Alergi makanan adalah reaksi sistem kekebalan tubuh yang berlebihan terhadap protein dalam makanan tertentu. Bagi sebagian orang, alergi makanan dapat menyebabkan gejala ringan seperti gatal-gatal atau bersin, namun bagi yang lain, reaksi bisa berakibat fatal. Memahami makanan apa saja yang paling sering menjadi penyebab alergi adalah langkah pertama yang krusial dalam menjaga kesehatan dan mencegah reaksi yang tidak diinginkan.
Meskipun hampir semua makanan berpotensi menyebabkan alergi, ada beberapa jenis makanan yang lebih sering memicu reaksi alergi. Di banyak negara, termasuk Indonesia, kelompok makanan ini telah diidentifikasi dan seringkali wajib dicantumkan pada label kemasan produk makanan:
Alergi susu sapi adalah salah satu alergi makanan paling umum pada bayi dan anak kecil. Sistem kekebalan tubuh mereka bereaksi terhadap protein yang terdapat dalam susu sapi, seperti kasein atau whey. Gejalanya bisa berupa ruam kulit, muntah, diare, hingga masalah pernapasan. Seiring bertambahnya usia, banyak anak yang mengatasi alergi ini.
Telur, terutama bagian putihnya, sering menjadi pemicu alergi. Protein seperti ovomucoid, ovalbumin, dan ovotransferrin adalah tersangka utama. Reaksi bisa bervariasi mulai dari ringan hingga parah. Banyak anak yang alergi telur akan sembuh seiring waktu, namun penting untuk berkonsultasi dengan dokter.
Alergi kacang tanah dikenal sebagai salah satu alergi yang paling serius dan seringkali bertahan seumur hidup. Protein dalam kacang tanah dapat menyebabkan reaksi anafilaksis yang mengancam jiwa. Karena sifatnya yang serius, pencegahan dan kewaspadaan sangatlah penting. Kacang tanah dapat ditemukan dalam berbagai bentuk, termasuk selai kacang, minyak kacang, dan sebagai bahan dalam banyak makanan olahan.
Kelompok ini mencakup berbagai jenis kacang seperti almond, kenari, mete, pistachio, dan hazelnut. Alergi terhadap kacang pohon juga bisa serius dan bertahan seumur hidup. Seseorang bisa alergi terhadap satu atau lebih jenis kacang pohon. Gejala dan tingkat keparahannya bervariasi, tetapi potensi anafilaksis tetap ada.
Alergi gandum berbeda dengan penyakit celiac (intoleransi gluten). Alergi gandum adalah reaksi imun terhadap protein gandum, yang dapat menyebabkan gejala seperti gatal, ruam, mual, hingga masalah pernapasan. Perlu diingat bahwa gandum terdapat dalam berbagai produk roti, pasta, sereal, dan kue.
Kedelai adalah bahan umum dalam banyak produk makanan, termasuk tahu, tempe, susu kedelai, saus, dan makanan olahan lainnya. Alergi kedelai seringkali terjadi pada bayi dan anak kecil, dan sebagian besar dari mereka akan sembuh seiring bertambahnya usia.
Protein dalam ikan, terutama ikan bercangkang seperti udang, kepiting, dan lobster, seringkali menjadi penyebab alergi. Alergi ikan biasanya bersifat permanen. Orang yang alergi terhadap satu jenis ikan mungkin tidak alergi terhadap jenis ikan lainnya, namun sebaiknya berkonsultasi dengan ahli alergi.
Sama seperti ikan, alergi terhadap kerang-kerangan seperti udang, kepiting, lobster, dan kerang laut juga umum dan cenderung bertahan seumur hidup. Reaksi alergi terhadap kerang-kerangan seringkali lebih parah dibandingkan alergi ikan.
Gejala alergi makanan dapat muncul dalam hitungan menit hingga beberapa jam setelah mengonsumsi makanan pemicu. Gejala umum meliputi:
Dalam kasus yang parah, alergi makanan dapat menyebabkan anafilaksis, reaksi alergi yang mengancam jiwa yang memerlukan penanganan medis segera. Gejala anafilaksis bisa termasuk penyempitan saluran napas, penurunan tekanan darah, denyut nadi cepat, dan kehilangan kesadaran.
Bagi individu yang didiagnosis alergi makanan, menghindari makanan pemicu adalah cara paling efektif untuk mencegah reaksi. Berikut beberapa langkah penting:
Mengenali makanan penyebab alergi dan memahami cara menghindarinya adalah kunci untuk hidup sehat dan aman bagi penderita alergi makanan. Kewaspadaan dan edukasi adalah teman terbaik Anda dalam menghadapi tantangan ini.