Ilustrasi perlindungan dari kejahatan tersembunyi.
Surah An-Nas (Manusia) adalah penutup dari Mushaf Al-Qur'an, terdiri dari enam ayat yang ringkas namun mengandung makna proteksi spiritual yang sangat mendalam. Surah ini merupakan doa perlindungan tertinggi yang diajarkan kepada Rasulullah ﷺ ketika beliau mendapatkan gangguan dari godaan setan.
Setelah melalui tiga permohonan perlindungan—dari kejahatan bisikan (syarr), dari jin (jinnatin), dan dari manusia (ins), ayat terakhir menyimpulkan bahwa sumber semua kejahatan dan bisikan tersebut selalu mengarah kepada satu entitas: Syaitan yang bersembunyi.
Ayat kelima adalah titik puncak permohonan perlindungan, mengidentifikasi pelakunya secara spesifik. Berikut adalah teks Arab dan terjemahannya:
Fokus utama kita adalah pada frasa kunci: "pembisik yang tersembunyi" (الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ).
Kata kunci dalam ayat 5 ini adalah gabungan dari dua deskripsi sifat setan yang sangat akurat:
Mengapa perlindungan ini penting? Karena kejahatan yang paling berbahaya bukanlah yang datang secara terang-terangan, melainkan yang merusak pondasi iman dari dalam. Setan tidak menyerang secara frontal, melainkan menggunakan taktik 'insidius'—perlahan, tersembunyi, dan berulang-ulang. Jika kita tidak memohon perlindungan spesifik dari jenis godaan ini, kita rentan terjerumus dalam dosa kecil yang bertumpuk hingga menjadi dosa besar.
Ayat 5 ini memperkuat urgensi doa yang disampaikan di ayat 6, yaitu memohon perlindungan kepada Rabb-nya manusia, agar terhindar dari kejahatan yang berasal dari Al-Waswas Al-Khannas.
Ayat ini mengajarkan bahwa musuh kita adalah kekuatan spiritual yang lihai dalam menyembunyikan aksinya. Ia tahu kapan kita lemah (ketika kita sedang marah, sedih, atau terlalu sibuk) dan saat itulah ia beraksi. Oleh karena itu, perlindungan yang kita minta haruslah spesifik, yakni perlindungan dari cara kerja setan yang licik tersebut.
Dengan memahami terjemahan Surah An-Nas ayat 5 sebagai permohonan perlindungan dari pembisik tersembunyi, seorang Muslim diingatkan untuk selalu waspada terhadap bisikan hati yang menjauhkan dari ketaatan. Keimanan yang kuat memerlukan penjagaan konstan dari serangan halus ini. Ayat ini, bersama seluruh Surah An-Nas, berfungsi sebagai perisai spiritual harian yang harus selalu diyakini keberadaannya dan diamalkan bacaannya, terutama saat memasuki malam atau saat merasa dirundung kegelisahan tanpa sebab yang jelas. Ini adalah pondasi tawakkal yang sejati: mengakui adanya ancaman, tetapi menggantungkan hasil akhir pada kekuatan Zat Yang Maha Pelindung.