Dalam khazanah keilmuan Islam, terdapat surat-surat pendek yang memiliki kedudukan istimewa karena fungsi dan kandungan doanya yang sangat fundamental. Dua surat tersebut adalah Surah An-Nas dan Surah Al-Falaq. Keduanya sering disebut sebagai Al-Mu'awwidzatain (dua surat pemohon perlindungan) dan merupakan penutup dari mushaf Al-Qur'an (juz ke-30).
Keduanya diturunkan dalam satu kesatuan periode, yakni sebagai respons terhadap gangguan sihir yang dialami oleh Rasulullah Muhammad SAW. Keutamaan keduanya begitu tinggi sehingga Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk membacanya setiap pagi dan petang, serta sebelum tidur sebagai benteng pertahanan spiritual.
Surah Al-Falaq (Surah ke-113) terdiri dari lima ayat. Kata 'Al-Falaq' secara harfiah berarti 'retakan' atau 'pecahan', dan dalam konteks ini sering diartikan sebagai waktu fajar, yaitu saat kegelapan malam mulai terbelah oleh cahaya pagi.
Inti dari Surah Al-Falaq adalah memohon perlindungan kepada Allah SWT—yang memiliki kuasa atas terbitnya fajar—dari segala bentuk keburukan yang kasat mata maupun yang tersembunyi. Ayat kunci yang sangat relevan adalah permintaan perlindungan dari kejahatan sihir (an-naffathati fil 'uqad) dan kejahatan hasad (dengki).
Ini mengajarkan bahwa sumber segala keburukan, baik yang berasal dari alam (kegelapan, bencana) maupun dari perbuatan manusia (sihir, dengki), dapat dinetralkan hanya dengan berlindung kepada Pencipta Segala Sesuatu. Fokus Al-Falaq adalah perlindungan dari bahaya eksternal yang mengancam jiwa dan ketenangan.
Surah An-Nas (Surah ke-114) adalah surat terpanjang terakhir dalam Al-Qur'an, terdiri dari enam ayat. Surat ini secara spesifik mengarahkan permohonan perlindungan kepada Rabb-nya Manusia, Raja-nya Manusia, dan Ilah-nya Manusia.
An-Nas mengajarkan bahwa musuh terbesar seringkali datang dari dalam diri, yakni bisikan jahat (waswas). Bisikan ini bisa berasal dari jin yang menggoda atau bahkan dari hawa nafsu serta niat buruk sesama manusia. Dengan menyebut Allah dengan tiga sifat-Nya yang agung—Rabb (Pengatur), Malik (Penguasa), dan Ilah (Penyembah)—seorang hamba menegaskan bahwa tidak ada kekuatan lain yang mampu mengendalikan hati dan pikiran selain Allah.
Ketika kedua surah ini dibaca bersama, mereka membentuk sebuah sistem perlindungan yang komprehensif. Al-Falaq melindungi dari dampak buruk fisik, sihir, dan lingkungan eksternal yang jahat. Sementara itu, An-Nas menjaga benteng utama, yaitu hati dan pikiran, dari serangan godaan dan bisikan negatif yang dapat merusak akidah dan perilaku.
Pembacaan rutin Al-Mu'awwidzatain bukan sekadar ritual. Ia adalah penguatan kembali ikrar tauhid seorang Muslim. Ia adalah pengakuan bahwa di tengah hiruk pikuk dunia, ancaman tak terlihat, dan kegelapan batin, hanya ada satu tempat berlindung sejati, yaitu di bawah naungan dan kekuasaan mutlak Allah SWT, Sang Pemelihara Fajar dan Penguasa Sekalian Manusia.
Ulama menyepakati bahwa An-Nas dan Al-Falaq adalah penawar yang paling efektif dan paling dicintai oleh Rasulullah SAW. Keduanya mengajarkan kita untuk bersikap proaktif dalam menjaga spiritualitas, alih-alih hanya pasif menunggu musibah datang.