Ayat Al-Qur'an banyak yang memuat peringatan dan janji Allah SWT, baik itu berupa rahmat maupun azab. Salah satu ayat yang patut menjadi renungan mendalam adalah Surah Ali Imran ayat 182. Ayat ini secara tegas menyampaikan bahwa Allah tidak pernah menganiaya atau berbuat zalim kepada hamba-Nya, melainkan diri merekalah yang sesungguhnya menzalimi diri mereka sendiri. Pesan ini menjadi landasan penting dalam memahami konsep keadilan ilahi dan tanggung jawab individu atas setiap perbuatan.
Dalam ayat tersebut, Allah SWT berfirman, "Wa mā ẓalamahumullāhu walākin anfusahum yaẓlimūn." yang artinya, "Dan sekali-kali tidaklah Allah menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri." Pernyataan ini mengandung makna yang sangat kuat, yaitu bahwa setiap konsekuensi buruk yang menimpa seseorang bukanlah karena ketidakadilan Allah, melainkan buah dari pilihan dan tindakan mereka sendiri. Allah Maha Adil, bahkan dalam ketidakadilan yang dilakukan oleh manusia terhadap dirinya sendiri.
Keadilan Allah adalah salah satu sifat-Nya yang paling fundamental. Ia tidak akan pernah menambahkan keburukan pada kebaikan, atau mengurangi kebaikan dari keburukan. Jika seseorang merasakan kesempitan rezeki, cobaan, atau musibah, maka penyebabnya seringkali berakar pada kesalahan, dosa, atau kelalaian yang telah ia perbuat. Hal ini bukanlah bentuk hukuman yang semena-mena dari Allah, melainkan konsekuensi logis dari sebuah sebab-akibat yang telah ditetapkan dalam hukum alam semesta yang diciptakan-Nya.
Mengapa manusia menzalimi diri sendiri? Ada banyak cara manusia melakukan hal ini. Pertama, dengan melanggar perintah Allah. Ketika seseorang meninggalkan kewajiban salat, tidak menunaikan zakat, atau melakukan perbuatan dosa seperti berbohong, mencuri, atau berzina, ia sejatinya sedang membuka pintu keburukan bagi dirinya sendiri. Perbuatan maksiat tersebut bukan hanya merusak hubungan dengan Sang Pencipta, tetapi juga dapat menimbulkan masalah dalam kehidupan duniawi, seperti hilangnya ketenangan jiwa, rusaknya reputasi, atau timbulnya rasa bersalah yang menghantui.
Kedua, menzalimi diri sendiri adalah ketika seseorang menunda-nunda untuk bertaubat. Allah Maha Pengampun, pintu taubat senantiasa terbuka bagi siapa saja yang menyesali perbuatannya dan bertekad untuk tidak mengulanginya. Namun, ketika seseorang terus menerus bergelimang dosa tanpa merasa bersalah atau tanpa ada niatan untuk kembali kepada jalan yang benar, ia justru semakin menjauhkan dirinya dari rahmat Allah. Penolakan untuk bertaubat adalah bentuk penganiayaan terhadap diri sendiri karena ia menolak kesempatan emas untuk membersihkan diri dan mendapatkan ampunan.
Ketiga, mengabaikan potensi diri dan tidak memanfaatkan karunia Allah dengan baik juga termasuk dalam kategori menzalimi diri sendiri. Allah memberikan setiap manusia akal, tenaga, dan kesempatan untuk berkarya. Ketika potensi tersebut tidak digunakan untuk kebaikan, atau malah disalahgunakan untuk hal-hal yang merugikan, maka itu adalah sebuah kerugian besar. Seseorang yang malas, tidak mau belajar, atau tidak berusaha untuk memperbaiki hidupnya, pada hakikatnya sedang menzalimi masa depan dan potensi dirinya sendiri.
Penegasan dalam Al Imran 182 ini juga memberikan gambaran tentang kebesaran rahmat dan keluasan ampunan Allah. Jika Allah berkehendak menghukum, niscaya tidak akan ada yang tersisa. Namun, Dia justru memberikan kesempatan. Kesempatan untuk berbuat baik, kesempatan untuk bertaubat, dan kesempatan untuk memperbaiki diri. Setiap cobaan yang datang, jika disikapi dengan sabar dan penuh kesadaran, bisa menjadi ujian yang mengangkat derajat seorang mukmin, bukan sebagai balasan atas dosa semata.
Oleh karena itu, setiap muslim wajib merenungkan ayat ini. Pahami bahwa setiap kesulitan bukanlah tanda ketidakadilan Allah, melainkan panggilan untuk introspeksi diri. Tinjau kembali perbuatan kita, apakah sudah sesuai dengan ajaran-Nya? Apakah ada hak orang lain yang terabaikan? Apakah kita sudah memanfaatkan nikmat dan karunia Allah dengan sebaik-baiknya?
Al Imran 182 menjadi pengingat abadi bahwa kunci kebahagiaan dan keselamatan dunia akhirat terletak pada diri kita sendiri. Dengan patuh kepada Allah, menjauhi larangan-Nya, dan senantiasa memohon ampunan-Nya, kita akan terhindar dari menzalimi diri sendiri dan meraih keridhaan-Nya. Kesadaran akan ayat ini mendorong kita untuk lebih bertanggung jawab atas setiap langkah dan keputusan hidup, serta senantiasa berusaha menjadi pribadi yang lebih baik di hadapan Allah SWT.
Pesan dari Surah Ali Imran ayat 182 ini seharusnya menjadi motivasi untuk terus berbuat baik, memperbaiki diri, dan menjaga hubungan baik dengan Allah dan sesama manusia. Karena pada akhirnya, diri kitalah yang akan menuai hasil dari setiap benih kebaikan atau keburukan yang kita tanam.