Radang tenggorokan, atau faringitis, adalah keluhan umum yang seringkali diremehkan. Walaupun banyak orang langsung mengaitkannya dengan infeksi virus atau bakteri (seperti flu atau radang tenggorokan bakteri), kenyataannya, ada berbagai pemicu non-infeksi yang dapat menyebabkan rasa sakit, gatal, atau sensasi terbakar di area kerongkongan Anda. Mengenali sumber masalah adalah langkah pertama yang krusial untuk penanganan yang tepat dan pencegahan kekambuhan.
Secara tradisional, pemicu utama peradangan adalah serangan dari patogen. Namun, lingkungan tempat kita beraktivitas sehari-hari juga berperan besar. Virus adalah penyebab radang tenggorokan yang paling sering ditemui, diikuti oleh bakteri seperti Streptococcus.
Selain itu, perhatikan faktor lingkungan:
Salah satu pemicu non-infeksi yang paling sering disalahpahami adalah alergi. Ketika tubuh bereaksi terhadap alergen (seperti serbuk sari, debu, atau bulu hewan), sistem kekebalan melepaskan histamin. Reaksi ini sering kali menyebabkan produksi lendir berlebihan. Lendir ini kemudian menetes ke belakang tenggorokan, sebuah kondisi yang dikenal sebagai Post-Nasal Drip (PND).
PND membuat tenggorokan terasa gatal, tersumbat, dan sering kali memaksa Anda berdeham, yang pada akhirnya menyebabkan iritasi mekanis dan peradangan kronis. Jika radang tenggorokan Anda cenderung memburuk pada musim tertentu atau setelah terpapar pemicu alergi, kemungkinan besar alergi adalah akar masalahnya.
Jarang diketahui, masalah pada sistem pencernaan dapat secara langsung memicu radang tenggorokan. Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) terjadi ketika asam lambung naik kembali ke kerongkongan. Jika asam ini mencapai tenggorokan (disebut juga Laryngopharyngeal Reflux/LPR), ia akan menyebabkan sensasi terbakar, suara serak, dan peradangan kronis yang sering dikira hanya karena infeksi biasa.
Pemicu GERD yang perlu diwaspadai meliputi:
Bagi mereka yang pekerjaannya menuntut penggunaan suara secara intensif—seperti guru, penyanyi, atau petugas call center—pemicu radang tenggorokan bisa bersifat mekanis. Penggunaan suara yang berlebihan atau teknik vokal yang salah dapat menyebabkan ketegangan dan iritasi pada pita suara dan area sekitarnya. Kelelahan vokal ini seringkali disertai dengan suara yang serak atau hilang sama sekali, dan bisa berkembang menjadi peradangan jika tidak diistirahatkan.
Untuk mengatasi radang tenggorokan yang berulang, penting untuk mengidentifikasi pemicu spesifik Anda. Jika pemicu utama adalah infeksi, fokus pada kebersihan dan istirahat. Namun, jika gejala sering kambuh tanpa demam atau gejala infeksi lainnya, pertimbangkan faktor lingkungan, alergi, atau potensi GERD. Konsultasi dengan dokter sangat disarankan untuk diagnosis yang akurat agar penanganan yang diberikan tepat sasaran dan efektif dalam jangka panjang.