Dalam Al-Qur'an, Allah SWT mengajarkan berbagai prinsip kehidupan yang mencakup aspek spiritual, sosial, dan moral. Salah satu ayat yang seringkali menjadi bahan perenungan mendalam adalah Surat An-Nisa ayat 83. Ayat ini mengingatkan kita tentang pentingnya kehati-hatian dalam menyikapi informasi, terutama yang berkaitan dengan kabar-kabar yang belum pasti kebenarannya. Memahami makna dan hikmah di balik ayat ini sangat krusial bagi seorang Muslim dalam menjaga ketertiban sosial dan menjaga diri dari perpecahan.
Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan atau ketakutan, mereka menyiarkannya. Padahal kalau mereka menyampaikannya kepada Rasul dan kepada ulil amri di antara mereka, tentulah hal itu dapat diketahui oleh orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya di antara mereka. Dan kalau tidaklah karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu, tentulah kamu mengikuti setan, kecuali sebagian kecil saja.
Ayat ini turun sebagai respons terhadap perilaku sebagian kaum Muslimin pada masa itu yang gemar menyebarkan berita, baik yang bersifat menyenangkan (keamanan) maupun yang menimbulkan kekhawatiran (ketakutan), tanpa melakukan verifikasi terlebih dahulu. Sikap gegabah ini dapat menimbulkan kegaduhan, kepanikan, atau bahkan kesalahpahaman yang merusak tatanan masyarakat. Allah SWT melalui ayat ini mengarahkan kita untuk menjadi pribadi yang bijaksana dan bertanggung jawab dalam menerima dan menyebarkan informasi.
Salah satu pelajaran utama dari Surat An-Nisa ayat 83 adalah anjuran untuk melakukan verifikasi sebelum menyebarkan suatu berita. Di era digital seperti sekarang, di mana informasi begitu mudah diakses dan disebarkan, anjuran ini menjadi semakin relevan. Fenomena hoaks, ujaran kebencian, dan disinformasi telah menjadi ancaman serius bagi keharmonisan sosial. Ayat ini mengajarkan kita untuk tidak mudah terprovokasi atau terpancing oleh kabar yang belum jelas sumber dan kebenarannya.
Allah SWT memberikan panduan yang jelas: "kalau mereka menyampaikannya kepada Rasul dan kepada ulil amri di antara mereka, tentulah hal itu dapat diketahui oleh orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya di antara mereka." Ini berarti, ketika kita menerima suatu informasi, terutama yang bersumber dari pihak yang tidak dapat dipercaya atau yang memiliki potensi menimbulkan masalah, langkah bijak adalah merujuknya kepada sumber yang lebih terpercaya, yaitu Rasulullah SAW (pada masa beliau) atau para ulama dan pemimpin yang memiliki ilmu dan integritas (ulil amri). Mereka adalah orang-orang yang memiliki kapasitas untuk menganalisis, menelaah, dan memberikan penjelasan yang benar berdasarkan wahyu dan hikmah.
Bagian akhir ayat ini, "Dan kalau tidaklah karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu, tentulah kamu mengikuti setan, kecuali sebagian kecil saja," menekankan betapa besar nikmat karunia dan rahmat Allah SWT yang telah menjaga kita dari sifat buruk tersebut. Sifat menyebarkan informasi tanpa verifikasi adalah celah bagi setan untuk menggoda dan menyesatkan manusia. Tanpa pertolongan Allah, manusia sangat mudah terjebak dalam perangkap setan yang bertujuan untuk menebar fitnah dan keretakan.
"Ayat ini mengajarkan kita untuk bersikap kritis, selektif, dan bertanggung jawab dalam setiap informasi yang kita terima dan sebarkan. Kejujuran dan ketelitian adalah kunci."
Sikap "mengikuti setan" yang dimaksud di sini adalah mengikuti bisikan hawa nafsu dan godaan untuk menyebarkan sesuatu yang belum pasti, yang mungkin dilandasi rasa ingin tahu berlebihan, kebencian, atau sekadar ingin menjadi pusat perhatian. Padahal, dampak buruk dari penyebaran informasi yang salah bisa sangat luas dan merusak. Hal ini dapat merusak reputasi seseorang, menimbulkan ketakutan yang tidak perlu, atau bahkan memicu konflik.
Di masa kini, mengamalkan Surat An-Nisa ayat 83 berarti membiasakan diri untuk melakukan beberapa hal berikut:
Dengan menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam Surat An-Nisa ayat 83, kita tidak hanya menjaga diri sendiri dari dosa dan kesesatan, tetapi juga berkontribusi dalam menciptakan lingkungan informasi yang lebih sehat, aman, dan terpercaya. Ini adalah bentuk tanggung jawab seorang Muslim terhadap masyarakatnya dan juga bentuk rasa syukur atas nikmat akal dan petunjuk dari Allah SWT.
Pada akhirnya, ayat ini mengajarkan kita untuk selalu waspada, bijaksana, dan berpegang teguh pada kebenaran. Dengan demikian, kita dapat terhindar dari fitnah, menjaga persatuan, dan senantiasa berada di jalan yang diridhai oleh Allah SWT.
Marilah kita jadikan Surat An-Nisa ayat 83 sebagai panduan dalam setiap interaksi kita dengan informasi, agar lisan dan tulisan kita tidak menjadi alat yang merusak, melainkan menjadi sumber kebaikan dan ketenangan.