Menyusui adalah perjalanan yang indah namun seringkali menantang, dipenuhi dengan harapan dan terkadang kekhawatiran mengenai kecukupan suplai Air Susu Ibu (ASI). Banyak ibu menyusui fokus pada makanan yang dikenal sebagai galaktogog—zat yang meningkatkan produksi ASI—seperti daun katuk, biji fenugreek, atau kurma. Namun, sama pentingnya untuk memahami bahwa ada beberapa zat, makanan, atau kebiasaan diet yang dapat memiliki efek sebaliknya: berpotensi menurunkan atau menghambat produksi ASI.
Zat-zat yang menghambat produksi ASI dikenal sebagai anti-galaktogog. Efeknya bisa bersifat langsung, mengganggu hormon kunci (Prolaktin dan Oksitosin), atau bersifat tidak langsung, menyebabkan dehidrasi, menggantikan nutrisi esensial, atau menimbulkan stres pada tubuh ibu. Pemahaman yang mendalam mengenai faktor-faktor penghambat ini sangat krusial agar ibu dapat membuat pilihan diet yang cerdas, mendukung kesehatan laktasi, dan memastikan asupan nutrisi optimal bagi sang buah hati.
Artikel komprehensif ini akan mengupas tuntas berbagai kategori makanan dan zat yang harus diwaspadai, mulai dari herbal yang umum digunakan, zat psikoaktif, hingga diet yang tidak seimbang, memberikan panduan holistik untuk menjaga kelancaran suplai ASI.
Beberapa tanaman, yang sering dianggap sebagai obat alami, mengandung komponen yang secara tradisional atau ilmiah diyakini dapat menurunkan suplai ASI. Penting untuk membedakan antara penggunaan sebagai bumbu dapur (jumlah kecil) dan konsumsi dalam dosis terapi (jumlah besar).
Peppermint dan spearmint adalah penghambat laktasi yang paling sering dibahas. Kandungan utamanya, mentol, diyakini dapat mengurangi suplai ASI. Mekanisme pastinya belum sepenuhnya dipahami pada manusia, tetapi secara anekdotal, konsumsi teh mint yang sangat kuat atau penggunaan permen pelega tenggorokan berbasis mentol dalam jumlah besar telah dikaitkan dengan penurunan produksi susu.
Sage adalah herbal lain yang dikenal memiliki sifat anti-galaktogog yang kuat. Herbal ini sering digunakan oleh para profesional kesehatan untuk membantu mengeringkan ASI secara bertahap (misalnya, saat ibu memutuskan untuk menyapih). Senyawa aktif dalam sage diyakini mengganggu reseptor Prolaktin, hormon yang bertanggung jawab utama untuk memproduksi susu.
Parsley adalah bumbu dapur yang sangat umum, dan biasanya tidak menimbulkan masalah. Namun, konsumsi peterseli dalam dosis yang sangat besar—misalnya, dalam bentuk jus peterseli pekat atau suplemen herbal—telah dikaitkan dengan penurunan laktasi. Seperti sage, peterseli terkadang digunakan secara tradisional untuk membantu mengeringkan susu.
Perlu ditekankan bahwa peterseli yang ditaburkan pada sup atau salad dalam jumlah normal sebagai garnish atau bumbu masakan sehari-hari sama sekali tidak berbahaya, bahkan menyediakan vitamin dan mineral. Masalah muncul hanya pada dosis yang melebihi batas kewajaran diet sehari-hari.
Sama seperti parsley, oregano dan thyme dalam jumlah yang sangat besar dapat diklasifikasikan sebagai potensi anti-galaktogog, meskipun efeknya jauh lebih ringan dibandingkan sage atau mint. Dalam konteks diet sehari-hari (bumbu masakan Italia, Mediterania), kedua herbal ini sepenuhnya aman dan tidak perlu dihindari.
Stimulan, terutama yang bersifat diuretik, tidak hanya memengaruhi sistem saraf ibu tetapi juga secara tidak langsung memengaruhi hidrasi dan keseimbangan hormonal yang esensial untuk produksi susu.
Kafein sendiri tidak secara langsung menghentikan produksi ASI, tetapi memiliki dua efek samping yang berpotensi menghambat:
Batasan Aman: Sebagian besar organisasi kesehatan menyarankan batasan kafein sekitar 200–300 mg per hari (sekitar 2–3 cangkir kopi). Melebihi batas ini secara konsisten dapat mulai mengganggu hidrasi dan kualitas tidur ibu, yang keduanya merupakan faktor penting dalam kelancaran ASI.
Meskipun alkohol tidak secara teknis menghambat produksi Prolaktin, ia secara signifikan mengganggu pelepasan Oksitosin, hormon yang bertanggung jawab untuk refleks pengeluaran susu (let-down reflex). Tanpa refleks let-down yang efektif, bayi kesulitan mendapatkan susu yang telah diproduksi, yang dapat mengirimkan sinyal ke tubuh bahwa permintaan susu rendah, sehingga produksi ASI menurun seiring waktu.
Disarankan untuk membatasi konsumsi alkohol seminimal mungkin. Jika dikonsumsi, tunggu hingga alkohol benar-benar hilang dari aliran darah (sekitar 2 jam per porsi standar) sebelum menyusui atau memompa.
Nikotin, zat yang ditemukan dalam produk tembakau, adalah vasokonstriktor kuat—ia menyempitkan pembuluh darah. Penyempitan ini dapat mengurangi aliran darah ke kelenjar payudara, yang secara langsung dapat membatasi nutrisi dan hormon yang dibutuhkan untuk produksi susu. Ibu yang merokok cenderung memiliki tingkat prolaktin yang lebih rendah dan melaporkan suplai ASI yang lebih rendah dibandingkan ibu yang tidak merokok.
Beberapa makanan tidak secara kimiawi menghambat laktasi, tetapi jika dikonsumsi berlebihan, mereka menggantikan makanan padat nutrisi yang dibutuhkan ibu untuk menjaga energi dan kesehatan laktasi.
Makanan seperti keripik, makanan cepat saji berminyak, dan minuman manis (soft drink, minuman kemasan tinggi gula) sering disebut sebagai "kalori kosong." Mereka memberikan energi instan tetapi minim vitamin, mineral, dan serat. Tubuh ibu menyusui membutuhkan asupan kalori ekstra (sekitar 300–500 kalori tambahan) yang harus berasal dari sumber padat nutrisi untuk mendukung produksi susu yang berkualitas dan menjaga stamina ibu.
Konsumsi garam yang berlebihan (makanan asin, makanan kalengan, mie instan) dapat menyebabkan retensi cairan dan meningkatkan rasa haus. Meskipun hal ini mungkin tampak kontradiktif, asupan natrium yang sangat tinggi dapat mengganggu keseimbangan elektrolit tubuh dan, jika tidak diimbangi dengan asupan air yang jauh lebih banyak, dapat memperburuk dehidrasi.
Salah satu penghambat suplai ASI yang paling signifikan adalah diet ketat yang dilakukan ibu pascapersalinan. Keinginan untuk segera menurunkan berat badan dengan membatasi asupan kalori di bawah kebutuhan dasar dapat mengirimkan sinyal bahaya ke tubuh, yang kemudian akan memprioritaskan fungsi organ vital ibu di atas produksi susu.
Ibu menyusui harus menghindari diet yang memotong kalori secara drastis (di bawah 1800 kalori per hari) tanpa pengawasan ahli gizi. Penurunan berat badan harus dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan, bukan secara cepat dan drastis.
Meskipun jarang terjadi, ada laporan ilmiah yang menunjukkan bahwa konsumsi suplemen Vitamin B6 dalam dosis yang sangat tinggi (di atas 200 mg per hari) dapat menghentikan produksi prolaktin dan ASI. Biasanya, Vitamin B6 dosis tinggi digunakan untuk menekan laktasi setelah kematian bayi atau penghentian menyusui. Oleh karena itu, ibu menyusui harus selalu memastikan suplemen multivitamin mereka tidak mengandung dosis B6 yang melebihi batas aman harian.
Selain makanan spesifik, beberapa kondisi medis, obat-obatan, dan bahkan keyakinan populer dapat bertindak sebagai anti-galaktogog yang kuat.
Beberapa obat yang diresepkan memiliki efek samping anti-laktasi karena cara kerjanya pada sistem endokrin:
Meskipun bukan makanan, stres kronis dan kecemasan pascapersalinan (PPD) adalah salah satu penghambat ASI yang paling kuat, beroperasi melalui jalur hormonal. Stres menyebabkan pelepasan kortisol dan epinefrin (adrenalin). Hormon stres ini secara langsung menekan Oksitosin, hormon ‘cinta’ dan hormon yang penting untuk refleks let-down.
Jika ibu stres, ASI mungkin tetap diproduksi (Prolaktin tetap tinggi), tetapi susu sulit dikeluarkan karena Oksitosin terhambat. Bayi menjadi frustrasi, menyusui menjadi kurang efektif, dan tubuh kemudian mulai menurunkan produksi susu karena payudara tidak dikosongkan secara teratur.
Di Indonesia, sering muncul mitos bahwa makanan pedas atau asam dapat "merusak" atau "mengurangi" ASI. Secara ilmiah, klaim ini tidak didukung. Molekul rasa dari makanan pedas (kapsaisin) memang dapat masuk ke ASI, tetapi ini jarang menyebabkan iritasi pada bayi, melainkan memperkenalkan bayi pada variasi rasa yang lebih luas. Makanan asam juga tidak memengaruhi komposisi atau suplai ASI.
Jika seorang ibu merasa suplai ASI-nya menurun setelah makan pedas, ini mungkin lebih berkaitan dengan konsumsi makanan pedas yang menyebabkan ketidaknyamanan pencernaan atau diare ringan, yang kemudian menyebabkan dehidrasi, bukan karena efek langsung pada kelenjar susu.
Untuk memahami mengapa zat-zat tertentu menghambat laktasi, kita perlu melihat dua hormon kunci: Prolaktin dan Oksitosin. Anti-galaktogog bekerja dengan salah satu dari empat cara utama:
Prolaktin adalah hormon yang memberitahu payudara untuk memproduksi susu. Beberapa zat dapat menekan Prolaktin dengan meniru atau memicu pelepasan Dopamin, yang merupakan inhibitor alami Prolaktin.
Oksitosin bertanggung jawab atas kontraksi sel mioepitel di sekitar alveoli (tempat susu dibuat) yang kemudian memeras susu keluar melalui saluran. Ini adalah let-down reflex.
Proses laktasi membutuhkan aliran darah yang kaya nutrisi dan hormon ke jaringan payudara. Vasokonstriktor dapat menyempitkan pembuluh darah, mengurangi pasokan ke payudara.
ASI terdiri dari sekitar 87% air. Tubuh ibu harus mempertahankan volume cairan yang tinggi. Zat yang bersifat diuretik atau menyebabkan muntah/diare (seperti kafein berlebihan atau keracunan makanan) dapat mengganggu keseimbangan ini.
Mengidentifikasi makanan penghambat hanyalah langkah awal. Langkah selanjutnya adalah membangun kebiasaan yang mendukung kelancaran laktasi, menyeimbangkan antara menghindari potensi masalah dan memenuhi kebutuhan nutrisi esensial.
Pastikan asupan air putih minimal 8–12 gelas sehari, atau bahkan lebih, terutama saat cuaca panas atau setelah berolahraga. Jangan menunggu haus untuk minum, karena rasa haus sudah merupakan indikasi awal dehidrasi. Minumlah setiap kali Anda menyusui. Jus buah segar tanpa gula tambahan dan air kelapa adalah pilihan yang baik untuk menjaga keseimbangan elektrolit dan cairan.
Konsultasikan dengan dokter atau bidan mengenai metode kontrasepsi yang aman selama menyusui. Hindari pil KB kombinasi pada enam bulan pertama kehidupan bayi atau selama laktasi eksklusif. Pilihan terbaik umumnya adalah metode barier atau kontrasepsi hanya progestin.
Ingat, stres adalah penghambat Oksitosin yang sangat kuat. Carilah waktu istirahat, delegasikan tugas rumah tangga, dan mintalah dukungan pasangan. Tidur yang cukup (sekalipun hanya tidur sebentar-sebentar) adalah kunci untuk menjaga hormon Prolaktin tetap tinggi, karena Prolaktin diproduksi paling banyak saat ibu tidur nyenyak.
Prinsip utama produksi ASI adalah permintaan (demand) dan penawaran (supply). Penghambat terbesar bukanlah makanan, melainkan pengosongan payudara yang tidak tuntas dan jarang. Semakin sering dan semakin tuntas payudara dikosongkan (baik oleh bayi maupun pompa), semakin banyak sinyal yang diterima tubuh untuk memproduksi susu.
Jika Anda menggunakan suplemen herbal untuk alasan kesehatan lain (selain laktasi), selalu periksa kandungannya. Hindari produk yang mengandung sage atau peppermint dalam dosis tinggi. Jika ragu, selalu tanyakan kepada konselor laktasi atau dokter yang berpengalaman dalam pengobatan herbal dan laktasi.
Selalu ingat bahwa tubuh setiap ibu menyusui berbeda. Reaksi terhadap anti-galaktogog dapat bervariasi. Jika Anda mencurigai suatu makanan telah menurunkan suplai ASI Anda, langkah terbaik adalah menghilangkannya dari diet Anda selama beberapa hari sambil meningkatkan frekuensi menyusui, dan mencatat perubahannya. Jika penurunan suplai ASI berlanjut, segera konsultasikan dengan profesional kesehatan.
Di tengah banyaknya informasi, penting untuk mengetahui mitos diet mana yang tidak berdasar, sehingga ibu tidak membatasi makanannya secara tidak perlu dan menyebabkan kekurangan nutrisi.
Kubis (kol) sering dikaitkan dengan penurunan suplai, tetapi biasanya kubis digunakan sebagai kompres dingin (diletakkan di payudara) untuk mengurangi pembengkakan dan nyeri saat penyapihan. Efeknya bersifat lokal (vasokonstriksi dingin), bukan dietetik. Makan kubis dalam jumlah normal sebagai bagian dari diet seimbang sama sekali tidak berbahaya bagi produksi ASI.
Mitos ini sering beredar di beberapa komunitas, mengaitkan rasa asam dengan "pengeringan" susu. Rasa asam dari cuka (misalnya dalam salad dressing) atau jeruk nipis (dalam minuman atau sambal) tidak memengaruhi kadar Prolaktin atau Oksitosin. Senyawa-senyawa ini dimetabolisme oleh tubuh sebelum dapat memengaruhi kelenjar susu.
Beberapa tradisi percaya bahwa konsumsi makanan atau minuman dingin dapat "mendinginkan" ASI dan membuatnya kurang lancar. Suhu makanan yang dikonsumsi ibu tidak memengaruhi suhu atau komposisi ASI. ASI selalu dikeluarkan pada suhu tubuh yang konstan, terlepas dari apakah ibu baru saja minum es teh atau sup panas. Keyakinan ini hanyalah mitos tanpa dasar fisiologis.
Mitos lain yang sering muncul adalah bahwa kacang-kacangan atau makanan tinggi lemak membuat ASI menjadi terlalu kental dan sulit keluar, sehingga dianggap sebagai penghambat. Faktanya, asupan lemak sehat (termasuk dari kacang-kacangan seperti almond) sangat penting untuk kualitas ASI. Perubahan terbesar pada ASI adalah konsentrasi lemak, yang cenderung meningkat saat payudara hampir kosong (hindmilk), bukan karena makanan tertentu.
Perjalanan menyusui adalah tentang keseimbangan. Fokus berlebihan pada makanan penghambat terkadang bisa menjadi bumerang, menyebabkan ibu menjadi terlalu cemas dan membatasi asupan makanan yang justru ia butuhkan. Ingatlah bahwa bagi sebagian besar ibu, suplai ASI rendah lebih disebabkan oleh faktor manajemen laktasi (pelekatan buruk, jadwal menyusui jarang) daripada makanan tertentu.
Strategi terbaik untuk ibu menyusui adalah mengadopsi diet yang kaya akan makanan utuh, mempertahankan hidrasi yang ekstrem, dan memastikan pengosongan payudara secara teratur dan efektif.
Jika Anda memilih untuk mengonsumsi potensi anti-galaktogog seperti kopi atau bumbu tertentu, lakukanlah dalam batas moderasi. Moderasi adalah kunci untuk menikmati berbagai makanan tanpa mengorbankan kesehatan laktasi.
Dengan pemahaman yang komprehensif ini, ibu menyusui dapat melangkah maju dengan percaya diri, membedakan fakta ilmiah dari mitos, dan memberikan nutrisi terbaik bagi buah hati mereka tanpa rasa khawatir yang tidak perlu.