Dr. Utami Roesli, SpA, IBCLC: Pilar Perjuangan ASI Eksklusif di Indonesia

Peran Air Susu Ibu (ASI) sebagai nutrisi ideal bagi bayi telah diakui secara universal oleh organisasi kesehatan dunia. Namun, penerapannya dalam skala populasi besar, terutama di negara berkembang, membutuhkan perjuangan dan advokasi yang gigih. Di Indonesia, salah satu tokoh sentral yang tidak terpisahkan dari gerakan promosi dan perlindungan pemberian ASI adalah Dr. Utami Roesli. Dedikasinya yang melintasi puluhan, baik sebagai dokter spesialis anak maupun sebagai konsultan laktasi internasional bersertifikat (IBCLC), telah membentuk fondasi praktik kesehatan ibu dan anak modern di nusantara.

Artikel ini menyajikan eksplorasi mendalam mengenai latar belakang, filosofi, kontribusi ilmiah, serta dampak praktis dari kerja keras Dr. Utami Roesli. Kita akan mengupas tuntas mengapa pendekatan holistik dan berbasis bukti yang beliau bawa menjadi kunci sukses dalam meningkatkan angka Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI Eksklusif, serta bagaimana warisan pemikirannya terus relevan dalam menghadapi tantangan kesehatan anak.

Ilustrasi Ibu dan Bayi Saat Inisiasi Menyusu Dini Siluet kehangatan kontak kulit ke kulit antara ibu dan bayi segera setelah kelahiran, melambangkan IMD. Skin-to-Skin Contact
Ilustrasi Inisiasi Menyusu Dini (IMD), landasan penting dalam manajemen laktasi yang dipromosikan Dr. Utami Roesli.

I. Latar Belakang dan Landasan Filosofis Pelayanan

Karier Dr. Utami Roesli berakar kuat dalam bidang pediatri. Lulusan dari Fakultas Kedokteran ternama di Indonesia, beliau tidak hanya berfokus pada pengobatan penyakit anak, tetapi secara fundamental menaruh perhatian pada pencegahan dan promosi kesehatan sejak dini. Dalam konteks ini, nutrisi memegang peranan krusial, dan bagi beliau, tidak ada intervensi nutrisi yang lebih sempurna dan holistik daripada pemberian Air Susu Ibu (ASI).

A. Transisi dari Dokter Klinis ke Advokat Laktasi

Meskipun praktik klinis Dr. Utami sangat dihargai, titik balik utama dalam kariernya adalah ketika beliau menyadari jurang pemisah antara rekomendasi medis ideal mengenai ASI dan kenyataan praktik di lapangan. Banyak ibu menghadapi hambatan—baik dari tenaga kesehatan, keluarga, maupun mitos masyarakat—yang menggagalkan upaya mereka memberikan ASI eksklusif. Pengalaman ini memicu beliau untuk mendalami ilmu laktasi secara formal, yang berpuncak pada perolehan sertifikasi International Board Certified Lactation Consultant (IBCLC).

Gelar IBCLC ini memberikan kerangka ilmiah dan klinis yang sangat kuat, membedakan advokasi beliau dari sekadar promosi kesehatan umum menjadi manajemen laktasi berbasis bukti yang detail. Filosofi beliau berpusat pada keyakinan bahwa tubuh ibu secara fisiologis mampu menyediakan nutrisi sempurna, dan kegagalan menyusui sering kali merupakan kegagalan sistem pendukung, bukan kegagalan biologis ibu.

B. Prinsip Sentral: Kekuatan Fisiologis Ibu dan Bayi

Dr. Utami Roesli selalu menekankan pentingnya menghormati fisiologi kelahiran dan masa pasca-persalinan. Prinsip-prinsip ini meliputi:

  1. IMD sebagai Titik Awal Kehidupan: Bukan sekadar menyusui pertama, IMD adalah proses kontak kulit-ke-kulit yang memicu insting alami bayi (breast crawl), menstabilkan suhu tubuh, pernapasan, dan detak jantung bayi, serta memicu pelepasan hormon oksitosin pada ibu.
  2. Dukungan Holistik: Menyusui adalah urusan keluarga dan komunitas, bukan hanya ibu. Dukungan harus melibatkan suami, keluarga besar, tempat kerja, dan lingkungan medis.
  3. ASI Eksklusif Enam Bulan: Konsistensi dalam menyampaikan pesan bahwa ASI saja—tanpa air, makanan pendamping, atau cairan lain—adalah yang terbaik selama enam bulan pertama kehidupan.
  4. Pendekatan Humanis: Mengedepankan empati dan menghilangkan rasa bersalah pada ibu yang mengalami kesulitan, fokus pada solusi praktis dan dukungan emosional.

Dalam pandangan beliau, intervensi medis yang tidak perlu saat persalinan dapat merusak proses alami IMD, sehingga beliau secara konsisten mengadvokasi praktik rumah sakit yang ramah ibu dan bayi, sejalan dengan inisiatif global WHO/UNICEF Baby-Friendly Hospital Initiative (BFHI).

II. Inisiasi Menyusu Dini (IMD): Pilar Utama Gerakan ASI

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) telah menjadi jargon yang dikenal luas di Indonesia, dan penyebarannya tak lepas dari peran sentral Dr. Utami Roesli. IMD adalah prosedur meletakkan bayi di dada ibu segera setelah lahir, membiarkan bayi mencari puting susu sendiri (breast crawl) dalam waktu minimal satu jam, tanpa intervensi yang tidak perlu.

A. Mengapa IMD Begitu Krusial? Perspektif Ilmiah Dr. Utami Roesli

Dr. Utami selalu menjelaskan IMD tidak hanya sebagai tradisi, tetapi sebagai sebuah intervensi medis preventif yang paling efektif. Beliau mendasarkan advokasinya pada bukti ilmiah yang kuat:

1. Efek Termoregulasi dan Fisiologis

Kontak kulit-ke-kulit (K-K) terbukti lebih unggul dalam menjaga suhu tubuh bayi dibandingkan inkubator atau selimut. Dada ibu berfungsi sebagai "termometer hidup," menyesuaikan suhunya secara dinamis untuk menghangatkan atau mendinginkan bayi. Selain itu, K-K menstabilkan gula darah bayi, mencegah hipotermia, dan menurunkan kadar hormon stres pada bayi.

2. Kolostrum: Vaksin Pertama Kehidupan

IMD memastikan bayi mendapatkan kolostrum, susu pertama yang diproduksi ibu, yang kaya akan imunoglobulin, terutama IgA sekretori. Kolostrum berfungsi melapisi saluran pencernaan bayi, mencegah invasi patogen, dan bertindak sebagai "vaksinasi" alami pertama. Dr. Utami secara tegas menolak anggapan bahwa kolostrum adalah 'susu kotor' atau tidak bernilai, yang masih sering ditemui di beberapa daerah.

3. Peningkatan Keberhasilan Laktasi Jangka Panjang

Bayi yang berhasil melakukan IMD memiliki peluang sangat tinggi untuk menyusu secara eksklusif dalam jangka waktu yang lebih lama. Kontak dini memicu pelepasan oksitosin pada ibu (hormon cinta), yang tidak hanya membantu rahim berkontraksi (mengurangi risiko perdarahan pasca-persalinan), tetapi juga memicu respons produksi ASI (prolaktin).

B. Detail Prosedur IMD yang Ideal

Untuk memastikan IMD berjalan optimal, Dr. Utami menggarisbawahi beberapa langkah teknis yang harus dipatuhi oleh tenaga kesehatan:

Kepatuhan terhadap protokol IMD ini, yang gencar disosialisasikan oleh beliau melalui berbagai pelatihan dan buku panduan, telah mengubah wajah praktik persalinan di banyak rumah sakit rujukan di Indonesia.

III. Perjuangan ASI Eksklusif dan Manajemen Laktasi

Setelah IMD, tantangan terbesar adalah mempertahankan pemberian ASI Eksklusif selama enam bulan penuh. Dr. Utami Roesli memimpin barisan terdepan dalam mengatasi hambatan-hambatan praktis dan mitos yang sering menghalangi ibu mencapai tujuan ini.

A. Menghancurkan Mitos Seputar ASI

Salah satu kontribusi penting Dr. Utami adalah edukasi yang sistematis dan berkelanjutan untuk meluruskan kesalahpahaman umum:

  1. Mitos ASI Tidak Cukup: Beliau selalu menekankan bahwa persentase ibu yang benar-benar tidak bisa memproduksi ASI adalah sangat kecil (kurang dari 1%). Kekurangan ASI (supply-demand failure) hampir selalu disebabkan oleh manajemen yang salah, seperti jadwal menyusui yang kaku, pemberian susu formula yang tidak perlu, atau pelekatan yang tidak efektif.
  2. Mitos Payudara Kecil: Ukuran payudara tidak menentukan kapasitas produksi ASI. Kelenjar pembuat susu ada pada semua ukuran payudara.
  3. Mitos Makanan Pedas/Dingin: Makanan yang dikonsumsi ibu tidak memengaruhi kualitas atau kuantitas ASI, kecuali dalam kasus malnutrisi berat. Ibu menyusui harus makan makanan bergizi seimbang dan tidak perlu menghindari makanan tertentu kecuali ada alergi yang jelas pada bayi.

B. Teknik Pelekatan yang Efektif (Latch-On)

Dr. Utami Roesli secara konsisten mengajarkan bahwa kunci keberhasilan menyusui terletak pada pelekatan yang benar. Pelekatan yang buruk adalah penyebab utama puting lecet, nyeri, dan pasokan ASI yang rendah. Beliau mempromosikan prinsip pelekatan 'asimetris' di mana bayi mengambil sebagian besar areola, bukan hanya putingnya.

Detail Teknis Pelekatan:

Pendekatan rinci ini memastikan ibu-ibu yang awalnya mengalami kesulitan menyusui dapat mengoreksi teknik mereka dan melanjutkan pemberian ASI dengan nyaman dan efektif.

Diagram Manfaat Komponen ASI Representasi ilmiah komponen utama ASI: nutrisi, antibodi, dan sel hidup. ASI Antibodi (IgA) Sel Hidup Laktosa & Lemak HMO
Kompleksitas komposisi ASI menunjukkan mengapa ia adalah makanan dan obat yang tak tertandingi.

C. Addressing Tantangan Khusus

1. Mastitis dan Sumbatan Saluran ASI

Dr. Utami selalu mengajarkan penanganan segera terhadap sumbatan saluran ASI (plugged duct) sebelum berkembang menjadi mastitis. Penanganan melibatkan pengosongan payudara secara lebih sering, kompres hangat sebelum menyusui, dan pijatan lembut dari pangkal menuju puting. Beliau menekankan bahwa ibu yang sakit, bahkan demam karena mastitis, tetap harus menyusui, karena pengosongan adalah obat terbaik.

2. Ibu Bekerja dan Manajemen ASI Perah (ASIP)

Menyadari realitas bahwa banyak ibu Indonesia harus kembali bekerja, Dr. Utami sangat mengadvokasi hak cuti melahirkan yang memadai dan fasilitas menyusui di tempat kerja. Beliau memberikan panduan rinci mengenai manajemen ASI Perah (ASIP), termasuk teknik memerah yang efektif, penyimpanan yang aman (suhu dan durasi), dan metode pemberian ASIP yang benar (menggunakan cup feeder atau sendok, menghindari botol agar bayi tidak mengalami bingung puting).

Edukasi ini mencakup perbedaan krusial antara teknik memerah tangan (hand expression) dan penggunaan pompa, serta bagaimana menjaga ritme produksi ASI agar sesuai dengan kebutuhan bayi meskipun ibu terpisah selama jam kerja.

3. Relaktasi dan Induksi Laktasi

Bagi ibu yang terpaksa berhenti menyusui dan ingin mencoba lagi (relaktasi), atau ibu yang mengadopsi dan ingin menyusui (induksi laktasi), Dr. Utami memberikan harapan melalui protokol yang intensif dan dukungan emosional yang kuat. Proses relaktasi membutuhkan stimulasi payudara yang sangat sering (delapan hingga dua belas kali sehari) dan kesabaran, seringkali dibantu dengan dukungan farmakologis ringan (galaktagog, jika diperlukan dan di bawah pengawasan dokter) serta penggunaan alat bantu menyusui (Supplemental Nursing System – SNS).

IV. Pengaruh Dr. Utami Roesli pada Kebijakan Kesehatan Publik

Advokasi Dr. Utami Roesli melampaui konsultasi individual; ia memasuki ranah kebijakan publik, memastikan bahwa dukungan ASI memiliki dasar hukum dan kelembagaan yang kuat.

A. Peran dalam Program Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi (RSSIB)

Salah satu kontribusi institusional terbesar beliau adalah keterlibatannya yang mendalam dalam pengembangan dan implementasi program Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi (RSSIB), yang merupakan adaptasi dari BFHI WHO/UNICEF. RSSIB mengharuskan rumah sakit mematuhi Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui. Dr. Utami berperan aktif dalam pelatihan staf rumah sakit, memastikan bahwa prinsip-prinsip laktasi yang benar dipahami dan diterapkan, termasuk:

Perjuangan untuk penerapan kebijakan ini sering kali sulit, menghadapi perlawanan dari budaya rumah sakit lama yang terbiasa memberikan formula dan memisahkan ibu-bayi. Konsistensi Dr. Utami dalam menyuarakan standar emas perawatan telah menjadi motor perubahan yang signifikan dalam sistem kesehatan nasional.

B. Pengawasan Kode Pemasaran Susu Formula (Kode WHO)

Dr. Utami Roesli adalah pembela gigih Kode Internasional Pemasaran Pengganti ASI (Kode WHO). Kode ini bertujuan melindungi ibu dari pemasaran agresif produk susu formula yang dapat merusak kepercayaan diri ibu dan mengganggu praktik menyusui. Beliau secara vokal menentang praktik rumah sakit yang menerima hadiah atau sampel gratis dari perusahaan susu formula, yang secara etis dapat memengaruhi rekomendasi tenaga kesehatan. Baginya, konflik kepentingan ini adalah penghalang utama keberhasilan ASI Eksklusif.

Melalui Komunitas ASI Indonesia dan organisasi terkait lainnya, beliau terus memantau kepatuhan terhadap regulasi yang melindungi promosi ASI dan menindaklanjuti pelanggaran kode etik pemasaran.

V. Memahami ASI dari Perspektif Biologis Mendalam

Untuk memahami kedalaman advokasi Dr. Utami, perlu dilihat lebih dekat komponen biologis ASI. Beliau selalu menekankan bahwa ASI bukan sekadar makanan, melainkan jaringan kompleks yang terus berubah sesuai kebutuhan bayi.

A. Keajaiban Biologis Komposisi ASI

ASI mengandung ribuan komponen bioaktif yang tidak dapat ditiru oleh susu formula, tidak peduli seberapa canggih teknologi saat ini. Komponen ini meliputi:

1. Human Milk Oligosaccharides (HMO)

HMO adalah rantai karbohidrat kompleks yang melimpah di ASI. Mereka bukan untuk nutrisi bayi, melainkan berfungsi sebagai prebiotik, makanan bagi bakteri baik (probiotik) di usus bayi (terutama Bifidobacteria). Dr. Utami Roesli menjelaskan bahwa HMO adalah kunci pembangunan mikrobioma usus yang sehat. Usus yang sehat merupakan garis pertahanan pertama tubuh, mengurangi risiko infeksi, alergi, dan penyakit kronis di masa depan.

2. Sel Hidup dan Imunoglobulin

ASI mengandung sel darah putih (makrofag, limfosit) yang membantu melawan infeksi secara langsung. Imunoglobulin (terutama IgA sekretori) memberikan perlindungan pasif, melindungi bayi dari patogen yang ada di lingkungan ibu. Karena komposisi ASI beradaptasi secara real-time berdasarkan paparan ibu terhadap infeksi lokal, setiap sesi menyusui berfungsi sebagai dosis imunisasi yang spesifik dan terkini.

3. Faktor Pertumbuhan

ASI kaya akan faktor pertumbuhan (seperti EGF dan NGF) yang membantu pematangan usus dan otak bayi. Faktor ini memastikan perkembangan organ berjalan optimal. Keseimbangan protein, lemak, dan laktosa di dalam ASI juga sangat ideal; protein whey mudah dicerna, dan asam lemak tak jenuh (DHA, AA) sangat penting untuk perkembangan sistem saraf.

B. Perubahan Dinamis Komposisi ASI

Salah satu aspek yang paling sering beliau jelaskan adalah sifat ASI yang dinamis:

Pengetahuan mendalam mengenai biologi ini memperkuat argumen Dr. Utami Roesli bahwa susu formula, meskipun berupaya meniru, tetap merupakan tiruan statis dari produk biologis yang kompleks dan adaptif.

VI. Dampak Jangka Panjang bagi Ibu dan Anak

Advokasi Dr. Utami Roesli selalu berlandaskan pandangan jangka panjang: menyusui adalah investasi kesehatan, bukan hanya solusi nutrisi sementara.

A. Manfaat Kesehatan Anak

Pemberian ASI Eksklusif memiliki dampak kumulatif yang signifikan:

  1. Pengurangan Infeksi: Bayi ASI secara drastis mengurangi risiko diare, infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), infeksi telinga, dan necrotizing enterocolitis (NEC, terutama pada bayi prematur).
  2. Kesehatan Kronis: Menyusui berkorelasi dengan penurunan risiko obesitas, diabetes tipe 1 dan 2, dan penyakit celiac di masa kanak-kanak dan dewasa.
  3. Perkembangan Kognitif: Berbagai penelitian, yang sering dikutip oleh Dr. Utami, menunjukkan bahwa menyusui, didukung oleh kontak fisik dan stimulasi, berhubungan dengan skor IQ yang sedikit lebih tinggi dan perkembangan emosional yang lebih baik.

B. Manfaat Kesehatan Ibu

Manfaat menyusui tidak berhenti pada bayi. Dr. Utami Roesli gencar menyuarakan bahwa menyusui adalah salah satu intervensi kesehatan ibu yang paling penting:

VII. Tantangan Sosial dan Kultural di Indonesia

Untuk menjalankan program ASI di Indonesia, Dr. Utami menyadari bahwa tantangan terbesar seringkali bersifat sosial dan kultural, bukan murni medis.

A. Peran Keluarga dan Nenek

Di banyak budaya Indonesia, nenek atau mertua memegang peran sentral dalam pengambilan keputusan pasca-persalinan. Seringkali, pandangan tradisional—seperti memberi madu atau pisang sebelum enam bulan (MPASI dini), atau kekhawatiran bahwa ASI ibu kurang 'mengenyangkan'—menjadi penghalang utama. Dr. Utami menganjurkan edukasi yang inklusif, menargetkan seluruh keluarga, bukan hanya ibu, untuk mengubah keyakinan yang berakar kuat tersebut.

Strategi beliau adalah tidak menentang tradisi secara frontal, tetapi mengintegrasikan ilmu modern dengan penghormatan terhadap peran keluarga, menunjukkan bukti ilmiah bahwa ASI jauh lebih unggul dan aman dibandingkan praktik pemberian makanan dini yang berisiko.

B. Budaya Kerja dan Fasilitas Dukungan

Tingkat partisipasi perempuan dalam angkatan kerja di Indonesia tinggi, namun fasilitas laktasi dan kebijakan cuti yang kurang memadai sering menggagalkan usaha ASI Eksklusif setelah ibu kembali bekerja pada bulan kedua atau ketiga. Dr. Utami Roesli tak henti-hentinya menuntut implementasi UU Perlindungan Ibu dan Anak yang menjamin hak ibu untuk memerah ASI di tempat kerja (ruang laktasi yang layak) dan mendapatkan waktu istirahat untuk memerah. Beliau melihat dukungan di tempat kerja sebagai jembatan penting antara niat ibu dan keberhasilan menyusui.

VIII. Etika dan Kontroversi: Pandangan tentang Bank ASI

Dalam konteks global, penggunaan Bank ASI (Human Milk Bank) telah menjadi praktik standar untuk bayi prematur dan bayi yang ibunya tidak dapat menyediakan ASI. Namun, di Indonesia, pembahasan mengenai Bank ASI selalu terkait erat dengan pertimbangan agama, etika, dan sosial, terutama mengenai isu 'persusuan'.

A. Pendekatan Konservatif dan Kehati-hatian

Dr. Utami Roesli, dengan mempertimbangkan fatwa agama dan sensitivitas budaya di Indonesia, mengambil pendekatan yang sangat hati-hati dan konservatif terhadap Bank ASI. Beliau berpendapat bahwa selama ketersediaan donor dan sistem pelacakan (tracing) yang ketat mengenai identitas pemberi susu tidak dapat dijamin 100%, risiko timbulnya masalah mahram (persaudaraan sesusuan) di masa depan terlalu besar untuk populasi Muslim yang besar.

Oleh karena itu, advokasi beliau berfokus pada penguatan praktik yang ada, yaitu:

  1. Penguatan IMD dan ASI Eksklusif Ibu Kandung: Prioritas mutlak adalah memaksimalkan produksi ASI ibu sendiri, bahkan pada kasus bayi prematur atau sakit.
  2. Penyediaan Donor Terbatas dan Teridentifikasi: Jika memang sangat diperlukan (seperti di NICU), donor ASI haruslah dari ibu yang sudah dikenal atau teridentifikasi dengan jelas, menghindari anonimitas yang menjadi ciri khas Bank ASI komersial.
  3. Dukungan Terhadap Ibu Prematur: Fokus pada relaktasi dan induksi laktasi bagi ibu bayi prematur, dan memaksimalkan ASI ibu kandung yang biasanya kaya nutrisi bagi bayi kecilnya.

Pendirian beliau mencerminkan upaya untuk menyeimbangkan kebutuhan medis berbasis bukti dengan kepatuhan terhadap norma sosial dan agama yang dominan di Indonesia.

Representasi Advokasi Kesehatan dan Kebijakan Publik Simbolisasi kerja Dr. Utami Roesli dalam mengubah kebijakan rumah sakit menjadi lebih pro-ASI. RSSIB / BFHI 10 Langkah ASI Advokasi
Advokasi yang kuat menghasilkan perubahan struktural dalam kebijakan layanan kesehatan.

IX. Peran Pendidikan dan Pelatihan: Mencetak Generasi Konsultan Laktasi

Salah satu kontribusi Dr. Utami Roesli yang paling bertahan lama adalah perannya dalam mendidik dan melatih generasi baru tenaga kesehatan dan konselor laktasi di Indonesia. Beliau menyadari bahwa perubahan kebijakan tidak akan efektif tanpa sumber daya manusia yang terampil dan berempati.

A. Pengembangan Kurikulum Pelatihan

Melalui organisasi seperti Sentra Laktasi Indonesia (SELASI) dan kolaborasi dengan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), beliau terlibat aktif dalam menyusun kurikulum pelatihan manajemen laktasi. Kurikulum ini dirancang untuk memberikan pemahaman ilmiah (biologi, endokrinologi laktasi) dan keterampilan praktis (teknik pelekatan, penanganan masalah umum) kepada dokter, bidan, dan perawat.

Beliau secara konsisten menuntut agar pendidikan laktasi menjadi komponen wajib dalam kurikulum medis dan kebidanan. Penekanan diletakkan pada kemampuan tenaga kesehatan untuk mendengarkan ibu, mengidentifikasi akar masalah, dan memberikan solusi yang personal dan mendukung, alih-alih hanya meresepkan susu formula.

B. Publikasi dan Sumber Daya

Untuk menyebarluaskan pengetahuan, Dr. Utami Roesli telah menulis banyak buku dan panduan praktis mengenai IMD dan ASI. Karya-karya beliau, yang sering ditulis dengan bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat umum sekaligus akurat secara medis, telah menjadi referensi wajib bagi orang tua baru dan praktisi kesehatan. Publikasi ini mencakup topik-topik spesifik seperti:

Ketersediaan sumber daya ini sangat krusial dalam melawan banjir informasi yang salah dari iklan susu formula dan media sosial. Beliau memastikan bahwa informasi yang benar dan berbasis bukti tersedia di ujung jari masyarakat Indonesia.

X. Keberlanjutan Warisan dan Tantangan Masa Depan

Meskipun gerakan ASI Eksklusif di Indonesia telah menunjukkan peningkatan yang menggembirakan, perjuangan Dr. Utami Roesli dan para pengikutnya masih menghadapi tantangan yang terus berevolusi.

A. Ancaman Digital dan Pemasaran Modern

Di era digital, pemasaran pengganti ASI menjadi lebih sulit dikontrol. Perusahaan menggunakan media sosial, influencer, dan grup komunitas online untuk mempromosikan produk mereka secara halus, seringkali melanggar semangat Kode WHO. Dr. Utami Roesli telah mengadvokasi perlunya regulasi yang lebih ketat dan pengawasan digital untuk melindungi ibu dari pesan-pesan yang menyesatkan dan yang merusak kepercayaan diri mereka dalam menyusui.

B. Penguatan Kualitas Konseling

Masih banyak ibu yang, meskipun memiliki keinginan kuat untuk menyusui, gagal karena mendapatkan nasihat yang buruk atau tidak konsisten dari tenaga kesehatan. Warisan beliau adalah penekanan pada kualitas: bahwa konsultan laktasi harus memiliki sertifikasi yang jelas (seperti IBCLC) atau telah melalui pelatihan intensif berbasis standar internasional. Memastikan bahwa setiap rumah sakit dan pusat kesehatan memiliki staf yang terlatih adalah tujuan jangka panjang untuk mengukuhkan kesuksesan ASI di Indonesia.

Beliau juga menyoroti pentingnya dukungan berulang. Menyusui jarang berjalan sempurna sejak hari pertama. Ibu memerlukan konseling yang konsisten pada minggu pertama, bulan pertama, dan saat kembali bekerja. Sistem dukungan pasca-pulang dari rumah sakit harus diperkuat.

C. Perluasan Jangkauan ke Daerah Terpencil

Meskipun rumah sakit besar di kota-kota telah mengadopsi prinsip RSSIB, implementasi di fasilitas kesehatan primer (Puskesmas) dan di daerah terpencil masih memerlukan upaya besar. Dr. Utami telah berupaya mendesain program yang dapat disesuaikan untuk sumber daya yang terbatas, melatih bidan desa dan kader kesehatan lokal sebagai garda terdepan advokasi ASI di tingkat komunitas.

Dr. Utami Roesli, dengan kepakaran ilmiahnya, semangat advokasi yang tak kenal lelah, dan pendekatan yang berakar pada kasih sayang ibu dan anak, telah menorehkan jejak yang tak terhapuskan dalam sejarah kesehatan masyarakat Indonesia. Kontribusinya dalam mempromosikan IMD dan ASI Eksklusif telah menyelamatkan nyawa, meningkatkan kualitas hidup ribuan anak, dan memberdayakan jutaan ibu untuk percaya pada kemampuan alami tubuh mereka. Warisan beliau bukan hanya dalam angka statistik peningkatan menyusui, tetapi dalam perubahan paradigma budaya dan medis yang kini melihat Air Susu Ibu sebagai standar emas perawatan kesehatan, dari detik pertama kehidupan.

XI. Pendalaman Konsep IMD: Peran Hormonal dan Neurologis

Untuk memahami sepenuhnya komitmen Dr. Utami terhadap IMD, kita harus menggali lebih dalam mekanisme hormonal dan neurologis yang terlibat. Kontak kulit-ke-kulit secara langsung mempengaruhi sistem endokrin ibu dan bayi, menciptakan kaskade respons yang menguntungkan.

A. Oksitosin: Hormon Cinta dan Kontraksi

Saat bayi diletakkan di dada ibu, stimulasi taktil (sentuhan) pada kulit dan payudara ibu memicu pelepasan oksitosin. Oksitosin, sering disebut hormon cinta, memainkan peran ganda:

  1. Laktogenesis II: Oksitosin penting untuk refleks ejeksi ASI (let-down reflex), memastikan ASI mengalir deras. IMD di jam pertama membantu "melatih" refleks ini agar responsif di kemudian hari.
  2. Involusi Uterus: Pelepasan oksitosin menyebabkan rahim berkontraksi, secara signifikan mengurangi risiko perdarahan pasca-persalinan (PPH), salah satu penyebab utama kematian ibu. Ini menjadikan IMD bukan hanya intervensi untuk bayi, tetapi juga pencegahan morbiditas dan mortalitas ibu.

B. Prolaktin: Hormon Produksi

Stimulasi puting yang terjadi saat IMD dan isapan pertama memicu pelepasan prolaktin. Kadar prolaktin adalah yang tertinggi pada jam-jam pertama setelah melahirkan, dan memanfaatkannya melalui IMD adalah kunci untuk mengatur "set point" produksi ASI. Semakin efektif payudara dikosongkan pada jam-jam awal, semakin kuat sinyal yang dikirim ke otak ibu untuk memproduksi ASI dalam volume besar di hari-hari berikutnya. Dr. Utami selalu menekankan bahwa jam pertama adalah jendela emas yang tidak boleh dilewatkan.

C. Adaptasi Neurologis Bayi

Bayi baru lahir memiliki periode kewaspadaan tinggi (quiet alert state) yang unik, biasanya berlangsung 45 hingga 90 menit pertama setelah kelahiran. IMD memanfaatkan keadaan ini, di mana refleks menghisap dan merangkak bayi berada pada puncaknya. Jika periode ini terlewatkan (misalnya karena bayi dibungkus atau dipisahkan dari ibu), bayi cenderung menjadi lelah dan sulit dibangunkan untuk menyusu. Kegagalan menyusu di jam pertama seringkali berujung pada pemberian formula yang tidak perlu, yang kemudian mengganggu seluruh rantai laktasi. Dr. Utami Roesli mengedukasi tenaga kesehatan untuk melindungi periode kewaspadaan ini dengan segala cara.

XII. Mendukung Kelompok Rentan: Bayi Prematur dan Kembar

Prinsip-prinsip Dr. Utami Roesli terbukti efektif tidak hanya pada bayi sehat, tetapi juga pada populasi yang paling membutuhkan, yaitu bayi prematur dan kembar.

A. Pentingnya ASI untuk Bayi Prematur

Bagi bayi prematur, ASI ibu kandung adalah obat yang paling vital. Komposisi ASI dari ibu yang melahirkan prematur secara ajaib berbeda; ia lebih tinggi protein, kalori, dan faktor kekebalan yang disesuaikan dengan kebutuhan pematangan organ bayi yang belum sempurna. ASI mengurangi risiko NEC hingga enam kali lipat, dan ini adalah prioritas tertinggi dalam perawatan NICU modern.

Dr. Utami Roesli mendorong agar ibu bayi prematur mulai memerah (ekspresi tangan) sesegera mungkin, bahkan dalam satu jam setelah melahirkan, untuk merangsang kolostrum. Walaupun bayi mungkin tidak dapat menyusu langsung, ASI perah harus diberikan melalui selang atau sendok. Beliau mempromosikan praktik K-K bahkan pada bayi prematur yang stabil (metode Kanguru), yang meningkatkan stabilisasi, mengurangi episode apnea, dan memperkuat ikatan ibu-anak.

B. Menyusui Bayi Kembar atau Lebih

Banyak ibu bayi kembar ragu apakah produksi ASI mereka cukup. Dr. Utami memastikan bahwa kapasitas produksi ASI diatur oleh permintaan. Jika dua bayi menyusu, tubuh ibu akan merespons dengan memproduksi dua kali lipat volume ASI. Beliau memberikan panduan praktis untuk menyusui tandem (bersamaan) untuk menghemat waktu dan memastikan stimulasi yang cukup, serta penanganan logistik memerah ASI ganda jika diperlukan.

XIII. Integrasi dengan Gizi dan MPASI yang Tepat

Advokasi Dr. Utami Roesli tidak berhenti pada enam bulan ASI Eksklusif; ia meluas ke praktik Makanan Pendamping ASI (MPASI) yang aman dan tepat, memastikan pertumbuhan optimal hingga usia dua tahun.

A. Timing dan Kesiapan Bayi

Beliau secara tegas mengikuti rekomendasi WHO/IDAI untuk memulai MPASI tepat pada usia enam bulan, tidak lebih cepat dan tidak terlalu lambat. Mulai terlalu dini (sebelum 4 bulan) dapat merusak usus dan meningkatkan risiko alergi, sementara menunda terlalu lama (setelah 7 bulan) dapat menyebabkan kekurangan gizi mikro (terutama zat besi) dan masalah keterampilan motorik oral.

B. Kualitas dan Kepadatan Nutrisi MPASI

Dr. Utami menekankan bahwa MPASI harus memenuhi tiga kriteria penting: adekuat secara nutrisi (terutama zat besi dan zink), aman dan higienis, serta diberikan secara responsif (responsive feeding). MPASI tidak menggantikan ASI; ASI tetap merupakan sumber nutrisi, antibodi, dan cairan yang signifikan hingga usia dua tahun atau lebih. MPASI harus kaya akan sumber protein hewani dan lemak yang penting untuk perkembangan otak.

Konsep responsive feeding yang beliau ajarkan adalah kunci: ibu harus peka terhadap sinyal lapar dan kenyang bayi, tidak memaksa makan, dan menciptakan pengalaman makan yang positif, yang juga memiliki dampak jangka panjang pada hubungan emosional dan pola makan sehat anak.

XIV. Etika dan Empati dalam Konsultasi Laktasi

Di balik semua data ilmiah, Dr. Utami Roesli menjunjung tinggi etika dan empati dalam setiap interaksi dengan ibu. Beliau melihat menyusui bukan sebagai kewajiban yang harus dipaksakan, melainkan sebagai hak ibu dan bayi yang harus difasilitasi.

A. Menghilangkan Rasa Bersalah

Dalam masyarakat yang serba menghakimi, banyak ibu yang gagal menyusui merasa sangat bersalah. Dr. Utami Roesli berulang kali menegaskan bahwa tugas konselor adalah memberikan dukungan tanpa menghakimi. Jika seorang ibu telah melakukan segala upaya namun tetap harus memberikan formula, fokus harus bergeser ke dukungan emosional dan strategi untuk melanjutkan menyusui parsial (campuran) selama mungkin.

B. Pemberdayaan Ibu

Pilar utama kerja beliau adalah memberdayakan ibu. Ini berarti memberi mereka informasi yang benar dan keterampilan, sehingga ibu menjadi pengambil keputusan utama mengenai kesehatan bayinya. Ibu yang merasa memiliki kendali dan didukung jauh lebih mungkin untuk berhasil dalam jangka panjang.

Melalui puluhan tahun dedikasi dan ratusan ribu pelatihan serta konsultasi, Dr. Utami Roesli telah mengukuhkan dirinya sebagai ikon kesehatan masyarakat di Indonesia. Warisan ilmiah dan humanisnya terus memandu praktik pediatri dan laktasi, memastikan bahwa setiap bayi Indonesia mendapatkan awal kehidupan yang paling sehat dan alami.

🏠 Homepage