Simbol Pertolongan dan Kekuatan
Dalam kitab suci Al-Qur'an, terdapat ayat-ayat yang menjadi panduan, sumber ketenangan, dan pengingat akan kekuasaan Allah SWT. Salah satu ayat yang sarat makna dan sering direnungkan oleh umat Islam adalah potongan dari Surah Ali Imran ayat 129. Ayat ini bukan sekadar bacaan, melainkan sebuah pesan mendalam tentang bagaimana seharusnya seorang mukmin bersikap ketika menghadapi berbagai ujian dan kesulitan hidup.
(Wa lillahi ma fis-samawati wa ma fil-ardh. Yaghfiru liman yashaa'u wa yu'adzibu man yashaa'u. Wallahu ghafurur-rahim.)
Artinya: "Kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dia mengampuni siapa yang Dia kehendaki dan menyiksa siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Untuk benar-benar meresapi makna Al Imran 129, penting untuk memahami konteks turunnya ayat ini, meskipun sebagian besar penafsiran tidak secara spesifik mengaitkan ayat ini dengan suatu peristiwa tunggal. Namun, Surah Ali Imran secara umum banyak membahas tentang keimanan, perjuangan menghadapi musuh, serta pentingnya ketabahan dan keyakinan kepada Allah. Dalam konteks ini, ayat 129 hadir sebagai pengingat fundamental tentang keesaan dan kekuasaan mutlak Allah SWT.
Ayat ini dimulai dengan pernyataan tegas: "Kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi." Pernyataan ini menekankan keagungan Allah sebagai Sang Pencipta dan Pemilik segalanya. Seluruh alam semesta, segala isinya, tunduk dan berada dalam genggaman-Nya. Ini berarti tidak ada yang dapat terjadi tanpa izin-Nya, termasuk kesulitan yang menimpa hamba-Nya.
Bagian selanjutnya dari ayat ini, "Dia mengampuni siapa yang Dia kehendaki dan menyiksa siapa yang Dia kehendaki," menegaskan kembali kekuasaan Allah yang tidak terbatas. Pengampunan dan hukuman adalah hak mutlak Allah. Namun, sebagai seorang mukmin, kita tidak boleh berputus asa dari rahmat-Nya maupun merasa aman dari siksa-Nya. Sebaliknya, hal ini seharusnya mendorong kita untuk senantiasa berusaha mendekatkan diri kepada-Nya, melakukan kebaikan, dan memohon ampunan.
Seringkali, umat manusia menghadapi ujian, baik berupa cobaan maupun nikmat. Ayat ini mengajarkan bahwa di balik setiap peristiwa, ada hikmah dan ketetapan ilahi. Kesulitan yang datang bisa jadi merupakan ujian untuk menguji kesabaran, keimanan, dan ketakwaan seseorang. Di sisi lain, kenikmatan yang diberikan bisa menjadi ujian syukur dan amanah untuk digunakan di jalan yang diridhai.
Dalam Al Imran 129, terkandung beberapa pesan penting yang relevan bagi setiap mukmin:
Seringkali, ketika dihadapkan pada kesulitan yang bertubi-tubi, manusia cenderung merasa lemah, putus asa, atau bahkan menyalahkan takdir. Ayat Al Imran 129 mengingatkan kita bahwa sumber kekuatan sejati adalah Allah SWT. Kesulitan yang dihadapi adalah bagian dari siklus kehidupan yang telah diatur oleh-Nya. Dengan keyakinan yang teguh, ujian tersebut dapat menjadi sarana untuk meningkatkan derajat keimanan dan kedekatan kita kepada Sang Pencipta.
Bagaimana kita bisa menjadikan ayat ini sebagai pegangan dalam kehidupan sehari-hari? Pertama, dengan memperbanyak zikir dan doa, terutama memohon ampunan dan perlindungan kepada Allah. Kedua, dengan senantiasa berusaha berbuat baik dan menjauhi larangan-Nya. Ketiga, dengan bersabar ketika menghadapi musibah dan bersyukur ketika mendapatkan nikmat. Keempat, dengan memelihara keyakinan bahwa setiap kesulitan pasti akan berujung pada kemudahan, sesuai dengan janji Allah dalam QS. Al Insyirah ayat 5-6.
Al Imran 129 adalah pengingat konstan bahwa kita bukanlah makhluk yang terombang-ambing tanpa arah. Ada Sang Pengatur kehidupan yang Maha Bijaksana dan Maha Penyayang. Dengan merenungkan ayat ini, semoga hati kita semakin tenang, keyakinan kita semakin kuat, dan langkah kita senantiasa terarah pada keridhaan-Nya.