Asam folat, seringkali disebut sebagai Vitamin B9, merupakan nutrisi esensial yang memainkan peran fundamental dalam berbagai proses biologis tubuh manusia. Perannya melampaui sekadar nutrisi harian; ia adalah komponen kunci dalam sintesis DNA, perbaikan sel, dan produksi sel darah merah. Mengingat pentingnya fungsi-fungsi ini, obat-obatan dan suplemen yang mengandung asam folat sangat luas digunakan, mulai dari pencegahan cacat lahir hingga pengobatan kondisi anemia dan dukungan kesehatan kardiovaskular. Artikel ini akan mengupas tuntas fungsi vital asam folat, mengidentifikasi secara spesifik jenis-jenis obat dan suplemen yang memasukkannya sebagai bahan aktif, serta mendiskusikan konteks klinis penggunaannya yang tepat.
Asam folat, dalam bentuk inaktifnya, harus diubah menjadi bentuk aktif biologisnya, yaitu 5-methyltetrahydrofolate (5-MTHF), agar dapat dimanfaatkan oleh tubuh. Proses konversi ini sangat penting karena 5-MTHF adalah kofaktor esensial dalam metabolisme satu karbon. Tanpa 5-MTHF yang memadai, sel tidak dapat menjalankan fungsi replikasi dan perbaikan materi genetik secara efisien. Kebutuhan akan folat meningkat secara signifikan pada kondisi di mana terjadi pembelahan sel yang cepat, seperti selama kehamilan, masa pertumbuhan, atau saat tubuh berusaha memproduksi sel darah baru.
Fungsi utama asam folat terletak pada perannya sebagai donor gugus metil. Ia berinteraksi erat dengan Vitamin B12 dalam proses metilasi dan sintesis purin serta pirimidin, yang merupakan blok bangunan dasar DNA dan RNA. Ketika kadar folat rendah, sintesis DNA terganggu. Gangguan ini menyebabkan produksi sel yang tidak matang dan berukuran besar, sebuah kondisi yang dikenal sebagai anemia megaloblastik. Obat yang mengandung asam folat bertujuan untuk mengatasi defisiensi ini, memastikan bahwa sumsum tulang dapat menghasilkan sel darah merah yang sehat dan berfungsi normal.
Asam folat memiliki peran krusial dalam mengatur kadar homosistein dalam darah. Homosistein adalah asam amino yang jika kadarnya terlalu tinggi (hiperhomosisteinemia), dapat menjadi faktor risiko independen untuk penyakit jantung dan stroke. Folat, bersama B6 dan B12, membantu mengkonversi homosistein kembali menjadi metionin. Oleh karena itu, suplemen folat sering direkomendasikan sebagai bagian dari strategi untuk menurunkan kadar homosistein, meskipun efektivitasnya dalam pencegahan penyakit kardiovaskular primer masih menjadi subjek penelitian berkelanjutan. Namun, pada pasien yang sudah memiliki penyakit vaskular, optimalisasi status folat menjadi bagian integral dari manajemen risiko.
Defisiensi folat, bahkan yang bersifat subklinis, dapat memengaruhi integritas pembuluh darah. Ketika pembentukan sel terhambat, termasuk sel endotel yang melapisi pembuluh darah, risiko kerusakan vaskular dan pembentukan plak aterosklerotik dapat meningkat. Suplemen folat, baik dalam bentuk tunggal maupun kombinasi, sering dimasukkan dalam regimen pengobatan untuk individu dengan risiko kardiovaskular tinggi, terutama mereka yang memiliki predisposisi genetik terhadap masalah metabolisme folat.
Obat-obatan yang mengandung asam folat sangat bervariasi dalam komposisi dan dosis, disesuaikan dengan tujuan terapeutik spesifiknya. Produk-produk ini dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok utama, bergantung pada apakah folat adalah satu-satunya bahan aktif (monoprep) atau dikombinasikan dengan nutrisi lain untuk efek sinergis (kombinasi).
Ini adalah formulasi di mana asam folat (atau folat aktif seperti L-Methylfolate) disajikan sebagai satu-satunya bahan aktif. Obat-obatan ini biasanya tersedia dalam dosis yang lebih tinggi (misalnya, 1 mg atau 5 mg) dan digunakan untuk tujuan pengobatan, bukan sekadar suplemen harian. Penggunaan utama adalah untuk mengobati anemia megaloblastik yang disebabkan oleh defisiensi folat parah, atau untuk memenuhi kebutuhan yang sangat tinggi pada kondisi medis tertentu.
Pengobatan defisiensi folat parah memerlukan dosis yang jauh lebih tinggi daripada yang ditemukan dalam multivitamin standar. Dokter meresepkan dosis tinggi ini untuk dengan cepat memulihkan cadangan folat dalam tubuh dan memungkinkan pemulihan hematopoiesis (pembentukan sel darah). Selain anemia, monoprep juga esensial dalam manajemen pasien yang menjalani terapi dengan obat-obatan yang diketahui sebagai antagonis folat, seperti Methotrexate. Dalam konteks ini, folat dosis tinggi diberikan dalam waktu yang terjadwal untuk melindungi sel-sel sehat dari efek samping Methotrexate tanpa mengurangi efektivitasnya terhadap penyakit target.
Variasi dosis dalam monoprep juga mencerminkan tingkat keparahan kondisi. Dosis 5 mg, misalnya, sering digunakan untuk fase serangan akut anemia atau pada wanita yang telah melahirkan bayi dengan riwayat cacat tabung saraf (NTDs) dan membutuhkan profilaksis dosis super-tinggi untuk kehamilan berikutnya. Konsumsi rutin monoprep harus di bawah pengawasan medis karena asupan folat yang berlebihan dapat menutupi gejala defisiensi Vitamin B12 yang mendasarinya, yang berpotensi menyebabkan kerusakan neurologis ireversibel.
Ini adalah kategori obat yang paling umum mengandung asam folat dalam dosis yang dirancang untuk mendukung perkembangan janin. Dosis folat standar dalam suplemen prenatal bervariasi, tetapi umumnya berkisar antara 400 mcg hingga 1000 mcg (1 mg). Asam folat merupakan nutrisi paling kritis dalam trimester pertama untuk mencegah Cacat Tabung Saraf (Neural Tube Defects - NTDs) seperti spina bifida dan anensefali.
Suplemen prenatal hampir selalu mengkombinasikan folat dengan zat besi (untuk mencegah anemia defisiensi besi, umum pada kehamilan), kalsium, Vitamin D, dan asam lemak omega-3 (DHA/EPA) untuk perkembangan otak janin. Kombinasi yang rumit ini memastikan bahwa obat yang mengandung asam folat dalam konteks prenatal memberikan dukungan nutrisi yang holistik. Peran folat di sini tidak hanya sebagai pencegah NTDs tetapi juga sebagai pendukung plasenta yang sehat dan pertumbuhan sel darah merah ibu yang meningkat drastis.
Pada suplemen prenatal, perhatian khusus diberikan pada bentuk folat yang digunakan. Beberapa obat modern menggunakan bentuk aktif (L-Methylfolate atau Metafolin) yang melewati kebutuhan tubuh untuk memetabolismekan asam folat sintetik, terutama bermanfaat bagi individu dengan polimorfisme genetik MTHFR yang memengaruhi efisiensi konversi folat. Pilihan bentuk folat ini menjadi penting karena memastikan penyerapan yang maksimal pada periode kritis perkembangan janin.
Banyak obat dan suplemen B Kompleks yang mengandung asam folat, seringkali dalam dosis harian yang memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG). Dalam konteks B Kompleks, folat bekerja secara sinergis dengan vitamin B lainnya, terutama B6 dan B12. Kombinasi ini sangat penting untuk metabolisme homosistein yang efisien dan dukungan sistem saraf.
Ketika folat dimasukkan dalam suplemen B Kompleks, tujuannya seringkali adalah untuk mendukung kesehatan saraf, mengurangi risiko neuropati, dan memastikan metabolisme energi yang optimal. Karena ketiga vitamin (B6, B9, B12) terlibat erat dalam siklus metionin/homosistein, defisiensi salah satunya dapat mengganggu fungsi yang lain. Oleh karena itu, obat kombinasi ini direkomendasikan untuk individu yang memiliki pola makan terbatas, lansia (yang sering memiliki masalah penyerapan B12 dan folat), atau mereka yang mengalami stres metabolik tinggi.
Kombinasi ini adalah salah satu yang paling sering diresepkan, terutama di negara berkembang, untuk mengatasi Anemia Gizi. Anemia gizi paling sering merupakan kombinasi defisiensi zat besi (anemia mikrositik) dan, pada tingkat yang lebih rendah, defisiensi folat atau B12 (anemia makrositik). Dengan memberikan kedua nutrisi ini secara bersamaan, pengobatan dapat menargetkan penyebab anemia secara komprehensif.
Obat yang mengandung asam folat dan zat besi esensial bagi remaja putri yang mengalami menstruasi berat, wanita hamil (di mana kebutuhan zat besi melonjak), dan individu dengan kondisi penyerapan kronis seperti penyakit celiac atau penyakit radang usus. Dosis folat dalam kombinasi ini biasanya berkisar antara 400 mcg hingga 800 mcg, disandingkan dengan dosis terapeutik zat besi (misalnya, 60 mg zat besi elemental). Kombinasi ini memastikan bahwa sel darah merah yang baru dapat diproduksi tidak hanya dalam jumlah yang cukup (berkat zat besi) tetapi juga dengan integritas genetik yang tepat (berkat folat).
Ketika mencari obat yang mengandung asam folat, penting untuk memahami bahwa folat dapat hadir dalam beberapa bentuk kimia yang memengaruhi penyerapan dan efektivitasnya, terutama pada individu dengan kondisi genetik tertentu. Ada perbedaan mendasar antara Asam Folat, Folinat Kalsium (Leucovorin), dan L-Methylfolate.
Ini adalah bentuk sintetik dan paling umum dari Vitamin B9 yang ditemukan dalam suplemen dan makanan yang diperkaya. Bentuk ini harus melalui serangkaian langkah enzimatik di hati untuk diubah menjadi bentuk aktif biologis, 5-MTHF. Meskipun sangat efektif pada sebagian besar populasi, proses konversi ini dapat menjadi lambat dan tidak efisien pada beberapa orang, terutama mereka yang membawa mutasi pada gen MTHFR (Methylenetetrahydrofolate Reductase).
Ketersediaan bentuk sintetik ini sangat tinggi dan harganya relatif terjangkau, menjadikannya pilihan utama dalam program fortifikasi pangan global dan suplemen standar. Namun, karena membutuhkan konversi metabolik yang ekstensif, pada dosis yang sangat tinggi, asam folat sintetik dapat menumpuk dalam darah sebagai 'asam folat yang tidak dimetabolisme' (UMFA), yang beberapa penelitian duga memiliki efek klinis yang belum sepenuhnya dipahami, meskipun risikonya masih dianggap rendah pada dosis standar.
L-Methylfolate adalah bentuk folat aktif biologis. Ketika suatu obat mengandung L-Methylfolate, nutrisi ini langsung tersedia untuk tubuh tanpa perlu proses konversi enzimatik. Ini menjadi pilihan yang dianjurkan bagi pasien dengan masalah penyerapan atau mereka yang memiliki polimorfisme MTHFR, memastikan bahwa tingkat folat yang dibutuhkan tercapai dalam sel. Penggunaan bentuk aktif ini semakin populer dalam suplemen prenatal premium dan obat-obatan yang ditujukan untuk kondisi depresi (karena folat aktif berperan dalam sintesis neurotransmiter).
Meskipun secara kimia identik dengan bentuk yang diproduksi tubuh, L-Methylfolate dalam obat diklaim menawarkan bioavailabilitas yang lebih cepat dan lebih dapat diandalkan, terutama dalam situasi klinis yang membutuhkan respons yang cepat. Formulasi ini sering digunakan dalam kombinasi nutrisi yang menargetkan dukungan kognitif dan kesehatan mental, di mana metabolisme folat yang efisien sangat vital.
Kalsium Folinat adalah derivatif folat yang tidak sama dengan asam folat standar. Ini digunakan secara eksklusif dalam lingkungan klinis untuk 'penyelamatan folat' (leucovorin rescue). Tujuan utamanya adalah untuk melindungi sel-sel tubuh dari efek toksik obat kemoterapi, terutama Methotrexate, yang bekerja dengan menghambat metabolisme folat. Leucovorin adalah bentuk yang dapat melewati blokade enzimatik yang ditimbulkan oleh Methotrexate, sehingga dapat menyediakan folat yang dibutuhkan sel sehat untuk bertahan hidup, sementara sel kanker tetap rentan terhadap obat kemoterapi.
Obat yang mengandung Kalsium Folinat ini diberikan dengan dosis yang sangat terukur dan ketat. Ini bukan suplemen diet, melainkan intervensi farmakologis yang krusial. Perbedaan dosis dan cara pemberiannya (seringkali intravena atau injeksi) membedakannya secara signifikan dari suplemen oral harian biasa. Penggunaan Leucovorin memerlukan pemantauan ketat terhadap kadar darah dan fungsi ginjal pasien.
Untuk mencapai pemahaman mendalam tentang obat yang mengandung asam folat, kita harus melihat bagaimana folat diformulasikan dalam konteks kondisi spesifik. Setiap formulasi kombinasi memiliki rasio nutrisi yang telah dipertimbangkan secara matang untuk efek terapeutik maksimum.
Anemia adalah indikasi paling umum untuk resep folat, dan seringkali defisiensi folat terjadi bersamaan dengan defisiensi B12. Oleh karena itu, obat-obatan ini hampir selalu merupakan kombinasi B9 dan B12.
Formulasi ini bertujuan untuk memperbaiki proses hematopoiesis. Folat membantu sintesis DNA, dan B12 (Sianokobalamin) adalah kofaktor esensial dalam konversi folat menjadi bentuk aktifnya. Obat yang mengandung kedua zat ini sering diresepkan dalam dosis tinggi (misalnya, 1-5 mg Folat dan 1000 mcg B12) untuk pasien yang memiliki masalah penyerapan internal (misalnya, Anemia Pernisiosa atau setelah operasi lambung). Penting untuk dicatat bahwa folat dosis tinggi dapat menormalkan hasil hitung darah pada anemia defisiensi B12, tetapi tidak mengatasi kerusakan neurologis yang ditimbulkan oleh defisiensi B12, menekankan perlunya diagnosis yang akurat sebelum memulai terapi kombinasi ini.
Ini adalah kombinasi yang sangat kuat, ditujukan untuk pasien dengan anemia multifaktorial, yang mungkin disebabkan oleh kehilangan darah kronis (menyebabkan defisiensi besi) bersamaan dengan asupan yang buruk (menyebabkan defisiensi folat/B12). Formulanya sering mencakup zat besi fumarat atau sulfat, ditambah dengan dosis pemeliharaan folat dan B12. Obat jenis ini sering digunakan untuk pemulihan pasca-operasi besar, pada penderita penyakit ginjal kronis, atau pada wanita pasca melahirkan yang mengalami pendarahan signifikan. Penggunaan jangka panjang dari formulasi ini harus diimbangi dengan tes darah periodik untuk menghindari kelebihan zat besi (hemosiderosis).
Folat, terutama dalam bentuk aktifnya, adalah kunci dalam regulasi kadar neurotransmiter. Obat-obatan yang ditargetkan untuk dukungan saraf dan suasana hati sering menggunakan folat aktif.
Dalam beberapa kasus, L-Methylfolate dosis tinggi (misalnya, 7.5 mg hingga 15 mg) diklasifikasikan sebagai obat, bukan hanya suplemen. Ini digunakan sebagai terapi tambahan (augmentasi) untuk pengobatan Depresi Mayor (MDD), terutama pada pasien yang tidak merespons antidepresan standar (SSRI/SNRI). Teori di balik penggunaan ini adalah bahwa defisiensi folat membatasi produksi SAMe (S-adenosylmethionine), yang merupakan prekursor penting untuk neurotransmiter seperti serotonin, dopamin, dan norepinefrin. Obat jenis ini memastikan ketersediaan folat yang optimal untuk sintesis biokimia otak.
Obat-obatan neurotropik klasik (mengandung B1, B6, B12) seringkali diperkuat dengan penambahan asam folat. Tujuannya adalah untuk memaksimalkan perlindungan sel saraf dan myelin. Obat ini sering diresepkan untuk penderita neuropati perifer diabetik, neuralgia, atau kondisi degeneratif ringan. Folat membantu dalam pemeliharaan membran sel dan perbaikan DNA saraf, sementara B1, B6, dan B12 berfokus pada fungsi konduksi saraf. Interaksi antara B9 dan B12 sangat penting di sini, karena B12 melindungi selubung myelin dan folat memastikan pembelahan sel yang akurat pada sel Schwann.
Suplemen prenatal modern seringkali merupakan obat yang sangat kompleks, menggabungkan folat dengan lebih dari 20 nutrisi lain. Desainnya sangat spesifik terhadap trimester kehamilan.
Ini adalah formulasi premium yang menargetkan perkembangan otak janin (trimester kedua dan ketiga). Asam folat berfungsi untuk mencegah defek awal, sementara DHA (asam docosahexaenoic) dan Kolin adalah nutrisi vital untuk pembentukan membran sel saraf dan transmisi sinyal. Banyak obat prenatal yang menggunakan kombinasi ini memastikan dosis folat minimal 800 mcg, seringkali dalam bentuk aktif, untuk menjamin penyerapan maksimal di tengah tuntutan metabolisme kehamilan yang tinggi.
Peringatan Klinis: Meskipun obat yang mengandung asam folat umumnya aman, pada kasus anemia yang belum terdiagnosis, penggunaan folat dosis tinggi dapat menutupi diagnosis defisiensi Vitamin B12. Hal ini dapat menyebabkan kemajuan kerusakan neurologis akibat B12 tanpa disadari. Oleh karena itu, setiap pengobatan anemia dengan folat harus didahului oleh pemeriksaan kadar B12.
Selain indikasi gizi umum, asam folat telah terintegrasi dalam manajemen beberapa penyakit kronis dan kondisi yang melibatkan penggunaan obat-obatan yang mengganggu siklus folat.
Metotreksat (MTX) adalah obat yang digunakan secara luas untuk mengobati kanker, psoriasis parah, dan penyakit autoimun seperti Rheumatoid Arthritis (RA). MTX bekerja sebagai antagonis folat, secara langsung menghambat enzim yang diperlukan untuk mengaktifkan folat. Meskipun efek ini diinginkan untuk sel kanker atau sel imun yang hiperaktif, ia juga menyebabkan defisiensi folat pada sel sehat, yang mengakibatkan efek samping seperti ulserasi mukosa, mual, dan toksisitas hati.
Untuk pasien RA atau Psoriasis yang menggunakan MTX dosis rendah (misalnya, mingguan), dokter meresepkan suplemen atau obat yang mengandung asam folat dosis tinggi (1-5 mg) yang diminum pada hari yang berbeda dari MTX. Tujuannya bukan untuk menghilangkan efek MTX, tetapi untuk mengurangi toksisitas pada sel sehat. Pemberian folat ini sangat penting dan wajib dalam protokol MTX dosis rendah untuk meningkatkan toleransi dan kepatuhan pasien terhadap pengobatan autoimun jangka panjang.
Tanpa terapi folat pendukung, banyak pasien harus menghentikan pengobatan MTX karena efek samping gastrointestinal atau hematologis yang parah. Oleh karena itu, obat yang mengandung asam folat (khususnya formulasi 1 mg atau 5 mg) adalah pasangan wajib bagi terapi MTX kronis. Penjadwalan dosis folat harus diatur secara hati-hati; biasanya diberikan 24 hingga 48 jam setelah dosis MTX untuk memaksimalkan manfaat terapeutik MTX sekaligus meminimalkan toksisitas.
Kondisi medis yang memengaruhi penyerapan nutrisi di usus halus, seperti penyakit Crohn, kolitis ulseratif, atau operasi bariatrik (pengurangan lambung), sering menyebabkan defisiensi folat sekunder. Dalam kasus ini, suplemen atau obat folat dosis tinggi sering diperlukan karena penyerapan folat dari makanan dan suplemen standar sangat terganggu.
Penyakit Celiac yang tidak diobati juga secara signifikan mengurangi penyerapan folat. Setelah diagnosis dan dimulainya diet bebas gluten, cadangan folat biasanya pulih, tetapi selama fase aktif penyakit, obat yang mengandung asam folat dosis terapeutik (1 mg) mungkin diresepkan untuk memulihkan cadangan dengan cepat dan mencegah komplikasi anemia atau neurologis.
Hiperhomosisteinemia adalah kondisi yang terjadi ketika terjadi peningkatan kadar homosistein, yang terkait erat dengan risiko penyakit vaskular. Meskipun tidak semua kasus hiperhomosisteinemia disebabkan oleh defisiensi folat, folat adalah salah satu intervensi yang paling efektif.
Obat yang mengandung asam folat, seringkali dikombinasikan dengan B6 dan B12, digunakan untuk membantu mengkonversi homosistein. Pada pasien yang diketahui memiliki mutasi MTHFR, yang seringkali menyebabkan peningkatan kadar homosistein, dokter mungkin memilih formulasi yang menggunakan L-Methylfolate untuk memastikan metabolisme yang efisien, bahkan ketika jalur enzimatik alami terhambat.
Dosis asam folat sangat bergantung pada status pasien dan tujuan pengobatan. Memahami perbedaan antara AKG, dosis suplemen, dan dosis terapeutik sangat penting untuk penggunaan yang aman dan efektif.
Suplemen pencegahan, yang ditemukan dalam multivitamin standar atau B Kompleks, biasanya mengandung 400 mcg hingga 800 mcg asam folat. Ini dimaksudkan untuk memastikan pemenuhan kebutuhan harian dan menyediakan sedikit cadangan, terutama untuk wanita yang mungkin hamil tetapi belum tahu.
Dosis terapeutik adalah dosis yang lebih tinggi, berkisar antara 1 mg (1000 mcg) hingga 5 mg. Dosis ini diresepkan ketika:
Obat yang mengandung asam folat dalam dosis 5 mg umumnya merupakan produk resep dan tidak boleh digunakan tanpa pemantauan, karena dapat menyembunyikan defisiensi B12. Penggunaan folat dalam dosis setinggi ini harus disertai dengan evaluasi komprehensif terhadap kadar B12 serum.
Beberapa obat yang digunakan untuk mengatasi kondisi kronis diketahui berinteraksi dengan metabolisme folat, meningkatkan risiko defisiensi. Ini berarti pasien yang mengonsumsi obat-obatan berikut sering memerlukan obat yang mengandung asam folat dalam bentuk suplemen atau terapi tambahan:
Obat-obatan seperti fenitoin, primidon, dan karbamazepin, yang digunakan untuk mengontrol epilepsi, diketahui dapat mengganggu penyerapan folat di usus dan meningkatkan metabolisme folat di hati. Penggunaan jangka panjang antikonvulsan ini secara teratur menyebabkan penurunan kadar folat serum, yang dapat menimbulkan anemia megaloblastik atau, pada wanita hamil, meningkatkan risiko NTDs janin.
Pasien yang menjalani terapi antikonvulsan kronis harus mendapatkan suplemen folat harian. Bagi wanita usia subur yang menggunakan obat ini, dokter sering menaikkan dosis folat profilaksis hingga 1 mg per hari untuk mengurangi risiko teratogenik yang terkait dengan defisiensi folat akibat obat.
Beberapa diuretik (seperti Triamterene) dan beberapa jenis antasid (yang mengandung aluminium atau magnesium dalam dosis tinggi) dapat mengganggu penyerapan folat. Meskipun efeknya umumnya lebih ringan dibandingkan dengan antikonvulsan atau MTX, penggunaan jangka panjang dapat memerlukan perhatian nutrisi, terutama pada lansia yang mungkin sudah memiliki asupan folat yang rendah.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kontrasepsi oral dapat memengaruhi metabolisme folat dan menyebabkan penurunan kadar serum, meskipun signifikansi klinisnya masih diperdebatkan. Untuk pengguna kontrasepsi oral jangka panjang, multivitamin yang mengandung asam folat 400 mcg biasanya dianggap cukup untuk menjaga status folat.
Obat tertentu yang digunakan dalam regimen TBC dapat memengaruhi jalur metabolisme vitamin B, termasuk folat. Kebutuhan akan obat yang mengandung asam folat sebagai pendukung sangat tergantung pada durasi dan jenis terapi TBC yang diterima pasien.
Kemajuan dalam farmakogenetik telah menyoroti mengapa beberapa individu merespons lebih baik terhadap satu bentuk folat daripada yang lain. Mutasi MTHFR adalah contoh utama yang memengaruhi bagaimana obat yang mengandung asam folat standar dimetabolisme.
Gen MTHFR menyediakan instruksi untuk membuat enzim yang mengubah folat inaktif menjadi L-Methylfolate (bentuk aktif). Ketika terjadi mutasi (polimorfisme) pada gen ini, terutama tipe C677T atau A1298C, efisiensi enzim dapat berkurang hingga 70%. Individu yang homozigot untuk mutasi ini sering kali memiliki kadar homosistein yang lebih tinggi dan mungkin mengalami kesulitan dalam memanfaatkan asam folat sintetik dari suplemen standar.
Dalam kasus ini, dokter mungkin meresepkan obat yang mengandung L-Methylfolate secara eksklusif. Ini adalah bentuk terapi yang ditargetkan (presisi nutrisi) yang melewati hambatan genetik dan memastikan folat aktif tersedia untuk semua fungsi tubuh, termasuk pencegahan NTDs pada wanita hamil dan dukungan neurologis pada pasien dengan depresi atau hiperhomosisteinemia yang parah. Pengujian genetik untuk MTHFR semakin digunakan untuk memandu pilihan obat yang mengandung asam folat yang paling sesuai.
Meskipun sebagian besar perhatian folat terfokus pada wanita hamil, asam folat juga memainkan peran penting dalam kesehatan reproduksi pria. Folat sangat penting untuk integritas DNA, dan ini berlaku untuk DNA yang dibawa oleh sel sperma.
Kualitas sperma, termasuk motilitas dan morfologi, bergantung pada sintesis DNA yang akurat selama spermatogenesis. Defisiensi folat dapat menyebabkan kerusakan DNA pada sperma, yang dikenal sebagai fragmentasi DNA sperma. Kerusakan ini dapat dikaitkan dengan penurunan tingkat kesuburan dan peningkatan risiko keguguran pada pasangan.
Beberapa studi intervensi menunjukkan bahwa suplemen kombinasi asam folat dan seng (Zinc) dapat meningkatkan konsentrasi dan morfologi sperma pada pria subfertile. Oleh karena itu, obat yang mengandung asam folat sering dimasukkan dalam paket suplemen kesuburan pria, meskipun dalam dosis yang umumnya sama dengan AKG harian (400 mcg hingga 800 mcg), seringkali dikombinasikan dengan nutrisi lain seperti L-Carnitine, Vitamin C, dan Vitamin E.
Asam folat, dalam bentuk suplemen oral, diserap dengan efisiensi tinggi (hampir 100%) dibandingkan dengan folat alami dari makanan (sekitar 50%). Penyerapan terjadi terutama di usus halus bagian atas (jejunum).
Ketika asam folat sintetik diserap, ia menuju ke hati, di mana sebagian besar dikonversi menjadi 5-MTHF sebelum dilepaskan ke sirkulasi sistemik. Namun, pada dosis yang melebihi 200 mcg, kapasitas hati untuk memproses folat dapat terlampaui, menyebabkan folat yang tidak termetabolisme (UMFA) beredar dalam darah.
Asam folat dianggap sangat aman. Efek samping serius sangat jarang terjadi, bahkan pada dosis tinggi. Namun, beberapa efek samping minor yang dapat terjadi, terutama pada penggunaan obat dosis tinggi (1 mg atau lebih), meliputi:
Penting bagi pengguna obat yang mengandung asam folat untuk mematuhi petunjuk dosis yang direkomendasikan dokter, terutama pada dosis terapeutik. Konsumsi folat yang sangat berlebihan di luar batas wajar yang diresepkan tidak memberikan manfaat tambahan dan hanya meningkatkan potensi penumpukan UMFA.
Asam folat adalah nutrisi vital yang terapinya harus dipertimbangkan dalam berbagai skenario klinis, mulai dari pencegahan cacat bawaan hingga manajemen penyakit autoimun dan dukungan hematopoiesis. Obat yang mengandung asam folat tersedia dalam spektrum luas, dari suplemen over-the-counter yang ringan hingga formulasi resep dosis tinggi yang spesifik.
Keputusan untuk menggunakan monoprep folat (misalnya, 5 mg) versus kombinasi (misalnya, Fe + Folat atau B Kompleks + Folat) sepenuhnya didasarkan pada diagnosis penyebab defisiensi atau kebutuhan metabolik spesifik pasien. Dalam era pengobatan personalisasi, pemilihan bentuk folat—sintetik versus aktif (L-Methylfolate)—juga semakin dipandu oleh profil genetik pasien untuk memastikan efektivitas pengobatan yang maksimal dan aman.
Kepatuhan terhadap dosis yang tepat, dan terutama, diagnosis yang akurat mengenai status B12 sebelum memulai terapi folat, adalah pilar utama dalam pemanfaatan obat yang mengandung asam folat secara optimal.