Simbolisasi kelembutan dan kasih sayang yang terkandung dalam ayat ini.
Dalam lautan Al-Qur'an yang luas, terdapat ayat-ayat yang tidak hanya memberikan tuntunan dan peringatan, tetapi juga memancarkan kelembutan dan kasih sayang Ilahi yang mendalam. Salah satu ayat yang menggambarkan sifat mulia ini adalah Surah Ali 'Imran ayat 159. Ayat ini menjadi pengingat penting bagi kaum beriman tentang bagaimana seharusnya bersikap, terutama dalam menghadapi kesulitan atau perpecahan.
Mari kita renungkan bersama bunyi ayat tersebut dalam bahasa Arab dan terjemahannya:
Ayat ini memiliki makna yang sangat kaya dan relevan bagi setiap muslim. Kata kunci "rahmat" (kasih sayang) menjadi pembuka yang sangat kuat, menghubungkan sifat kelembutan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dengan sumbernya, yaitu rahmat Allah Subhanahu wa Ta'ala. Ini mengajarkan bahwa kelembutan bukanlah sekadar sifat pribadi, melainkan manifestasi dari karunia ilahi yang dianugerahkan kepada hamba-Nya.
Lebih lanjut, ayat ini secara gamblang menjelaskan dampak dari sikap. Jika saja Nabi bersikap kasar atau berhati keras, tentu orang-orang akan berpaling. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya akhlak mulia, kesantunan, dan empati dalam berinteraksi, terutama bagi seorang pemimpin atau figur publik. Kelembutan menciptakan kedekatan, kepercayaan, dan rasa aman, sementara kekerasan akan menjauhkan dan menumbuhkan ketakutan.
Selanjutnya, Allah memberikan tiga perintah penting yang menjadi panduan praktis dalam pengelolaan hubungan dan urusan: "maafkanlah mereka," "mohonkanlah ampunan bagi mereka," dan "bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu."
Setelah tiga langkah pengelolaan hubungan dan urusan tersebut, ayat ini kemudian menutup dengan perintah yang sangat fundamental dalam Islam: "Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah." Ini mengajarkan keseimbangan antara ikhtiar dan tawakkal. Kita diperintahkan untuk melakukan musyawarah dan mengambil keputusan yang matang, namun setelah keputusan itu diambil dan tekad sudah bulat, seluruh hasil akhirnya diserahkan sepenuhnya kepada Allah. Keyakinan bahwa Allah akan mengatur segala urusan adalah puncak dari keimanan.
Penutup ayat, "Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya," menjadi motivasi terkuat. Allah tidak hanya menerima tawakkal kita, tetapi Dia mencintainya. Ini adalah janji dan kabar gembira bagi mereka yang senantiasa berserah diri setelah berusaha semaksimal mungkin. Sifat kasih sayang Allah yang dicerminkan dalam kelembutan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam menjadi teladan abadi. Surah Ali 'Imran ayat 159 bukan sekadar ayat sejarah, melainkan sebuah kurikulum kehidupan yang mengajarkan bagaimana membangun komunitas yang kuat, penuh kasih, dan senantiasa dalam lindungan serta cinta-Nya.
Dengan memahami dan mengamalkan pesan dalam ayat mulia ini, kita diharapkan dapat menjadi pribadi yang lebih baik, lebih santun, pemaaf, bijaksana dalam bermusyawarah, dan senantiasa bertawakkal kepada Allah dalam setiap langkah kehidupan kita.