Dalam ajaran Islam, terdapat tiga surah pendek yang memiliki kedudukan sangat istimewa dalam hal perlindungan spiritual dan penegasan tauhid. Surah-surah ini dikenal sebagai Al-Mu'awwidzat, yaitu surah-surah yang menjadi sarana berlindung kepada Allah SWT. Ketiga surah tersebut adalah Surah Al-Falaq, Surah An-Nas, dan Surah Al-Ikhlas. Keutamaan membaca ketiganya sangat ditekankan oleh Rasulullah ﷺ, terutama saat pagi dan petang hari, sebagai benteng yang kokoh melawan segala kejahatan fisik maupun metafisik.
Ketiga surah ini diturunkan untuk menjawab kebutuhan mendesak umat Islam pada masa-masa sulit, termasuk ketika Rasulullah ﷺ pernah mengalami gangguan sihir. Kehadiran ketiga surah ini menjadi jawaban ilahiah atas kegelisahan dan ketakutan, menggantinya dengan ketenangan yang bersumber dari keyakinan penuh kepada Allah Yang Maha Kuasa.
Ayat-ayatnya yang singkat namun padat—"Katakanlah: Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat bergantung segala sesuatu. (Allahlah) Yang tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia"—membersihkan pemahaman dari segala bentuk kesyirikan. Membacanya berarti menegaskan bahwa satu-satunya tempat bergantung, sumber kekuatan, dan Zat yang sempurna hanyalah Allah SWT. Keikhlasan dalam mengesakan-Nya adalah fondasi utama segala perlindungan.
Surah ini secara spesifik meminta perlindungan dari empat kategori bahaya: "dari kejahatan makhluk-Nya," "dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita," "dari kejahatan tukang-tukang sihir wanita (peniup pada buhul-buhul)," dan "dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki." Ayat-ayat ini relevan sepanjang zaman, mencakup ancaman fisik, gangguan jin, sihir, serta penyakit hati seperti iri dan dengki yang dapat merusak tatanan sosial.
Memohon perlindungan kepada Rabbul Falaq (Tuhan yang membelah kegelapan menjadi terang) adalah pengakuan bahwa setelah kegelapan terburuk sekalipun, fajar (kemenangan dan pertolongan) pasti akan tiba atas izin-Nya.
Jika Al-Falaq fokus pada perlindungan dari kejahatan eksternal (makhluk, sihir, gelap), maka An-Nas fokus pada musuh internal yang paling berbahaya: "bisikan jahat (waswas)" yang datang dari jin maupun manusia. Ini adalah perlindungan terhadap hilangnya keyakinan dan tumbuhnya keraguan yang mengancam iman dari dalam diri.
Dengan membaca An-Nas, seorang Muslim secara aktif menolak dominasi musuh yang bersembunyi dalam pikiran, meminta Allah SWT, sebagai Malik (Raja) dan Ilah (Sesembahan) manusia, untuk menjauhkan gangguan tersebut. Tiga permintaan ini—perlindungan dari kejahatan makhluk, kejahatan malam, dan waswas dalam dada—mencakup spektrum gangguan spiritual yang paling komprehensif.
Berdasarkan banyak hadis sahih, Rasulullah ﷺ secara konsisten menganjurkan pembacaan ketiga surah ini sebanyak tiga kali setiap pagi dan tiga kali setiap petang. Keistiqamahan dalam amalan ini bukan sekadar ritual, melainkan sebuah strategi spiritual proaktif. Ketika seorang mukmin memulainya dengan tauhid yang murni (Al-Ikhlas), kemudian memohon perlindungan dari segala bahaya terstruktur (Al-Falaq), dan menutupnya dengan perlindungan dari godaan hati (An-Nas), maka ia telah membangun benteng yang tidak bisa ditembus oleh kejahatan mana pun, atas izin Allah SWT.
Ketiga surah ini mengajarkan bahwa kekuatan sejati bukan pada mantra atau jimat, melainkan pada pengakuan penuh bahwa hanya Allah, Al-Ahad (Yang Maha Esa), Al-Falaq (Pemecah Kegelapan), dan An-Nas (Penguasa Manusia), satu-satunya tempat berlindung yang hakiki.