Dalam Al-Qur'an, setiap ayat menyimpan hikmah dan petunjuk berharga bagi umat manusia. Salah satu ayat yang sarat makna dan sering direnungkan adalah Surah An-Nisa ayat 104. Ayat ini mengingatkan kaum mukmin tentang pentingnya keteguhan, keberanian, dan kehati-hatian dalam menghadapi musuh, serta menegaskan bahwa perjuangan di jalan Allah memiliki nilai yang sangat tinggi di sisi-Nya.
Surah An-Nisa, yang berarti "Wanita", adalah surah keempat dalam kitab suci Al-Qur'an. Ayat 104 dari surah ini memiliki konteks historis yang berkaitan dengan situasi peperangan dan menghadapi ancaman dari pihak musuh. Namun, maknanya melampaui konteks sesaat dan berlaku universal bagi setiap Muslim yang berjuang menegakkan kebenaran dan keadilan di muka bumi.
وَلَا تَهِنُوا فِي ابْتِغَاءِ الْقَوْمِ ۖ إِنْ تَكُونُوا تَأْلَمُونَ فَإِنَّهُمْ يَأْلَمُونَ كَمَا تَأْلَمُونَ ۖ وَتَرْجُونَ مِنَ اللَّهِ مَا لَا يَرْجُونَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا
"Janganlah kamu berputus asa dalam mengejar musuhmu. Jika kamu merasa sakit, maka sesungguhnya mereka pun merasa sakit seperti kamu, padahal kamu mengharap pahala dari Allah, sedang mereka tidak mengharapkannya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana."
Ayat ini memberikan beberapa poin penting yang perlu dipahami secara mendalam:
Bagian pertama ayat ini melarang kaum mukmin untuk merasa lemah, loyo, atau berputus asa dalam menghadapi musuh. Kata "tahinū" secara harfiah berarti lemah atau berputus asa. Dalam konteks perjuangan, baik itu perjuangan fisik melawan musuh dalam peperangan, maupun perjuangan melawan hawa nafsu, godaan syaitan, atau tantangan dalam menegakkan kebaikan, semangat tidak boleh padam. Seorang mukmin harus senantiasa menjaga motivasi dan keteguhan.
Ayat ini mengingatkan bahwa musuh juga memiliki perasaan yang sama. Jika kaum mukmin merasakan sakit, lelah, atau penderitaan, maka musuh pun merasakan hal yang serupa. Pengingat ini berfungsi untuk beberapa hal:
Di sinilah letak perbedaan fundamental antara perjuangan seorang mukmin dan orang lain. Seorang mukmin berjuang dengan harapan mendapatkan ridha, pahala, dan balasan kebaikan dari Allah SWT. Pahala ini adalah sesuatu yang tidak terbayangkan nilainya dan bersifat abadi. Sementara itu, musuh atau orang yang tidak beriman berjuang semata-mata karena tujuan duniawi, seperti kekuasaan, harta, atau sekadar naluri mempertahankan diri. Mereka tidak memiliki harapan akan balasan ilahi yang berlipat ganda.
Keunggulan motivasi ini menjadi sumber kekuatan terbesar bagi seorang mukmin. Ketika rasa sakit dan kelelahan mulai melanda, ingatan akan pahala dari Allah akan membangkitkan kembali semangat. Inilah yang membedakan perjuangan seorang mukmin dengan perjuangan orang lain. Perjuangan seorang mukmin memiliki nilai spiritual yang jauh lebih tinggi.
Penutup ayat ini mengingatkan kita bahwa segala sesuatu yang terjadi berada dalam pengetahuan dan kebijaksanaan Allah Yang Maha Luas. Allah mengetahui keadaan kita, keadaan musuh, serta segala niat dan perjuangan yang kita lakukan. Dia juga Maha Bijaksana dalam mengatur segala urusan, termasuk kemenangan dan kekalahan, kesulitan dan kemudahan. Pengetahuan dan kebijaksanaan-Nya ini seharusnya menumbuhkan keyakinan dan ketenangan dalam hati seorang mukmin.
Makna Surah An-Nisa ayat 104 tidak hanya relevan dalam konteks peperangan fisik. Ayat ini dapat diaplikasikan dalam berbagai aspek kehidupan:
Dengan memahami dan mengamalkan pesan Surah An-Nisa ayat 104, seorang mukmin akan senantiasa memiliki semangat juang yang tak pernah padam, didasari keyakinan akan pertolongan dan balasan dari Allah SWT. Keteguhan dalam menghadapi kesulitan, kejernihan pandangan terhadap realitas, dan keikhlasan dalam beramal adalah kunci keberhasilan dunia dan akhirat.