Susah menelan (disfagia) yang disertai rasa sakit pada tenggorokan (odinofagia) adalah gejala yang sangat mengganggu kualitas hidup. Kondisi ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari infeksi ringan hingga masalah struktural yang lebih serius. Mengenali penyebab dan mengambil langkah penanganan yang tepat adalah kunci untuk mendapatkan kenyamanan kembali.
Penyebab Umum Susah Menelan dan Sakit Tenggorokan
Rasa sakit saat menelan sering kali merupakan sinyal bahwa ada peradangan atau iritasi pada faring (tenggorokan) atau esofagus (kerongkongan). Beberapa penyebab paling umum meliputi:
Infeksi Virus (Flu atau Pilek): Ini adalah penyebab paling umum. Virus menyebabkan iritasi yang membuat proses menelan terasa nyeri dan sulit.
Faringitis atau Tonsilitis: Peradangan pada amandel atau tenggorokan yang bisa disebabkan oleh bakteri (seperti Streptokokus) atau virus.
GERD (Gastroesophageal Reflux Disease): Asam lambung yang naik ke kerongkongan dapat menyebabkan luka bakar kimiawi, yang mengakibatkan rasa nyeri kronis saat menelan dan rasa mengganjal.
Radang Esofagus (Esofagitis): Peradangan pada lapisan kerongkongan, sering kali dipicu oleh GERD atau reaksi alergi.
Dehidrasi: Kurangnya cairan membuat lendir tenggorokan menjadi kental, sehingga makanan atau minuman sulit melewati jalur tanpa menyebabkan gesekan atau rasa sakit.
Cedera Fisik: Menelan makanan yang terlalu keras, panas, atau tersedak dapat melukai dinding tenggorokan sementara.
Mengapa Menelan Menjadi Sulit?
Kesulitan menelan (disfagia) terjadi ketika mekanisme menelan terganggu. Pada kasus sakit tenggorokan, hambatan utamanya seringkali bersifat sementara dan disebabkan oleh pembengkakan. Ketika jaringan tenggorokan membengkak karena peradangan, saluran makanan menyempit. Otot-otot yang seharusnya bekerja sama untuk mendorong makanan ke bawah menjadi kaku atau terasa sakit saat berkontraksi, sehingga menimbulkan sensasi makanan "tersangkut".
Pada kasus disfagia yang lebih kronis, penyebabnya bisa lebih kompleks, melibatkan masalah saraf, otot, atau penyempitan struktural seperti cincin esofagus. Namun, jika disertai rasa sakit akut, fokus utama biasanya adalah mengatasi peradangan yang mendasarinya.
Langkah Perawatan Mandiri untuk Meredakan Gejala
Jika gejala Anda tergolong ringan hingga sedang, penanganan di rumah dapat memberikan kelegaan signifikan:
Konsumsi Cairan Hangat: Minum air hangat, teh herbal tanpa kafein (seperti kamomil atau jahe), atau kaldu bening dapat membantu melembutkan lendir dan melapisi tenggorokan yang teriritasi. Hindari minuman yang terlalu panas.
Gunakan Pelembap Udara (Humidifier): Udara kering dapat memperburuk iritasi tenggorokan. Menjaga kelembapan udara, terutama saat tidur, membantu menjaga selaput lendir tetap lembap.
Berkumur dengan Air Garam: Larutkan setengah sendok teh garam dalam segelas air hangat. Berkumur selama beberapa detik beberapa kali sehari dapat membantu mengurangi pembengkakan dan membersihkan lendir.
Perhatikan Makanan Anda: Pilih makanan yang lembut dan mudah ditelan seperti bubur, yogurt, sup krim, atau pisang. Hindari makanan pedas, asam, renyah, atau keras yang dapat menggores tenggorokan.
Istirahatkan Suara: Berbicara terlalu banyak atau berteriak dapat memberikan tekanan tambahan pada pita suara dan tenggorokan yang sudah meradang.
Obat Pereda Nyeri Bebas: Obat seperti parasetamol atau ibuprofen dapat membantu mengurangi nyeri dan demam (jika ada), sehingga menelan menjadi sedikit lebih mudah.
Kapan Harus Segera ke Dokter?
Meskipun banyak kasus sakit tenggorokan dan susah menelan sembuh dengan sendirinya, Anda harus mencari bantuan medis profesional jika mengalami kondisi berikut:
Nyeri menelan sangat parah sehingga Anda tidak bisa minum sama sekali (risiko dehidrasi).
Gejala berlangsung lebih dari satu minggu tanpa perbaikan.
Disertai demam tinggi yang menetap (di atas 38.5°C).
Pembengkakan kelenjar getah bening yang signifikan.
Perubahan suara yang drastis atau serak total yang berkepanjangan.
Munculnya benjolan di leher atau kesulitan bernapas.
Dokter akan melakukan pemeriksaan untuk menentukan apakah penyebabnya adalah infeksi bakteri (yang memerlukan antibiotik) atau kondisi kronis seperti GERD, yang membutuhkan penanganan jangka panjang.