Yohanes 17:3 dan Gema Perjanjian Lama: Fondasi Pengenalan akan Allah untuk Keselamatan

Kitab Injil Yohanes sering kali dianggap sebagai salah satu kitab yang paling mendalam dalam Perjanjian Baru. Di dalamnya, Yesus berdoa, dan salah satu doa-Nya yang paling terkenal terdapat dalam Yohanes 17. Ayat 3 dari pasal ini memiliki makna yang sangat krusial, tidak hanya bagi pemahaman Kristen tentang keselamatan, tetapi juga beresonansi kuat dengan prinsip-prinsip teologis yang telah tertanam dalam seluruh narasi Perjanjian Lama. Yohanes 17:3 berbunyi: "Inilah hidup yang kekal, yaitu supaya mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus." Ayat ini dengan ringkas menggarisbawahi dua elemen kunci: pengenalan akan Allah yang benar dan pengenalan akan Yesus Kristus. Kedua elemen ini bukanlah konsep baru yang muncul tiba-tiba di Perjanjian Baru, melainkan merupakan puncak dari pengungkapan diri Allah yang telah terjadi sepanjang sejarah umat-Nya dalam Perjanjian Lama.

Pengenalan Akan Allah Adalah Hidup

Simbolisasi pengenalan akan Allah sebagai sumber kehidupan kekal.

Pengenalan Akan Allah yang Benar dalam Perjanjian Lama

Konsep "mengenal Allah" (Ibrani: yada') dalam Perjanjian Lama jauh melampaui sekadar pengetahuan intelektual. Itu mencakup pemahaman yang mendalam, hubungan pribadi, dan ketaatan yang lahir dari kepercayaan. Sejak awal penciptaan, Allah telah mengungkapkan diri-Nya kepada manusia, tetapi kejatuhan dalam dosa merusak hubungan itu. Namun, Allah tidak meninggalkan umat manusia. Melalui Abraham, Allah membuat perjanjian, menjanjikan berkat dan keturunan yang akan membawa keselamatan. Kisah para patriark, Keluaran dari Mesir, pemberian Taurat di Sinai, dan masuk ke Tanah Perjanjian adalah serangkaian tindakan Allah yang bertujuan untuk mengungkapkan siapa diri-Nya dan bagaimana manusia dapat memiliki hubungan yang benar dengan-Nya.

Kitab Ulangan, misalnya, berulang kali menekankan pentingnya mengasihi dan mengenal TUHAN (Ulangan 6:5, 10:12). Para nabi juga terus-menerus menyerukan agar umat Israel kembali mengenal Allah, meninggalkan penyembahan berhala yang menjauhkan mereka dari Sumber kehidupan. Mereka mengingatkan bahwa pengenalan akan Allah yang sejati akan menghasilkan keadilan, belas kasihan, dan integritas moral. Kerusakan spiritual Israel sering kali digambarkan sebagai akibat dari ketidakmauan mereka untuk mengenal dan menaati firman-Nya. Jadi, dasar pengenalan akan Allah yang benar sebagai syarat utama bagi hubungan yang berarti dan kelangsungan hidup umat-Nya sudah sangat jelas dalam Perjanjian Lama.

Yesus Kristus: Puncak Pengenalan Akan Allah

Jika Perjanjian Lama merupakan persiapan dan penyingkapan bertahap tentang Allah, maka kedatangan Yesus Kristus adalah puncak dari pengungkapan itu. Yohanes 17:3 secara eksplisit menyebut "Yesus Kristus yang telah Engkau utus." Hal ini menunjukkan bahwa mengenal Yesus adalah bagian tak terpisahkan dari mengenal Allah yang satu-satunya benar. Perjanjian Lama menubuatkan kedatangan Mesias, Juru Selamat yang akan mendamaikan manusia dengan Allah. Pengorbanan di altar, sistem hukum, dan kesaksian para nabi semua menunjuk kepada Dia.

Yohanes Pembaptis sendiri bersaksi, "Aku melihat dan bersaksi, bahwa inilah Anak Allah" (Yohanes 1:34). Yesus sendiri sering kali menyatakan bahwa melihat Dia berarti melihat Bapa (Yohanes 14:9). Melalui perkataan, perbuatan, dan terutama kematian serta kebangkitan-Nya, Yesus mengungkapkan karakter Allah yang penuh kasih, keadilan, dan pengampunan dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dia bukan hanya nabi atau utusan, tetapi Allah yang berinkarnasi. Oleh karena itu, ajaran Yesus tentang Yohanes 17:3 menegaskan kembali kebenaran yang telah diajarkan sepanjang Perjanjian Lama: keselamatan dan hidup kekal bergantung pada hubungan yang benar dengan Allah, dan kini, hubungan itu sepenuhnya dimungkinkan dan diwujudkan melalui pengenalan akan Yesus Kristus, Sang Utusan ilahi.

Implikasi bagi Umat Percaya

Pengertian ini memiliki implikasi yang mendalam. Hidup kekal bukanlah sekadar janji tentang masa depan, tetapi sebuah realitas yang dimulai saat seseorang mengenal Allah melalui Kristus. Pengenalan ini bukanlah pengalaman pasif, melainkan suatu proses pertumbuhan spiritual yang aktif, yang melibatkan doa, mempelajari firman Tuhan (terutama Alkitab yang berisi kesaksian tentang Allah dan Kristus), dan mempraktikkan ketaatan. Perjanjian Lama memberikan kerangka kerja dan konteks historis untuk memahami siapa Allah dan rencana-Nya. Perjanjian Baru, dengan Yesus sebagai pusatnya, memberikan pengungkapan definitif yang memungkinkan pengenalan itu menjadi hidup dan transformatif.

Bagi orang percaya, tantangan terus-menerus adalah untuk tidak hanya memiliki pengetahuan teoretis, tetapi untuk terus menerus memperdalam pengenalan pribadi akan Allah dan Kristus. Ini adalah perjalanan seumur hidup yang menjadi inti dari iman Kristen. Dengan demikian, Yohanes 17:3, yang diperkaya dengan pemahaman dari Perjanjian Lama, menjadi panduan yang jelas: hidup kekal adalah anugerah yang diterima melalui pengenalan yang transformatif akan Allah yang benar, yang diungkapkan sepenuhnya dalam Yesus Kristus.

🏠 Homepage