Surah An-Nahl (Lebah) adalah surah ke-16 dalam Al-Qur'an, yang sarat dengan ayat-ayat yang menunjukkan kebesaran Allah SWT melalui ciptaan-Nya. Ayat ke-6 ini secara spesifik menyoroti salah satu karunia terbesar bagi umat manusia: binatang ternak (الْأَنْعَام).
Ayat ini dimulai dengan penegasan bahwa Allah-lah yang menciptakan binatang ternak tersebut. Kata "An'am" merujuk pada unta, sapi, domba, dan kambing. Ayat ini bukan hanya sekadar deskripsi, melainkan sebuah pengingat fundamental tentang fungsi multi-dimensi dari ciptaan ini dalam menopang kehidupan manusia.
Ayat ini menjelaskan tiga manfaat utama yang bersumber dari ternak:
Fungsi pertama yang disebutkan adalah "dif'un," yang berarti kehangatan atau sesuatu yang menghangatkan. Ini merujuk pada bulu dan kulit ternak yang diolah menjadi pakaian, permadani, atau bahan untuk tempat tinggal (seperti tenda bagi suku nomaden). Dalam kondisi dingin, ini adalah penyelamat hidup yang fundamental. Ini menunjukkan bahwa Allah menyediakan kebutuhan primer manusia, bahkan untuk kenyamanan termal.
Bagian ini mencakup spektrum manfaat yang sangat luas di luar pakaian dan makanan. Manfaat lain mencakup:
Keragaman manfaat ini menegaskan bahwa ciptaan Allah tidak pernah sia-sia atau tunggal fungsinya.
Ini adalah fungsi yang paling umum dikenal, yaitu daging ternak sebagai sumber protein hewani yang esensial bagi gizi manusia. Ayat ini menekankan bahwa memakan daging tersebut adalah hak manusia yang diberikan langsung oleh Pencipta, selama dilakukan sesuai batasan syariat (halal).
Kajian atas An Nahl ayat 6 mengarahkan pikiran seorang mukmin kepada konsep Tafakkur (perenungan mendalam). Ketika seseorang memandang seekor domba atau sapi, ia tidak hanya melihat komoditas, tetapi melihat bukti nyata dari keagungan dan kemurahan Allah SWT. Allah menciptakan sistem yang seimbang di mana satu jenis ciptaan dapat memenuhi berbagai kebutuhan krusial—dari perlindungan diri dari dingin hingga nutrisi harian.
Dalam konteks modern, meskipun teknologi telah menyediakan banyak alternatif (pakaian sintetis, mesin pertanian), prinsip bahwa semua kenikmatan duniawi berasal dari rahmat Ilahi tetap berlaku. Ayat ini menuntut rasa syukur yang berkelanjutan. Mengingat bahwa ternak diciptakan untuk "kita," berarti ada tanggung jawab untuk mengelolanya dengan cara yang paling etis dan tidak berlebihan. Pengelolaan yang baik adalah bentuk syukur yang paling nyata atas nikmat 'An'am' ini.