Representasi visual perlindungan dari bisikan jahat.
Surat An-Nas (Manusia) adalah surat ke-114 dan merupakan surat terakhir dalam urutan Mushaf Al-Qur'an. Surat ini tergolong Makkiyah, meskipun ada beberapa pendapat yang menyatakan Madaniyah. Surat ini dinamakan An-Nas karena memulai ayat-ayatnya dengan menyebut kata "An-Nas" (Manusia). Bersama dengan Surat Al-Falaq, An-Nas dikenal sebagai dua surat pelindung (Mu'awwidzatain) yang memiliki kedudukan sangat penting dalam Islam sebagai penangkal kejahatan dan gangguan jin maupun manusia.
Menurut riwayat yang populer, kedua surat ini diturunkan sebagai respons terhadap gangguan sihir yang ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu, membaca kedua surat ini secara rutin, terutama saat pagi dan petang serta sebelum tidur, merupakan amalan sunnah yang sangat dianjurkan untuk memohon perlindungan mutlak dari Allah SWT.
Tafsir Jalalain, yang disusun oleh Imam Jalaluddin As-Suyuthi dan dibantu oleh gurunya, Imam Jalaluddin Al-Mahalli, terkenal karena ringkas, padat, dan langsung pada makna ayat. Berikut adalah ringkasan tafsir Jalalain untuk Surat An-Nas:
Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan (Pemelihara) manusia."
Tafsir Jalalain: Perintah untuk memohon perlindungan kepada Allah SWT, yang merupakan Rabb (Tuhan, Penguasa, dan Pemelihara) semua manusia, menunjukkan bahwa hanya Dia yang berhak disembah dan tempat berlindung dari segala kejahatan.
Raja manusia.
Tafsir Jalalain: Allah adalah Raja (Malik) mutlak atas seluruh urusan manusia. Tidak ada raja yang lebih berkuasa dari-Nya. Pengakuan akan ke-Raja-an-Nya menguatkan permohonan perlindungan, karena hanya Raja yang memiliki otoritas penuh untuk melindungi hamba-hamba-Nya.
Penyembah manusia.
Tafsir Jalalain: Allah adalah Ilah (Tuhan yang berhak disembah) bagi seluruh manusia. Ayat ini menegaskan tauhid uluhiyah; Dialah satu-satunya yang wajib diagungkan dan dimintai pertolongan.
Dari kejahatan (bisikan) setan yang tersembunyi.
Tafsir Jalalain: Permohonan perlindungan ditujukan dari kejahatan makhluk yang paling licik dan berbahaya, yaitu bisikan jahat (waswasah). Al-Khannaas bermakna setan yang menarik diri (bersembunyi) ketika mengingat Allah, dan kembali membisikkan kejahatan ketika seseorang lalai.
Yang membisikkan ke dalam dada manusia.
Tafsir Jalalain: Ini menjelaskan metode kerja setan, yaitu menanamkan keraguan, godaan, dan ide-ide buruk langsung ke dalam hati atau pikiran manusia. Sasaran utamanya adalah hati, pusat keputusan spiritual.
Dari (bisikan) jin dan manusia.
Tafsir Jalalain: Setan yang membisikkan kejahatan itu ada dua jenis: jin (setan dari golongan jin) dan manusia (setan dari golongan manusia). Kedua jenis ini sama-sama memiliki kemampuan untuk menggoda dan menyesatkan melalui bisikan tersembunyi. Oleh karena itu, perlindungan harus mencakup kedua sumber gangguan tersebut.
Tafsir Jalalain menekankan bahwa Surat An-Nas adalah pengakuan totalitas kekuasaan Allah atas manusia. Permohonan perlindungan haruslah ditujukan kepada Zat yang memiliki tiga sifat utama: Rabb (Pemelihara), Malik (Raja), dan Ilah (Tuhan yang disembah). Ketika seseorang mengakui ketiga sifat ini, maka ia meletakkan dirinya dalam naungan yang paling kuat.
Fokus surat ini adalah melawan kegelapan batin—yaitu waswasah. Bisikan setan, baik dari jin maupun dari manusia yang berniat jahat, selalu berusaha merusak keimanan dan amal perbuatan dari dalam (melalui hati). Sifat setan sebagai Al-Khannaas menunjukkan bahwa godaannya bersifat siklus; ia akan mundur saat kita mengingat Allah (misalnya dengan membaca surat ini), namun akan datang lagi saat kita melalaikannya.
Oleh karena itu, anjuran untuk membaca surat ini secara kontinyu (pagi, petang, sebelum tidur) adalah strategi perlindungan aktif. Tafsir Jalalain menyoroti bahwa dengan memahami hakikat pemilik alam semesta (Ayat 1-3) dan metode musuh (Ayat 4-6), seorang mukmin dapat menguatkan benteng spiritualnya dari segala bentuk gangguan yang mengancam akidah dan ketenangan jiwanya. Surat An-Nas menjadi penutup sempurna dalam Al-Qur'an, mengajarkan bahwa kesempurnaan ibadah adalah menyertakan permohonan perlindungan kepada Sang Pencipta atas segala tipu daya yang tampak maupun yang tersembunyi.