Simbol abstrak: Persatuan, Bimbingan, dan Pesan Ilahi
Di tengah arus kehidupan yang penuh dengan perubahan, perbedaan pandangan, dan tantangan sosial, umat manusia seringkali dihadapkan pada kondisi perpecahan. Berbagai paham, aliran, dan ideologi muncul, terkadang menciptakan jurang pemisah antar sesama. Dalam situasi seperti inilah, penting bagi setiap Muslim untuk kembali merujuk pada sumber ajaran yang murni, yaitu Al-Qur'an dan Sunnah. Salah satu ayat yang memberikan peringatan sekaligus bimbingan berharga adalah Surah Al Imran ayat 105.
"Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang telah berpecah-belah dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas (Al Kitab). Bagi merekalah azab yang besar." (QS. Al Imran: 105)
Ayat ini merupakan peringatan yang sangat tegas dari Allah SWT agar umat Islam tidak mengikuti jejak umat-umat terdahulu yang telah jatuh ke dalam jurang perpecahan dan perselisihan. Kata "berpecah-belah" (tafarqu) dan "berselisih" (ikhtilaf) dalam ayat ini mengisyaratkan adanya disintegrasi dalam akidah, pemikiran, dan praktik keagamaan. Hal ini terjadi bukan karena ketiadaan penjelasan atau bukti yang nyata, melainkan karena adanya kemauan untuk menyimpang dari jalan yang lurus.
Keterangan yang jelas yang dimaksud dalam ayat ini adalah kitab-kitab samawi yang diturunkan oleh Allah SWT, khususnya Al-Qur'an sebagai kitab suci terakhir. Al-Qur'an hadir dengan penjelasan yang gamblang, petunjuk yang terang, dan hukum yang adil. Namun, seperti yang diperingatkan dalam ayat ini, memiliki kitab suci dan petunjuk yang jelas tidak otomatis menjamin persatuan. Sebaliknya, justru bisa menjadi ujian bagi umat manusia. Jika tidak mampu mengendalikan hawa nafsu, keangkuhan, atau keinginan untuk mendominasi, maka perbedaan pemahaman bisa berkembang menjadi perpecahan yang merusak.
Konsekuensi dari perpecahan ini digambarkan sebagai "azab yang besar". Azab ini bisa bersifat duniawi, seperti hilangnya kekuatan, kehancuran, dan ketidakberdayaan di hadapan musuh, maupun azab ukhrawi. Sejarah telah membuktikan betapa banyak umat yang runtuh karena perpecahan internal. Sebaliknya, umat yang bersatu dalam prinsip dan tujuan yang sama, meskipun mungkin memiliki perbedaan dalam furu' (cabang) masalah, akan menjadi kekuatan yang kokoh.
Dalam konteks kekinian, Al-Imran 105 menjadi relevan tidak hanya bagi umat Islam, tetapi juga sebagai pelajaran bagi seluruh umat manusia. Di era informasi yang serba cepat ini, perbedaan pendapat seringkali diperuncing dan dijadikan alat untuk memecah belah. Media sosial dan platform digital, meskipun memiliki manfaat, juga berpotensi menjadi sarana penyebaran narasi yang memecah belah jika tidak disikapi dengan bijak.
Inti dari ajaran ayat ini adalah pentingnya menjaga ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama Muslim) dan persatuan bangsa. Umat Islam diperintahkan untuk berpegang teguh pada tali Allah (Al-Qur'an dan Sunnah) dan tidak bercerai-berai. Hal ini bukan berarti meniadakan perbedaan pendapat yang sehat dan konstruktif, melainkan bagaimana perbedaan tersebut tidak sampai merusak tatanan persatuan dan akidah.
Bagaimana cara mengaplikasikan ajaran Al-Imran 105 dalam kehidupan sehari-hari?
Al-Imran 105 mengajarkan bahwa keselamatan dan kebahagiaan hakiki hanya bisa diraih dengan senantiasa berpegang teguh pada ajaran Allah dan menjauhi segala bentuk perpecahan. Dengan memahami dan mengamalkan ayat ini, diharapkan umat Islam dapat menjadi pribadi yang kokoh dalam akidah, santun dalam berinteraksi, dan senantiasa menjaga persatuan serta kesatuan, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, maupun ummatan wahidatan (umat yang satu).
Di tengah kompleksitas dunia modern, peringatan dalam Al-Imran 105 menjadi semakin penting. Ia adalah mercusuar yang mengingatkan kita untuk tidak tersesat dalam lautan perbedaan, melainkan kembali merujuk pada pedoman ilahi yang abadi. Mari kita jadikan ayat ini sebagai pegangan agar senantiasa berada dalam lindungan dan rahmat Allah SWT.