Dalam Al-Qur'an, banyak ayat yang membahas tentang pentingnya membangun rumah tangga yang harmonis, penuh cinta, dan dilandasi keadilan. Salah satu ayat yang sangat mendalam dan sering menjadi rujukan adalah Surat An-Nisa ayat 129. Ayat ini memberikan panduan ilahi tentang bagaimana seharusnya interaksi suami istri dijalani, terutama dalam menghadapi perbedaan dan tuntutan kehidupan yang kompleks.
"Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin melakukannya, maka janganlah kamu terlalu cenderung (kepada seorang, lalu kamu tinggalkan yang lain), dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Ayat ini secara gamblang menyatakan bahwa berlaku adil secara mutlak antara istri-istri (bagi yang memiliki lebih dari satu) adalah hal yang sangat sulit, bahkan mendekati mustahil. Hal ini bukan berarti Allah menyuruh umatnya untuk tidak berusaha adil. Sebaliknya, ayat ini merupakan pengingat akan keterbatasan manusia dan anjuran untuk memberikan fokus maksimal pada keadilan yang dapat diusahakan.
Kata "adil" di sini tidak hanya terbatas pada pembagian materi atau waktu secara kuantitas. Keadilan yang dimaksud mencakup aspek emosional, perhatian, kasih sayang, dan perlakuan yang baik secara keseluruhan. Manusiawi jika ada kecenderungan hati yang lebih kuat pada salah satu istri, namun kewajiban suami adalah untuk berusaha keras menyeimbangkan dan tidak mengabaikan hak-hak istri yang lain.
Meskipun keadilan mutlak sulit dicapai, Allah memberikan petunjuk bagaimana kita bisa mendekatinya. Poin penting dari ayat ini adalah "janganlah kamu terlalu cenderung (kepada seorang, lalu kamu tinggalkan yang lain)". Ini berarti, seorang suami dianjurkan untuk tidak membiarkan kecenderungannya pada satu istri membuatnya mengabaikan sepenuhnya kebutuhan dan hak-hak istri yang lain. Perhatian, kasih sayang, dan komunikasi harus tetap dijaga terhadap semua pasangan.
Lebih lanjut, ayat ini menekankan pentingnya "mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan)". Ini mengacu pada upaya terus-menerus untuk memperbaiki hubungan, berkomunikasi secara terbuka, menyelesaikan masalah dengan bijaksana, dan menjauhi segala bentuk ketidakadilan atau pengabaian yang dapat menyakiti hati istri.
Ayat ini juga merupakan pelajaran tentang pentingnya ketaqwaan dan kesabaran. Bagi suami yang memiliki lebih dari satu istri, ayat ini menjadi pengingat untuk senantiasa bertaqwa kepada Allah dan menyadari bahwa setiap tindakan akan dimintai pertanggungjawaban. Kesabaran dibutuhkan dalam menghadapi kompleksitas rumah tangga poligami dan upaya menjaga keharmonisan.
Bagi istri, ayat ini bisa menjadi pengingat untuk memahami bahwa suami memiliki keterbatasan manusiawi, namun tetap memiliki kewajiban untuk berbuat adil. Dukungan, doa, dan kesabaran dari pihak istri juga sangat berperan dalam mewujudkan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warahmah.
Meskipun ayat ini secara spesifik berbicara mengenai rumah tangga poligami, prinsip keadilan, cinta, dan upaya menjaga keharmonisan tetap relevan untuk semua jenis hubungan pernikahan, bahkan yang monogami. Dalam pernikahan monogami pun, suami dan istri dituntut untuk terus menerus mengusahakan keadilan dalam pembagian peran, perhatian, dan kasih sayang agar hubungan tetap sehat dan bahagia.
Surat An-Nisa ayat 129 mengajarkan kita bahwa membangun rumah tangga yang ideal adalah sebuah proses berkelanjutan yang membutuhkan usaha maksimal, kesadaran diri, dan bergantung pada rahmat serta ampunan Allah SWT. Dengan memahami dan mengamalkan nilai-nilai dalam ayat ini, diharapkan setiap rumah tangga dapat menjadi tempat yang penuh cinta, keadilan, dan ketenangan.