Surat An Nisa, yang berarti "Wanita", merupakan surat Madaniyah yang memiliki banyak sekali tuntunan bagi umat Islam dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam rentang ayat 81 hingga 100, Al-Qur'an kembali memberikan arahan mendalam, khususnya terkait dengan sikap seorang mukmin terhadap ajaran agama, tanggung jawab sosial, dan bagaimana menghadapi berbagai situasi dengan penuh kesadaran. Ayat-ayat ini bukan hanya sekadar bacaan, melainkan cerminan dari ajaran Islam yang komprehensif untuk membentuk individu dan masyarakat yang saleh serta harmonis.
Ayat 81 Surat An Nisa menegaskan pentingnya ketaatan yang tulus kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah berfirman:
Fa idza jaa'ahum amrun minal amni awil khaufi adhaa'uu bihi, wa lau raddhuuhu ilar-rasuuli wa ilaa ulil-amri minhum la'alimahul-ladziina yastambituunahu minhum, wa lau laa fadhlullaahi 'alaikum wa rahmatahu lat-taba'tumusy-syaitaana illaa qaliilaa.
"Kemudian apabila datang kepada mereka suatu berita mengenai keamanan atau ketakutan, mereka menyiarkannya. Padahal kalau mereka menyampaikannya kepada Rasul dan kepada Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (dapat) mengetahuinya dari mereka (Ulis Amri). Kalau sekiranya tidaklah karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, tentulah kamu mengikuti syaitan, kecuali sebagian kecil saja."
Ayat ini secara implisit mengingatkan agar setiap informasi, terutama yang berkaitan dengan keamanan dan ketakutan, tidak disebarluaskan begitu saja. Perlunya menyaring informasi dan merujuk kepada sumber yang tepat, yaitu Rasulullah SAW dan para pemimpin yang memiliki pemahaman agama (Ulil Amri). Hal ini mengajarkan kita untuk bersikap bijak dalam menyebarkan berita, menghindari fitnah, dan menjaga stabilitas sosial. Dalam konteks modern, ini relevan dengan pentingnya literasi media dan tidak mudah termakan hoaks.
Ayat 82 Surat An Nisa menyoroti mukjizat Al-Qur'an:
Afalaa yatadabbaruunal-Qur'aana, wa lau kaana min 'indi ghairillaahi la-wajaduu fiihil-ikhtilaafan katsiiraa.
"Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur'an? Kalau sekiranya Al-Qur'an itu datang dari selain Allah, tentulah mereka menemukan banyak pertentangan di dalamnya."
Ayat ini menjadi bukti keagungan dan kesempurnaan Al-Qur'an. Sifatnya yang konsisten, tidak bertentangan, dan selalu relevan di setiap zaman menjadi tanda bahwa ia berasal dari Zat Yang Maha Sempurna, yaitu Allah SWT. Ajakan untuk mentadaburi (merenungi) Al-Qur'an mengajak setiap mukmin untuk menggali lebih dalam makna-maknanya, memahami hikmah di balik setiap ayatnya, dan menjadikannya sebagai pedoman hidup.
Ayat-ayat ini membahas tentang kesalahan yang tidak disengaja dan bagaimana Islam memberikan solusi berupa pembayaran diyat (denda) dan kewajiban bertaubat.
(Ayat 92 dan 93 secara ringkas mengatur tentang bagaimana seharusnya perlakuan terhadap pembunuhan yang tidak disengaja, mulai dari pembebasan budak, pembayaran diyat kepada keluarga korban, hingga kewajiban taubat. Ini menunjukkan betapa adilnya ajaran Islam yang juga memperhatikan hak-hak korban dan memberikan ruang bagi pelaku untuk memperbaiki diri.)
Ketentuan ini mencerminkan bahwa Islam adalah agama yang adil dan humanis. Ia tidak hanya menekankan hukuman, tetapi juga memberikan solusi yang konstruktif, seperti pemberian kompensasi dan kesempatan untuk bertaubat. Ini mengajarkan kita untuk senantiasa berhati-hati dalam setiap tindakan, dan jika terlanjur melakukan kesalahan, penting untuk segera memperbaikinya dan memohon ampunan kepada Allah.
Ayat 100 Surat An Nisa berbicara tentang pentingnya berhijrah demi mencari keridhaan Allah:
Wa man yuhaajir fii sabillillaahi yajid fil-ardhi muraaghaman katsiiran wa sa'atan, wa man yakhruj min baitihi muhaajiran ilallahi wa rasuulihi tsumma yudrik-hul-mautu faqad waqa'a ajruhu 'alallahi, wa kaanallahu ghafuuran rahiimaa.
"Dan barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka akan mendapatkan di muka bumi ini tempat untuk berhijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Dan barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai tujuan), maka sungguh pahalanya itu pasti ditetapkan di sisi Allah. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Ayat ini memberikan motivasi luar biasa bagi setiap individu yang bertekad untuk memperbaiki diri, menjauhkan diri dari kemaksiatan, atau mencari ilmu dan kesempatan untuk beribadah lebih baik. Hijrah tidak hanya terbatas pada perpindahan fisik, tetapi juga bisa berupa hijrah hati, hijrah dari kebiasaan buruk, atau hijrah dalam mencari ridha Allah. Janji Allah yang luas akan rezeki dan pahala yang berlimpah bagi mereka yang ikhlas berhijrah adalah pengingat bahwa pengorbanan demi agama akan selalu dihargai.
Serangkaian ayat ini secara kolektif mengajarkan kita tentang pentingnya integritas, kebijaksanaan dalam berkomunikasi, ketelitian dalam bertindak, serta keikhlasan dalam berjuang di jalan Allah. Kita diajak untuk senantiasa merenungkan Al-Qur'an, tidak mudah terprovokasi oleh informasi yang belum jelas, bertanggung jawab atas setiap perbuatan, dan berani mengambil langkah hijrah demi meraih keridhaan Ilahi. Memahami dan mengamalkan ajaran dalam Surat An Nisa ayat 81-100 adalah investasi berharga untuk kehidupan dunia dan akhirat.