Alur maju atau alur kronologis adalah struktur penceritaan yang paling umum digunakan. Dalam konteks cerita pendek (cerpen) bertema pendidikan, alur maju memungkinkan pembaca mengikuti perkembangan karakter atau pemecahan masalah secara bertahap, dari awal pengenalan hingga klimaks dan resolusi.
Berikut adalah contoh kerangka dan isi cerpen dengan alur maju yang berfokus pada perjuangan seorang siswa dalam meraih ilmu.
Ilustrasi: Simbol pengetahuan dan pembelajaran.
Langkah Kecil Sang Pemimpi
Mentari pagi baru saja menyentuh puncak bukit di desa Sukamaju. Rian, seorang bocah berusia lima belas tahun, sudah siap dengan seragam sekolahnya yang sedikit lusuh. Setiap pagi, tantangan pertama Rian bukanlah mengerjakan PR matematika, melainkan perjalanan menuju sekolah. Sekolahnya berada di seberang sungai yang hanya bisa diseberangi melalui jembatan bambu tua yang reyot.
Rian tinggal bersama neneknya. Ayahnya merantau, dan biaya hidup sangat pas-pasan. Meski demikian, semangat Rian untuk belajar tidak pernah padam. Ia memegang teguh ucapan guru favoritnya, Bu Mira: "Pendidikan adalah satu-satunya tangga yang sah untuk keluar dari kemiskinan."
Suatu hari, hujan deras mengguyur desa semalaman. Ketika Rian bersiap menyeberang, ia mendapati jembatan bambu itu nyaris putus, terseret derasnya arus sungai yang meluap. Rasa takut melingkupi hatinya, tetapi melihat bayangan teman-teman lain yang juga kebingungan, Rian mengambil keputusan cepat.
Rian ingat bahwa ia pernah melihat beberapa papan kayu sisa bangunan lama di tepi hutan. Ia memutuskan untuk menunda sekolah sebentar demi mencari solusi darurat. Ia harus membuat pijakan sementara.
Setelah perjuangan yang melelahkan di tengah lumpur dan batang pohon yang licin, Rian berhasil menyeret dua papan kayu yang cukup kokoh. Ia kembali ke jembatan. Teman-temannya awalnya ragu melihat tindakan nekat Rian. Namun, Rian bekerja keras memasang papan tersebut secara menyilang di atas sisa bambu yang masih kuat, menciptakan pijakan darurat yang memungkinkan mereka menyeberang satu per satu dengan hati-hati.
Saat Rian hendak menyeberang terakhir, papan yang ia pasang sedikit bergeser karena bobotnya sendiri. Ia hampir terpeleset, pandangannya fokus pada air deras di bawah. Di saat kritis itu, salah satu papan yang baru dipasangnya menahan tubuhnya. Dengan sisa tenaga, ia berhasil merangkak mencapai tepi seberang. Ia berhasil. Ia tiba di sekolah terlambat hampir satu jam.
Bu Mira tidak memarahinya. Ia melihat kondisi Rian yang basah kuyup dan penuh bekas lumpur. Setelah mendengar cerita Rian, Bu Mira terharu. Rian tidak hanya menyelamatkan aksesnya sendiri, tetapi juga teman-temannya.
Kisah keberanian Rian didengar oleh kepala desa. Terinspirasi oleh inisiatif Rian, kepala desa mengumpulkan warga untuk segera memperbaiki jembatan secara permanen. Rian, meskipun lelah, duduk di bangku kelas, menghapus lumpur di sepatunya. Ia menyadari bahwa pelajaran terpenting hari itu bukanlah dari buku, melainkan tentang tanggung jawab dan kegigihan.
Dengan jembatan yang diperbaiki seminggu kemudian, langkah Rian menuju sekolah menjadi lebih ringan. Peristiwa itu mengukuhkan tekadnya. Ia tahu, selama ia terus berusaha dan tidak pernah takut menghadapi tantangan nyata di depannya, jalan menuju masa depan yang cerah—seperti yang dijanjikan pendidikan—akan selalu terbuka, sekeras apapun badai yang datang.
Cerpen di atas menggunakan alur maju karena peristiwa diceritakan secara linier:
Struktur ini memudahkan pembaca mengikuti perkembangan karakter Rian dari seorang siswa biasa menjadi pahlawan kecil di desanya melalui tindakan nyata yang didorong oleh pentingnya pendidikan.