Dalam Al-Qur'an, setiap ayat memiliki kedalaman makna dan pelajaran berharga. Surat An-Nisa, yang berarti "Wanita," adalah salah satu surat Madaniyah yang sarat dengan hukum dan pedoman hidup bagi umat Muslim. Di antara ayat-ayatnya yang penting, terdapat rentang ayat 115 hingga 121 yang secara gamblang memaparkan konsekuensi dari penolakan terhadap petunjuk Allah dan janji-Nya bagi orang yang berpegang teguh pada kebenaran. Ayat-ayat ini berfungsi sebagai peringatan keras sekaligus pengingat akan rahmat dan pertolongan ilahi.
Ayat 115 Surat An-Nisa dimulai dengan pernyataan yang sangat tegas:
وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَىٰ وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِۦ مَا تَوَلَّىٰ وَنُصْلِيهِ جَهَنَّمَ ۖ وَسَاءَتْ مَصِيرًا
"Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa dalam kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahanam. Dan saqihathlah itu tempat kembali."
Ayat ini menggarisbawahi betapa seriusnya Allah memandang setiap individu yang menentang ajaran Rasulullah Muhammad SAW, terutama setelah kebenaran itu jelas tersampaikan. Penentangan ini bukan hanya sekadar perbedaan pendapat, melainkan sebuah sikap pembangkangan terhadap tuntunan ilahi. Lebih jauh lagi, ayat ini juga mencakup larangan mengikuti "jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin," yang mengisyaratkan pentingnya mengikuti konsensus dan jalan para sahabat serta generasi awal Muslim yang saleh.
Konsekuensi dari sikap ini digambarkan dengan sangat berat. Allah akan membiarkan orang tersebut tenggelam dalam kesesatan yang dipilihnya sendiri ("Kami biarkan ia leluasa dalam kesesatan yang telah dikuasainya itu"). Ini adalah bentuk hukuman yang mengerikan, di mana seseorang dibiarkan memperturutkan hawa nafsunya hingga terjerumus lebih dalam ke jurang kesesatan, tanpa adanya taufik (pertolongan) dari Allah untuk kembali ke jalan yang benar. Puncaknya adalah dimasukkan ke dalam neraka Jahanam sebagai tempat kembali yang paling buruk.
Melanjutkan penekanan pada keesaan Allah, ayat 116 menegaskan bahwa selain dari beriman kepada-Nya, segala sesuatu adalah sia-sia:
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِۦ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَآءُ ۚ وَمَن يُشْرِكْ بِٱللَّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَٰلًۢا بَعِيدًا
"Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa selain daripada (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya."
Ayat ini adalah inti dari peringatan terhadap syirik (menyekutukan Allah). Ditegaskan bahwa dosa syirik adalah dosa yang tidak akan diampuni oleh Allah, kecuali jika pelakunya bertobat sebelum ajal menjemput. Namun, dosa-dosa lain di bawah tingkatan syirik masih memiliki harapan ampunan, tergantung pada kehendak Allah. Pengingat ini sangat penting agar umat manusia tidak pernah menyekutukan Allah dengan apa pun, baik itu berhala, benda mati, kekuatan gaib, atau bahkan hawa nafsu. Terjatuh dalam syirik adalah bentuk kesesatan yang paling parah dan menjauhkan seseorang dari rahmat Allah.
Ayat 117 dan 118 kemudian menjelaskan lebih lanjut tentang realitas sesembahan selain Allah. Dinyatakan bahwa kaum musyrik menyembah berhala-berhala yang sebenarnya tidak memberikan manfaat apa pun dan tidak pula membahayakan. Mereka hanya sekadar benda mati yang disalahpahami kekuatannya. Perumpamaan yang diberikan adalah bahwa mereka tidak lain kecuali seperti wanita yang menguraikan benangnya setelah dipintal dengan kuat. Hal ini menunjukkan betapa rapuhnya dan tidak bergunanya sesembahan-sesembahan tersebut.
Ayat 119 semakin mempertegas bahwa setanlah yang seringkali membisikkan kesesatan kepada manusia, termasuk ajaran untuk mengubah-ubah ciptaan Allah, seperti perintah untuk menyekutukan-Nya. Setan berjanji akan memberikan kekuasaan dan umur panjang, namun semua itu hanyalah tipu daya dan kesesatan belaka. Akhirnya, orang yang tertipu akan menyesal di kemudian hari.
Setelah menjelaskan ancaman dan kesesatan bagi para penentang jalan Allah, ayat-ayat ini beralih memberikan harapan dan janji indah bagi mereka yang memilih jalan kebenaran.
Ayat 122 menyatakan bahwa Allah akan memasukkan orang-orang yang beriman dan beramal saleh ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka akan kekal di dalamnya selamanya. Ini adalah janji yang pasti dan merupakan balasan terbaik bagi mereka yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Keberuntungan hakiki adalah ketika kita mampu mengorbankan segala keinginan duniawi demi meraih ridha Allah dan surga-Nya.
Ayat 123 secara ringkas menegaskan kembali bahwa surga dan neraka bukanlah sekadar angan-angan atau khayalan. Keduanya adalah realitas yang telah ditetapkan oleh Allah. Nasib akhir seseorang sepenuhnya bergantung pada amalnya. Siapa yang mengerjakan kejahatan akan dibalas dengan kejahatan, dan siapa yang beriman serta beramal saleh, maka ia akan mendapatkan balasan terbaik dan tidak akan dizalimi sedikit pun. Ini adalah prinsip keadilan ilahi yang mutlak.
Ayat 124 menutup rangkaian ini dengan pernyataan bahwa siapa pun, baik laki-laki maupun perempuan, yang beriman dan beramal saleh, akan dimasukkan ke dalam surga dan tidak akan dizalimi sedikit pun hak mereka. Ini menekankan bahwa dalam pandangan Allah, tidak ada perbedaan gender dalam hal balasan amal saleh. Keduanya memiliki kesempatan yang sama untuk meraih surga asalkan memenuhi syarat keimanan dan amal saleh.
Kesimpulan
Surat An-Nisa ayat 115-121 merupakan seruan yang sangat penting bagi setiap Muslim untuk senantiasa waspada terhadap segala bentuk penentangan terhadap ajaran Allah dan Rasul-Nya. Ayat-ayat ini mengingatkan kita akan bahaya syirik, pentingnya mengikuti jalan orang-orang mukmin, dan konsekuensi mengerikan dari kesesatan. Di sisi lain, ayat-ayat ini juga merupakan sumber harapan dan motivasi bagi mereka yang beriman dan beramal saleh, dengan janji surga yang kekal dan balasan yang adil dari Allah SWT. Dengan memahami dan merenungkan ayat-ayat ini, kita diharapkan dapat memperkuat keyakinan dan mengarahkan hidup kita hanya pada jalan keridaan-Nya.