Teks dan Terjemahan
وَّسَخَّرَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومُ مُسَخَّرَاتٌ بِأَمْرِهِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَعْقِلُونَ (12)
"Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untuk kalian. Dan bintang-bintang tunduk diperjalankan dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir." (QS. An-Nahl: 12)
Makna 'Tasakhkhur' (Penundukan)
Ayat ke-12 dari Surah An-Nahl (Lebah) ini merupakan penegasan kuat mengenai keagungan dan kekuasaan Allah SWT sebagai Pencipta dan Pengatur alam semesta. Kata kunci utama dalam ayat ini adalah "sakhkhara" (menundukkan atau memudahkan). Penundukan di sini bukan berarti objek-objek tersebut menjadi budak yang patuh tanpa kehendak, melainkan tunduk pada hukum fisika dan orbit yang telah ditetapkan oleh Sang Pencipta.
Malam dan siang bergantian secara teratur. Ketika siang tiba, bumi menerima cahaya dan energi untuk aktivitas, pertumbuhan tanaman, dan kehidupan manusia. Ketika malam tiba, terjadi istirahat, pendinginan, dan pemulihan energi. Keteraturan ini adalah rahmat yang memungkinkan kehidupan biologis kita berlangsung tanpa hambatan atau kekacauan yang tiba-tiba. Bayangkan jika matahari tiba-tiba berhenti terbit atau terbenam selamanya; kehidupan di bumi akan segera berakhir.
Fungsi Benda Langit dalam Ayat
Ayat ini secara spesifik menyebutkan tiga elemen besar setelah menyinggung malam dan siang: matahari, bulan, dan bintang-bintang (an-Nujum).
- Matahari: Sumber utama cahaya dan energi. Pergerakannya yang konstan menentukan panjang hari dan musim, yang semuanya penting bagi pertanian dan siklus hidup makhluk.
- Bulan: Pengatur pasang surut air laut dan penunjuk waktu bagi umat terdahulu sebelum adanya jam modern.
- Bintang-bintang: Selain menjadi hiasan langit, bintang-bintang juga berfungsi sebagai penunjuk arah (navigasi) di daratan maupun lautan, terutama pada zaman dahulu.
Semua ini berjalan "dengan perintah-Nya" (bi amrih). Ini menekankan bahwa segala sesuatu di alam semesta—dari yang terbesar hingga terkecil—beroperasi berdasarkan otoritas dan desain Ilahi yang mutlak.
Panggilan untuk Berpikir (Kaum Ya'qilun)
Penutup ayat ini adalah bagian yang paling signifikan dalam konteks pemikiran manusia: "Inna fi dzalika la-aayatiy li qawmin ya'qilun" (Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir).
Allah tidak sekadar menyajikan fenomena alam, tetapi secara eksplisit menantang akal manusia. Ayat ini ditujukan kepada mereka yang memiliki kapasitas nalar (ulul albab atau kaum yang berpikir). Berpikir di sini berarti melakukan perenungan mendalam (tadabbur) terhadap keteraturan tersebut, yang pada akhirnya akan membawa pada kesimpulan logis: bahwa pasti ada Pencipta Maha Bijaksana di balik keteraturan yang sempurna ini.
Bagi seorang mukmin, memahami QS. An-Nahl ayat 12 adalah cara untuk meningkatkan tauhid. Kenyamanan hidup sehari-hari—berlindung dari terik siang, merasakan sejuknya malam, atau menggunakan bintang untuk perjalanan—semuanya adalah bentuk nikmat yang harus disyukuri dan direfleksikan sebagai bukti kecerdasan dan kemurahan Tuhan. Ketika kita menyadari betapa rumitnya sistem waktu dan astronomi yang berjalan otomatis ini, kita semakin yakin akan kebesaran-Nya yang Maha Mengatur.