Konsep ketuhanan dalam Kekristenan seringkali menimbulkan pertanyaan, terutama mengenai pemahaman bahwa Tuhan Kristen ada 3. Pernyataan ini, jika dipahami secara dangkal, dapat disalahartikan sebagai politeisme atau keyakinan pada tiga dewa yang terpisah. Namun, dalam teologi Kristen, konsep ini merujuk pada doktrin Trinitas, sebuah misteri iman yang menjelaskan keutuhan Tuhan dalam tiga pribadi yang berbeda namun tetap satu esensi ilahi.
Inti dari doktrin Trinitas adalah bahwa hanya ada satu Tuhan. Keutuhan keilahian hanya dimiliki oleh satu substansi atau esensi ilahi. Namun, dalam satu keesaan Tuhan ini, terdapat tiga pribadi yang berbeda: Bapa, Anak (Yesus Kristus), dan Roh Kudus. Ketiga pribadi ini berbeda dalam peran dan hubungan mereka satu sama lain, namun mereka setara dalam kekudusan, kemuliaan, dan keberadaan ilahi mereka. Mereka bukanlah tiga bagian dari Tuhan, melainkan tiga pribadi yang mewujudkan keilahian secara penuh.
Doktrin Trinitas menekankan bahwa Bapa adalah Tuhan, Anak adalah Tuhan, dan Roh Kudus adalah Tuhan. Namun, mereka bukanlah tiga Tuhan. Sebaliknya, Bapa, Anak, dan Roh Kudus adalah satu Tuhan yang sama, satu substansi ilahi. Perbedaan antara ketiganya terletak pada relasi internal mereka. Bapa adalah sumber tak berawal, Anak diperanakkan dari Bapa, dan Roh Kudus keluar dari Bapa (dan Anak, dalam beberapa tradisi teologis). Peran mereka dalam penciptaan, penebusan, dan pengudusan juga berbeda, namun selalu bekerja dalam kesatuan. Misalnya, dalam penciptaan, Bapa adalah perancang, Anak adalah Firman yang melalui-Nya segala sesuatu dijadikan, dan Roh Kudus adalah kuasa yang memberikan kehidupan.
Meskipun kata "Trinitas" tidak muncul secara eksplisit dalam Kitab Suci, banyak ayat yang diyakini para teolog Kristen sebagai dasar bagi pemahaman ini. Sejak Perjanjian Lama, ada petunjuk tentang keutuhan Tuhan yang lebih dari sekadar satu entitas tunggal. Namun, wahyu yang paling jelas tentang Trinitas terdapat dalam Perjanjian Baru. Yesus Kristus menyatakan diri-Nya sebagai Anak Allah yang setara dengan Bapa (Yohanes 10:30). Perintah-Nya kepada murid-murid untuk membaptis dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus (Matius 28:19) juga merupakan bukti kuat dari keesaan dan perbedaan pribadi ilahi. Selain itu, banyak ayat lain yang menggambarkan Bapa, Anak, dan Roh Kudus sebagai agen ilahi yang bekerja bersama dalam rencana keselamatan Allah.
Doktrin Trinitas bukanlah sekadar konsep filosofis, melainkan pondasi iman Kristen yang krusial. Pemahaman yang benar tentang Trinitas membedakan Kekristenan dari keyakinan monoteistik lainnya dan juga dari politeisme. Kehidupan doa, ibadah, dan hubungan pribadi dengan Tuhan dalam Kekristenan sangat dipengaruhi oleh pemahaman Trinitas. Kita berdoa kepada Bapa melalui Anak, dengan kuasa Roh Kudus. Ini adalah cara orang Kristen memahami siapa Tuhan yang mereka sembah: pribadi yang intim, penuh kasih, dan aktif dalam kehidupan umat-Nya, yang mewujudkan diri-Nya dalam tiga pribadi yang sempurna namun satu keesaan.
Menerima doktrin Trinitas berarti mengakui bahwa Tuhan jauh melampaui pemahaman akal manusia. Ini adalah sebuah misteri yang harus diterima dalam iman. Namun, misteri ini bukanlah kontradiksi. Sebaliknya, ini adalah cara Kitab Suci mengungkapkan sifat terdalam dari Tuhan yang esa: Dia adalah kasih yang berlimpah, yang mengekspresikan diri-Nya dalam relasi yang kekal di antara pribadi-pribadi ilahi. Oleh karena itu, ketika dikatakan "Tuhan Kristen ada 3", yang dimaksud adalah satu Tuhan yang hadir dalam tiga pribadi yang berbeda: Bapa, Anak, dan Roh Kudus, yang bersama-sama merupakan keutuhan ilahi yang tak terpisahkan.