Dalam lautan ayat-ayat Al-Qur'an, terdapat permata-permata hikmah yang memandu langkah umat manusia dalam menjalani kehidupan dunia yang penuh tantangan. Salah satu ayat yang sarat makna dan relevan untuk direnungkan adalah Surah An Nisa ayat 84. Ayat ini tidak hanya berbicara tentang perintah perang, tetapi juga memberikan kelonggaran, memberikan harapan, dan menyoroti esensi keimanan serta tanggung jawab seorang Muslim.
Maka apabila kamu telah merasa aman, tegakkanlah shalat itu, dan tuntutlah (segala keperluanmu). Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang beriman.
Surah An Nisa, yang berarti "Wanita", secara umum membahas berbagai aspek hukum dan etika terkait keluarga, perempuan, dan masyarakat. Ayat 84 ini muncul dalam konteks yang lebih luas mengenai persiapan dan pelaksanaan jihad di jalan Allah. Namun, ayat ini memberikan penekanan yang sangat penting: "Tiada mengapa bagimu untuk tidak berperang (di jalan Allah), apabila kamu tidak mampu...". Kalimat ini bukan berarti meremehkan kewajiban berjihad, melainkan memberikan keleluasaan bagi mereka yang memiliki uzur syar'i, seperti lemah fisik, sakit, tua, atau kondisi lain yang menghalangi untuk turut serta dalam peperangan. Ini adalah bentuk rahmat dan kemudahan dari Allah SWT, yang memahami keterbatasan hamba-Nya.
Namun, kelonggaran tersebut tidak lantas membuat umat Islam menjadi pasif. Ayat ini melanjutkan dengan perintah yang tegas: "Maka apabila kamu telah merasa aman, tegakkanlah shalat itu, dan tuntutlah (segala keperluanmu).". Ketika situasi aman dan kondusif, umat Islam diwajibkan untuk mendirikan shalat. Shalat di sini menjadi simbol ketaatan, penghambaan diri, dan sarana untuk memohon pertolongan serta bimbingan dari Allah SWT dalam segala urusan. "Tuntutlah (segala keperluanmu)" mengindikasikan bahwa setelah menjalankan kewajiban ibadah, manusia diperintahkan untuk berusaha dan berikhtiar dalam mencari rezeki, membangun kehidupan, dan memenuhi segala kebutuhan yang halal. Ini mencerminkan keseimbangan antara aspek spiritual dan material dalam Islam.
Pesan dalam Surah An Nisa ayat 84 mengajarkan kita tentang konsep dinamis dalam ibadah dan perjuangan. Islam bukanlah agama yang kaku, melainkan memberikan solusi dan penyesuaian sesuai dengan kondisi umatnya. Bagi mereka yang tidak mampu berperang, ada pahala yang tetap mereka dapatkan jika niat mereka tulus untuk berjihad namun terhalang oleh faktor fisik atau keadaan. Ini menunjukkan bahwa niat baik dan keinginan untuk berkorban di jalan Allah sangat bernilai di sisi-Nya.
Di sisi lain, ayat ini menegaskan bahwa kewajiban mendirikan shalat adalah mutlak. Shalat adalah tiang agama, dan menjaga kekhusyukan serta ketepatan waktu dalam shalat adalah bentuk ketaatan yang fundamental. Ketika keamanan telah kembali, fokus beralih pada pembangunan dan pemenuhan kebutuhan. Ini bisa diartikan sebagai upaya untuk membangun masyarakat yang kuat, makmur, dan sejahtera, yang semuanya berlandaskan pada nilai-nilai keimanan.
Pada bagian akhir ayat, Allah SWT berfirman: "Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.". Pernyataan ini menjadi penutup yang menenangkan. Pengampunan dan kasih sayang Allah meliputi seluruh hamba-Nya, terutama mereka yang beriman. Jika ada kekhilafan atau kelalaian, pintu taubat selalu terbuka lebar. Kebaikan dan rahmat-Nya selalu mengiringi setiap langkah perjuangan dan pengabdian seorang Muslim.
Surah An Nisa ayat 84 mengajarkan kita untuk senantiasa menjaga keseimbangan antara kewajiban, kemampuan, dan kerelaan hati. Ia mengingatkan bahwa perjuangan di jalan Allah tidak selalu identik dengan peperangan fisik. Bisa jadi perjuangan itu berupa menjaga diri dari kemaksiatan, mendidik anak-anak menjadi generasi saleh, berdakwah dengan hikmah, atau berkontribusi positif bagi masyarakat sesuai dengan kapasitas masing-masing. Yang terpenting adalah ketulusan niat, menjaga hubungan baik dengan Allah melalui shalat, serta berikhtiar semaksimal mungkin dalam menjalani kehidupan seraya memohon ampunan dan rahmat-Nya. Ayat ini adalah pengingat abadi bahwa Allah SWT Maha Bijaksana dalam menetapkan syariat-Nya, selalu memberikan kemudahan dan menunjukkan jalan kebaikan bagi umat manusia.