Simbolisme Al-Qur'an

Surat An Nisa Ayat 116-120: Perintah dan Larangan Allah

Dalam lautan petunjuk ilahi yang terkandung dalam Al-Qur'an, terdapat ayat-ayat yang secara gamblang menguraikan perintah dan larangan Allah SWT. Salah satu rangkaian ayat yang sarat makna dan penting untuk direnungkan adalah Surat An Nisa ayat 116 hingga 120. Ayat-ayat ini bukan sekadar bacaan, melainkan panduan hidup yang mengajak umat Islam untuk senantiasa berada di jalan kebenaran, menjauhi kesyirikan, dan mewujudkan akhlak mulia dalam setiap aspek kehidupan.

Ayat 116: Teguhnya Tauhid dan Penolakan Syirik

Allah SWT berfirman dalam Surat An Nisa ayat 116:

إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِۦ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَآءُ ۚ وَمَن يُشْرِكْ بِٱللَّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَٰلًۢا بَعِيدًا

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni dosa-dosa selain dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa mempersekutukan Allah, maka sungguh, ia telah sesat sejauh-jauhnya."

Ayat ini menegaskan posisi tauhid (mengesakan Allah) sebagai fondasi utama dalam agama Islam. Syirik, yaitu menyekutukan Allah dengan sesuatu yang lain, dianggap sebagai dosa yang tidak akan diampuni. Ini menunjukkan betapa seriusnya Allah memandang keesaan-Nya. Menganggap ada entitas lain yang setara atau memiliki kekuatan yang sama dengan Allah, baik itu berupa berhala, makhluk gaib, atau keyakinan lain yang menyimpang dari ajaran tauhid, adalah bentuk kesesatan yang paling parah. Sebaliknya, dosa-dosa selain syirik, seperti maksiat atau pelanggaran lainnya, masih memiliki harapan ampunan jika Allah berkehendak mengampuninya bagi hamba-Nya. Ayat ini menjadi pengingat kuat agar setiap Muslim menjaga kemurnian akidahnya.

Ayat 117-119: Ancaman dan Jebakan Setan

Selanjutnya, ayat 117 hingga 119 menjelaskan tentang bagaimana orang-orang yang ingkar dan menyembah selain Allah, serta mengikuti jejak setan, akan mendapatkan balasan yang setimpal.

إِن يَدۡعُونَ مِن دُونِهِۦٓ إِلَّآ إِنَٰثًا وَإِن يَدۡعُونَ إِلَّا شَيۡطَٰنًۭا مَّرِيدًۭا

"Mereka (orang-orang musyrik) tidak menyembah selain daripada betina-betina (berhala-berhala) dan mereka tidak menyembah selain daripada setan yang durhaka."

لَّعَنَهُ ٱللَّهُ ۙ وَقَالَ لَأَتَّخِذَنَّ مِن عِبَادِكَ نَصِيبًۭا مَّفۡرُوضًۭا

"Allah melaknatnya, dan setan itu mengatakan, 'Aku pasti akan mengambil bagian tertentu dari (harta) hamba-hamba-Mu.'"

وَلَأُضِلَّنَّهُمۡ وَلَأُمَنِّيَنَّهُمۡ وَلَآمُرَنَّهُمۡ فَلَيُبَتِّكُنَّ ءَاذَانَ ٱلۡأَنۡعَٰمِ وَلَآمُرَنَّهُمۡ فَلَيُغَيِّرُنَّ خَلۡقَ ٱللَّهِ ۚ وَمَن يَتَّخِذِ ٱلشَّيۡطَٰنَ وَلِيًّۭا مِّن دُونِ ٱللَّهِ فَقَدْ خَسِرَ خُسْرَانًۭا مُّبِينًۭا

"dan aku pasti akan menyesatkan mereka, membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, dan akan menyuruh mereka mengubah ciptaan Allah, lalu benar-benar mereka mengubahnya. Barang siapa menjadikan setan pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata."

Ayat-ayat ini secara gamblang menggambarkan bahwa apa yang disembah selain Allah sejatinya adalah manifestasi dari perbuatan setan. Setan yang durhaka dilaknat oleh Allah dan bertekad untuk menyesatkan manusia. Ia memberikan janji-janji palsu, membangkitkan keinginan yang berlebihan, dan mendorong manusia untuk merusak apa yang telah diciptakan Allah, seperti mengubah ciptaan-Nya (misalnya, mengganti jenis hewan ternak atau membuat cacat pada mereka untuk persembahan berhala). Barang siapa yang memilih setan sebagai pelindung daripada Allah, maka ia telah menempatkan dirinya dalam kerugian yang sangat besar di dunia dan akhirat.

Ayat 120: Janji dan Rayuan Setan

Ayat ke-120 melanjutkan pembahasan mengenai tipu daya setan:

يَعِدُهُمۡ وَيُمَنِّيهِمۡ ۖ وَمَا يَعِدُهُمُ ٱلشَّيۡطَٰنُ إِلَّا غُرُورًۭا

"Setan-setan itu menjanjikan (keuntungan) kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal setan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan."

Pesan terakhir dari rangkaian ayat ini adalah bahwa seluruh janji dan rayuan setan hanyalah kebohongan dan tipuan belaka. Apa yang dijanjikan setan kepada pengikutnya tidak akan pernah terwujud dalam kebaikan, melainkan hanya kesesatan dan kehancuran. Manusia seringkali terbuai oleh janji-janji sesaat yang ditawarkan setan, tanpa menyadari bahwa di baliknya terdapat jurang kehancuran. Oleh karena itu, umat Islam diperintahkan untuk selalu waspada terhadap bisikan dan tipu daya setan, serta bergantung sepenuhnya kepada Allah SWT.

Intisari dan Refleksi

Surat An Nisa ayat 116-120 memberikan pelajaran yang sangat berharga mengenai fondasi keislaman, yaitu tauhid. Ayat-ayat ini mengingatkan kita untuk:

Dengan memahami dan merenungkan makna ayat-ayat ini, diharapkan setiap Muslim dapat memperkuat keyakinannya, menjauhi segala bentuk kesesatan, dan senantiasa berada di bawah naungan rahmat dan petunjuk Allah SWT. Kehidupan yang diberkahi adalah kehidupan yang murni tauhid dan terbebas dari tipu daya musuh yang terkutuk.

🏠 Homepage