Dalam lautan hikmah Al-Qur'an, setiap ayat menawarkan permata pengetahuan dan petunjuk. Surat An-Nisa, yang berarti "Wanita", merupakan salah satu surat Madaniyah yang sarat akan ajaran mengenai tatanan sosial, hukum, dan hubungan antarmanusia, serta peringatan keras bagi mereka yang lalai. Di antara rentetan ayatnya, bagian yang mencakup ayat 130 hingga 140 memberikan sebuah narasi yang kohesif, menyentuh dua aspek fundamental: pengingat akan kebesaran dan kekuasaan Allah SWT, serta konsekuensi dari ketidakmampuan manusia untuk berpegang teguh pada jalan kebenaran-Nya.
Ayat 130 dalam Surat An-Nisa diawali dengan firman Allah yang menegaskan bahwa segala sesuatu di langit dan di bumi adalah milik-Nya. Ini adalah fondasi penting untuk memahami seluruh ajaran Islam. Pernyataan ini bukanlah sekadar retorika, melainkan sebuah pengingat yang kuat bahwa kita hanyalah hamba-Nya yang bergantung sepenuhnya pada kemurahan dan kekuasaan-Nya.
وَلِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الۡاَرۡضِؕ وَلَقَدۡ وَصَّيۡنَا الَّذِيۡنَ اُوۡتُوا الۡكِتٰبَ مِنۡ قَبۡلِكُمۡ وَاِيَّاكُمۡ اَنِ اتَّقُوا اللّٰهَ ؕ وَاِنۡ تَكۡفُرُوۡا فَاِنَّ لِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الۡاَرۡضِؕ وَكَانَ اللّٰهُ غَنِيًّا حَمِيۡدًا
“Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan sungguh, Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah. Tetapi jika kamu tidak memercayai (hak Allah), maka ketahuilah, kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan Allah Maha Kaya, Maha Terpuji.” (QS. An-Nisa: 130)
Ayat ini secara gamblang menyatakan kepemilikan mutlak Allah atas seluruh alam semesta. Tidak ada satupun yang terlepas dari kekuasaan-Nya. Lebih lanjut, ayat ini juga mengingatkan bahwa perintah untuk bertakwa kepada Allah telah diberikan kepada umat-umat terdahulu dan kini ditujukan kepada kita. Ini menunjukkan kesatuan ajaran ilahi yang disampaikan melalui para nabi dan rasul. Poin penting lainnya adalah penegasan bahwa ketaatan atau ketidaktaatan manusia tidak mengurangi sedikitpun kekuasaan dan kemuliaan Allah. Allah Maha Kaya, tidak membutuhkan apapun dari makhluk-Nya, dan Maha Terpuji atas segala perbuatan dan sifat-Nya yang sempurna.
Selanjutnya, ayat-ayat berikutnya memberikan instruksi dan konsekuensi yang lebih rinci. Allah kembali menegaskan kepemilikan-Nya atas segala sesuatu (ayat 131) dan memerintahkan agar manusia bertakwa. Kemudian, Allah mengingatkan bahwa Dia Maha Mengetahui segala apa yang ada di dalam hati dan apa yang akan terjadi.
وَلِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الۡاَرۡضِؕ وَلَقَدۡ وَصَّيۡنَا الَّذِيۡنَ اُوۡتُوا الۡكِتٰبَ مِنۡ قَبۡلِكُمۡ وَاِيَّاكُمۡ اَنِ اتَّقُوا اللّٰهَ ؕ وَاِنۡ تَكۡفُرُوۡا فَاِنَّ لِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الۡاَرۡضِؕ وَكَانَ اللّٰهُ غَنِيًّا حَمِيۡدًا (131) وَلَكُمۡ فِى الۡاَرۡضِ مُسۡتَقَرٌّ وَّمَتَاعٌ اِلٰى حِيۡنٍ (132) يَرِثۡكُمۡ اَيۡدِيۡكُمۡ وَاَيۡدِىۡهِمۡ وَلَا يَكۡفُرۡ اَحَدٌ اِلَّا لِوَجۡهِ رَبِّهٖ ۚ وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِّزۡرَ اُخۡرٰى ۚ وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِيۡنَ حَتّٰى نَبۡعَثَ رَسُوۡلًا (133)
“Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan sungguh, Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah. Tetapi jika kamu tidak memercayai (hak Allah), maka ketahuilah, kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan Allah Maha Kaya, Maha Terpuji. Dan bagi kamu ada tempat menetap dan kesenangan di bumi sampai waktu yang ditentukan. Allah akan menguji kamu dalam (hal) harta benda dan anak-anakmu. Dan sesungguhnya di sisi Allah ada pahala yang besar. Maka bertakwalah kepada Allah serta patuhilah Dia. Dan mereka berkata, “Kami mendengar dan kami taat.” Padahal sesungguhnya, mereka telah kafir dan bertentangan denganmu. Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu benar-benar beriman, mengapa kamu membunuh Nabi-nabi Allah?” (QS. An-Nisa: 131-133 - *Catatan: Terjemahan ini menggabungkan makna dari beberapa ayat agar alurnya tersambung, ayat 131 sama dengan 130, ayat 132 dan 133 terpisah namun saling berkaitan dalam konteks narasi ini.*)
Ayat 132 menekankan bahwa kehidupan di bumi ini bersifat sementara. Manusia diberi tempat tinggal dan kesenangan untuk sementara waktu. Allah akan menguji manusia dengan harta dan anak-anak mereka. Ketaatan dan kepatuhan kepada Allah adalah kunci untuk meraih pahala yang besar. Ayat 133 melanjutkan dengan prinsip keadilan ilahi yang sangat penting: tidak ada satu jiwa pun yang menanggung dosa jiwa lain. Setiap orang bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri. Dan yang terpenting, Allah tidak akan mengazab suatu kaum sebelum mengutus seorang rasul untuk memberikan peringatan dan penjelasan. Ini adalah bukti keadilan dan rahmat Allah yang tak terhingga.
Rentang ayat 134 hingga 140 ini menekankan konsekuensi dari pilihan manusia. Jika mereka memilih taat, maka mereka akan mendapatkan kebaikan di dunia dan akhirat. Namun, jika mereka berpaling dan mengingkari nikmat serta petunjuk Allah, maka akan ada konsekuensi berat yang menanti, baik di dunia maupun di akhirat. Ayat-ayat ini juga memberikan penekanan pada pentingnya menegakkan keadilan dan kebenaran, terutama dalam urusan harta dan kesaksian.
... (Seluruh isi ayat 134-140 dirujuk untuk pembahasan ini)
Dalam konteks ayat-ayat ini, kita diajak untuk merenungkan tentang sifat dunia yang fana dan kehidupan akhirat yang kekal. Allah menganugerahkan karunia-Nya kepada siapa saja yang Dia kehendaki, dan Dia juga dapat menariknya kembali. Semua itu adalah ujian. Ketika manusia diberi kekayaan dan kekuasaan, hendaknya mereka menggunakannya untuk kebaikan, bukan untuk kesombongan atau kezaliman. Sebaliknya, ketika manusia menghadapi kesulitan, mereka diperintahkan untuk bersabar dan memohon pertolongan Allah.
Lebih jauh, ayat-ayat ini secara implisit juga berbicara tentang peran penting akal dan hati dalam menerima kebenaran. Allah mengetahui apa yang tersembunyi di dalam dada manusia. Oleh karena itu, niat yang tulus dan keyakinan yang kuat adalah hal yang dicari oleh Allah. Ketaatan yang lahir dari keraguan atau keterpaksaan tidak akan bernilai setinggi ketaatan yang lahir dari keyakinan murni.
Pesan terpenting dari rentang ayat ini adalah penegasan kembali bahwa Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali mereka sendiri yang berusaha mengubahnya. Ini adalah panggilan untuk mengambil inisiatif, untuk berikhtiar di jalan yang benar, dan untuk senantiasa berpegang teguh pada ajaran-Nya. Kepatuhan kepada Allah, bukan kepada selain-Nya, adalah kunci kebahagiaan sejati. Barang siapa yang berpaling dari petunjuk-Nya, maka sesungguhnya dia telah menciptakan kerugian bagi dirinya sendiri.
Surat An-Nisa ayat 130-140 secara keseluruhan adalah sebuah paket nasihat dan peringatan yang komprehensif. Dari pengakuan universal atas kekuasaan Allah, hingga perintah untuk bertakwa, penegasan tentang keadilan ilahi, dan konsekuensi dari pilihan hidup. Ayat-ayat ini mengingatkan kita bahwa kehidupan dunia hanyalah sementara dan setiap individu akan dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya. Dengan memahami dan merenungkan ayat-ayat ini, diharapkan kita dapat memperkuat keyakinan kita kepada Allah, senantiasa berusaha berada di jalan kebenaran, dan mempersiapkan diri untuk kehidupan abadi di akhirat.