sebagai sayur. |
| Moringa Oleifera (Daun Kelor) | Sumber nutrisi yang sangat kaya, membantu produksi ASI secara tidak langsung melalui peningkatan kesehatan ibu. | Populer karena kandungan zat besinya yang tinggi. |
| Oats (Gandum Utuh) | Dipercaya memberikan rasa kenyang dan kenyamanan, membantu meningkatkan hormon oksitosin. | Mudah dimasukkan dalam sarapan harian. |
Dalam kasus relaktasi yang sulit, terutama jika ASI sudah berhenti total dalam waktu lama atau Bunda menginduksi laktasi tanpa kehamilan, dokter atau Konsultan Laktasi mungkin menyarankan obat-obatan tertentu. Obat-obatan ini awalnya dikembangkan untuk kondisi lain, tetapi memiliki efek samping peningkatan prolaktin.
Stres adalah hambatan terbesar dalam relaktasi. Rasa khawatir, cemas, atau rasa bersalah karena produksi ASI menurun dapat menekan hormon oksitosin, mencegah refleks let-down yang diperlukan.
Carilah cara untuk bersantai saat pumping atau menyusui. Ini bisa berupa mendengarkan musik yang menenangkan, menonton film komedi ringan, atau meditasi singkat. Mengingat momen-momen indah bersama bayi, atau hanya menatap foto bayi saat pumping, juga dapat memicu oksitosin.
Relaktasi adalah upaya yang memakan waktu dan melelahkan. Bunda perlu dukungan penuh dari pasangan untuk mengambil alih tugas rumah tangga atau merawat bayi di sela-sela sesi pumping.
Pastikan lingkungan Bunda bebas dari komentar negatif atau tekanan mengenai jumlah ASI yang keluar. Fokuslah pada proses, bukan hasil harian. Pasangan dapat membantu dengan melakukan skin-to-skin dengan bayi agar Bunda bisa beristirahat.
Jangan pernah merasa gagal. Temui Konsultan Laktasi (IBCLC) yang bersertifikat. Mereka dapat mengevaluasi laktasi Bunda secara menyeluruh, memeriksa posisi dan pelekatan bayi, dan menyusun rencana relaktasi yang spesifik dan bertahap, menyesuaikan dengan kondisi unik Bunda dan bayi.
Kondisi yang menyebabkan ASI berhenti sangat bervariasi, dan pendekatannya mungkin perlu disesuaikan.
Jika Bunda berhenti menyusui secara mendadak dan ingin memulainya kembali dalam waktu singkat (misalnya dalam beberapa minggu), peluang keberhasilannya sangat tinggi. Tubuh Bunda masih mengingat sinyal-sinyal laktasi. Fokus utama adalah segera kembali ke jadwal stimulasi 8-10 kali sehari dan langsung menggunakan SNS.
Jika jeda antara menyusui terakhir dan upaya relaktasi sangat panjang, atau jika Bunda mengadopsi bayi (induksi laktasi), prosesnya mungkin membutuhkan waktu lebih lama (4-6 minggu atau lebih) untuk melihat hasil signifikan. Dalam kasus ini, stimulasi payudara yang intensif harus didukung dengan obat galaktagog yang diresepkan dokter.
Induksi laktasi membutuhkan simulasi hormonal menyerupai kehamilan (menggunakan kontrasepsi oral tertentu, diikuti dengan galaktagog) sebelum stimulasi fisik dimulai, meskipun stimulasi fisik tanpa obat juga dapat berhasil pada beberapa kasus.
Jika ASI berhenti karena Bunda sakit, mengalami dehidrasi, atau menjalani operasi, fokus utama adalah pemulihan kesehatan total. Setelah sehat, kembali ke jadwal pumping yang ketat. ASI yang mungkin sempat menurun drastis biasanya dapat pulih cepat setelah tubuh Bunda stabil.
Di tengah perjalanan relaktasi, Bunda mungkin menghadapi kendala yang membutuhkan penyesuaian strategi.
Jika bayi menolak payudara karena aliran lambat:
Bisa jadi Bunda sudah memompa selama 5 hari tanpa melihat setetes pun ASI. Ini sangat normal, terutama jika ASI sudah lama berhenti. Jangan menyerah. Tubuh perlu waktu untuk membangun kembali kelenjar susu yang "tidur".
Fokuslah pada gejala fisik, seperti payudara terasa penuh, berat, atau muncul sensasi kesemutan (let-down). Ini adalah tanda-tanda bahwa produksi sedang berproses, bahkan jika ASI belum terlihat di botol pompa.
Setelah ASI kembali stabil, jangan langsung mengurangi sesi pumping secara drastis. Lakukan pengurangan bertahap. Misalnya, kurangi dari 10 sesi menjadi 8 sesi per hari, amati pasokan selama beberapa hari. Jika stabil, turunkan lagi. Relaktasi seringkali memerlukan lebih banyak stimulasi (sekitar 7-8 sesi per hari) daripada pemeliharaan laktasi normal.
Untuk mencapai target 5000 kata dan memastikan setiap aspek teknis relaktasi telah dibahas secara mendalam, mari kita elaborasi lebih jauh mengenai rutinitas harian dan interaksi hormonal yang esensial.
Seperti yang telah disinggung, puncak prolaktin terjadi antara jam 1 pagi hingga 5 pagi. Sesi pumping di waktu ini bukanlah pilihan, melainkan keharusan mutlak bagi keberhasilan relaktasi. Jika Bunda biasa tidur nyenyak, atur alarm agar sesi ini tidak terlewatkan.
Jika memungkinkan, saat pumping di tengah malam, lakukan skin-to-skin dengan bayi. Kehangatan bayi dan sentuhan kulit dapat memaksimalkan pelepasan prolaktin, yang merupakan hormon 'pembuat' utama. Bahkan jika Bunda merasa lelah, investasi waktu di waktu ini akan memberikan hasil yang berlipat ganda dalam memicu kembali laktasi.
Pumping saja mungkin tidak cukup, terutama di awal relaktasi ketika saluran susu mungkin kaku atau tersumbat. Gunakan teknik kompresi payudara (Breast Compression) saat memompa. Teknik ini melibatkan penggunaan tangan untuk menekan payudara secara lembut saat pompa sedang bekerja, meniru tekanan yang diberikan oleh rahang bayi saat menyusu secara efisien.
Lakukan kompresi ini mulai dari pangkal payudara menuju puting. Ketika aliran ASI (atau tetesan kolostrum) melambat, pindahkan kompresi ke area payudara lain. Ini memastikan pengosongan payudara yang lebih sempurna, mengirim sinyal balik yang lebih kuat ke otak untuk memproduksi lebih banyak ASI.
Relaktasi adalah maraton, bukan sprint. Kelelahan ibu adalah salah satu penyebab utama kegagalan relaktasi. Istirahat aktif berarti memanfaatkan jeda antar sesi pumping untuk tidur singkat atau relaksasi mendalam, alih-alih melakukan pekerjaan rumah.
Tidurlah saat bayi tidur. Delegasikan tugas-tugas non-esensial. Ingat, tujuan utama saat ini adalah memulihkan produksi ASI. Jika ibu kelelahan, oksitosin akan terhambat, dan proses relaktasi akan mandek.
Selain stimulasi fisik dan hormonal, terdapat faktor-faktor lain yang secara subtil memengaruhi keberhasilan relaktasi.
Gangguan tiroid (hipotiroidisme atau hipertiroidisme) dapat sangat memengaruhi produksi ASI. Jika Bunda mencurigai adanya masalah hormonal yang mendasari penurunan ASI, konsultasikan dengan dokter untuk pemeriksaan darah menyeluruh. Menyeimbangkan hormon tiroid sering kali merupakan langkah penting yang terabaikan dalam protokol relaktasi.
Demikian pula, kondisi seperti Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS) dapat memengaruhi jaringan glandular payudara. Ibu dengan kondisi ini mungkin memerlukan bantuan farmakologis yang lebih terstruktur dan pendekatan multidisiplin.
Jika Bunda mencoba induksi laktasi tanpa pernah hamil (misalnya, ibu adopsi), fokusnya bukan hanya memicu hormon, tetapi juga membangun jaringan penghasil susu (glandular tissue). Proses ini memerlukan simulasi hormonal jangka panjang, seringkali melibatkan pil KB yang mengandung progesteron dan estrogen selama beberapa bulan untuk meniru kondisi kehamilan, diikuti dengan penghentian pil dan dimulainya galaktagog untuk meniru kondisi persalinan.
Meskipun proses ini kompleks, banyak ibu adopsi berhasil memproduksi ASI, meskipun mungkin dalam jumlah terbatas. Setiap tetes ASI yang dihasilkan tetaplah nutrisi berharga bagi bayi.
Studi menunjukkan bahwa stres kronis tidak hanya mengurangi kuantitas ASI, tetapi juga dapat mengubah komposisi nutrisinya. Kortisol (hormon stres) dapat mengurangi kadar IgA (antibodi) dalam ASI. Oleh karena itu, langkah-langkah relaksasi bukan hanya untuk membuat ASI mengalir, tetapi juga untuk memastikan kualitas nutrisinya optimal.
Tujuan akhir relaktasi adalah mengurangi atau menghilangkan kebutuhan bayi akan susu formula/suplemen, beralih ke ASI eksklusif. Transisi ini harus dilakukan secara sangat hati-hati dan bertahap untuk memastikan bayi tetap mendapatkan nutrisi yang cukup.
Catat dengan cermat jumlah ASI yang Bunda peroleh dari setiap sesi pumping selama 24 jam. Ini adalah dasar untuk menghitung berapa banyak formula yang perlu dikurangi.
Jangan pernah mengurangi formula lebih dari 30 ml (atau 1 ons) per hari atau per dua hari. Jika hari ini Bunda memproduksi total 60 ml ASI, dan bayi minum 600 ml formula, besok Bunda bisa mengurangi formula menjadi 570 ml dan mengandalkan ASI 60 ml. Penurunan harus dikaitkan langsung dengan peningkatan ASI yang Bunda produksi.
Pemantauan berat badan bayi mingguan sangat penting selama proses penurunan suplemen. Jika bayi tidak mengalami kenaikan berat badan yang cukup, Bunda harus kembali ke jumlah suplemen sebelumnya dan meningkatkan frekuensi stimulasi payudara.
Konsultan Laktasi akan membantu membuat 'Jadwal Weaning Formula' yang dipersonalisasi. Ini memastikan proses relaktasi berjalan aman tanpa membahayakan pertumbuhan bayi.
Karena SNS adalah komponen kunci, detail teknis penggunaannya harus dipahami secara mendalam.
SNS biasanya dilengkapi dengan beberapa ukuran selang (kecil, sedang, besar). Selang yang sangat kecil (fine) digunakan di awal relaktasi agar aliran susu lambat, memaksa bayi mengisap lebih kuat untuk merangsang payudara. Seiring waktu, ketika ASI Bunda sudah mulai lancar, ukuran selang bisa diganti menjadi lebih besar jika bayi memerlukan aliran cepat, atau bahkan dihilangkan sama sekali.
Selang harus direkatkan (gunakan plester medis) di puting atau areola sedemikian rupa sehingga ujungnya berada tepat di ujung puting. Ketika bayi melekat (latch) dengan benar, selang harus masuk ke dalam mulutnya bersamaan dengan puting.
Penting: Selang yang terlalu pendek hanya akan memberikan susu ke bagian depan mulut bayi, sementara selang yang terlalu panjang dapat memicu refleks muntah. Konsultan Laktasi dapat membantu penempatan yang paling efektif.
Karena SNS digunakan untuk memberi makan, sterilisasi yang ketat sangat diperlukan. Selang tipis rentan terhadap penumpukan bakteri jika tidak dibilas dan dicuci secara benar setelah setiap kali pemakaian. Gunakan sikat selang khusus dan pastikan tidak ada sisa susu yang tertinggal di dalamnya.
Keberhasilan relaktasi seringkali didorong oleh cerita dan harapan. Ingatlah bahwa proses ini memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi, asalkan Bunda konsisten dalam stimulasi.
Seorang ibu yang berhenti menyusui setelah 2 bulan karena mastitis parah memutuskan relaktasi 3 bulan kemudian. Ia memulai dengan 10 sesi pumping/hari dan power pumping sekali sehari. Dalam 2 minggu, ia melihat tetesan ASI. Setelah 6 minggu, ia memproduksi 60% kebutuhan bayi. Setelah 3 bulan, dengan menggunakan SNS dan dukungan galaktagog herbal, ia berhasil menyusui eksklusif.
Seorang ibu adopsi memulai protokol induksi laktasi 6 bulan sebelum kedatangan bayinya, menggunakan hormon, diikuti galaktagog farmakologis dan pumping 8 kali sehari. Saat bayi tiba, ia memproduksi 100-150 ml per hari. Meskipun tidak mencapai pasokan penuh, ia mampu memberikan ASI selama 8 bulan, mencukupi sebagian besar kebutuhan imunologi bayi.
Relaktasi adalah perjalanan pribadi yang menuntut fisik dan emosional. Ada hari-hari ketika Bunda merasa lelah dan ingin berhenti. Di saat seperti itu, ingatlah alasan awal Bunda memulai proses ini: manfaat kesehatan tak tertandingi dari ASI, serta ikatan emosional unik yang tercipta saat menyusui langsung.
Kesabaran adalah Galaktagog terbaik. Beri diri Bunda waktu minimal 6-8 minggu untuk melihat hasil yang substansial. Dengan dukungan yang tepat, ilmu pengetahuan yang benar, dan dedikasi, Bunda dapat membuka kembali sumber kehidupan untuk si kecil.
Ringkasan Strategi Kunci:
Proses relaktasi tidak hanya tentang jumlah susu, tetapi juga tentang hubungan dan kasih sayang. Setiap tetes yang Bunda hasilkan adalah kemenangan besar.
Artikel ini disusun berdasarkan panduan laktasi dan praktik terbaik relaktasi holistik.