Simbol Al-Qur'an

QS An Nisa Ayat 87: Makna Mendalam dan Penerapannya

Surah An Nisa, surat ke-4 dalam Al-Qur'an, merupakan salah satu surah Madaniyah yang kaya akan ajaran mengenai keluarga, masyarakat, dan hukum-hukum Islam. Di antara ayat-ayatnya yang sarat makna, terdapat ayat ke-87 yang sering kali menjadi sorotan karena kandungannya yang universal dan relevan untuk setiap individu Muslim. Ayat ini berbicara tentang pentingnya keyakinan, ketakwaan, dan bagaimana bersikap terhadap orang lain dalam berbagai kondisi.

اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۚ لَيَجْمَعَنَّكُمْ إِلَىٰ يَوْمِ الْقِيَامَةِ لَا رَيْبَ فِيهِ ۗ وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ اللَّهِ حَدِيثًا

"Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia. Sesungguhnya Dia akan mengumpulkan kamu sekalian pada Hari Kiamat yang tidak ada keraguan padanya. Dan siapakah yang lebih benar perkataan(-Nya) daripada Allah?"

Ayat ini dimulai dengan penegasan tauhid yang mutlak: "Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia." Ini adalah pondasi keimanan seorang Muslim. Pengakuan terhadap keesaan Allah SWT adalah inti dari seluruh ajaran agama. Tanpa pengakuan ini, segala amal perbuatan tidak memiliki nilai di hadapan Sang Pencipta. Penegasan ini berfungsi sebagai pengingat abadi akan hakikat kekuasaan dan keilahian Allah SWT, serta menjadi pijakan bagi seluruh ajaran Islam.

Pentingnya Hari Kiamat dan Kepastiannya

Bagian kedua dari ayat ini, "Sesungguhnya Dia akan mengumpulkan kamu sekalian pada Hari Kiamat yang tidak ada keraguan padanya," membawa pesan penting lainnya: kepastian hari kebangkitan dan perhitungan amal. Kehidupan duniawi ini hanyalah sementara, dan setiap manusia akan kembali kepada Allah SWT untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatan yang telah dilakukan. Keyakinan terhadap Hari Kiamat ini memiliki dampak yang sangat besar dalam kehidupan seorang Muslim.

Pertama, keyakinan ini mendorong seseorang untuk senantiasa berbuat baik dan menjauhi larangan-Nya. Mengetahui bahwa setiap detik kehidupan akan dimintai pertanggungjawaban, seseorang akan lebih berhati-hati dalam setiap langkahnya, perkataannya, dan bahkan niatnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna ketika disadari bahwa ia adalah ladang untuk beramal yang akan menuai hasil di akhirat kelak.

Kedua, keyakinan akan Hari Kiamat memberikan hiburan dan ketenangan bagi orang-orang yang beriman, terutama ketika menghadapi ketidakadilan atau kesulitan di dunia. Mereka percaya bahwa segala sesuatu akan diperhitungkan secara adil di hadapan Allah SWT. Kemenangan orang-orang zalim di dunia bukanlah akhir dari segalanya, karena ada hari di mana keadilan ilahi akan ditegakkan secara sempurna.

Kebenaran Mutlak Perkataan Allah

Ayat ini ditutup dengan pertanyaan retoris yang menegaskan kebenaran mutlak firman Allah SWT: "Dan siapakah yang lebih benar perkataan(-Nya) daripada Allah?" Pertanyaan ini sangat kuat dan mengunci makna ayat sebelumnya. Tidak ada satu pun makhluk, sehebat apapun, yang perkataannya bisa menandingi kebenaran firman Allah. Seluruh wahyu yang diturunkan melalui para nabi, termasuk Al-Qur'an, adalah sumber kebenaran yang tidak dapat diragukan lagi.

Dalam konteks yang lebih luas di Surah An Nisa, ayat 87 ini juga dapat dipahami sebagai penegasan terhadap kebenaran wahyu ilahi, terutama ketika dihadapkan pada keraguan atau pertentangan dari pihak-pihak yang tidak beriman atau orang munafik. Pesan ini mengajak umat Islam untuk senantiasa merujuk pada Al-Qur'an dan Sunnah sebagai sumber hukum dan pedoman hidup utama, karena di dalamnya terkandung kebenaran yang hakiki dan tidak akan pernah berubah.

Penerapan dalam Kehidupan Sehari-hari

Memahami QS An Nisa ayat 87 memberikan panduan konkret dalam kehidupan. Pertama, dalam hal akidah, ayat ini mengingatkan kita untuk terus memperkuat tauhid dan menjauhi segala bentuk syirik. Kedua, dalam hal keyakinan, kita harus memelihara keyakinan yang teguh akan datangnya Hari Kiamat, yang akan memotivasi kita untuk beribadah dan beramal saleh. Ketiga, dalam hal sumber kebenaran, kita wajib berpegang teguh pada ajaran Al-Qur'an dan Sunnah, serta tidak terpengaruh oleh perkataan-perkataan yang menyesatkan.

Ayat ini juga menginspirasi kita untuk selalu bersikap jujur dan berpegang pada kebenaran. Sebagaimana Allah SWT adalah Dzat yang paling benar perkataan-Nya, demikian pula kita sebagai hamba-Nya diperintahkan untuk senantiasa berkata benar, bahkan dalam keadaan yang sulit sekalipun. Kebenaran adalah kunci keberkahan dan keselamatan di dunia maupun di akhirat.

🏠 Homepage